Monday, May 30, 2022

SKETSA GLOBAL

DARI : http://teguhqi.blogspot.com/2022/05/sketsa-28052022.html

 

JUST QUOTE :
Sadhguru Yasudev Quotes : 
Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.
Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka.

kemudian : LINK DATA REKAP 
REHAT DULU ( 22052022) by BLOG Uploaded byteguh.qion May 22, 2022
REKAPAN 28052022 by BLOG Uploaded byteguh.qion May 28, 2022

   
Akun : teguh.qi@gmail.com  
Akun : maxwellseeker@gmail.com  
Akun : dhammaseeker79@gmail.com 
Akun : englishindonesian11@gmail.com  
Akun :  dhammasikkha1@gmail.com    

REKAP DATA =
dari : 18 JUST4SEEKERS atau https://just4seekers.blogspot.com/ REKAP DATA UTAMA (SD 11052022)
make : COPAS REKAP DATA SD 11052022 (17052022)  
OKE

REKAP IDEA  =
IDEA 1
19 JUST2SHARE4SEEKE... atau https://2share4seekers.blogspot.com/ = BACALAH - BUNGKAM - BIARKAN
DAN
IDEA 3
REKAP IDEA UTAMA (SD 11052022) REKAP IDEA UTAMA (SD 17052022)
dari : 20 JUST4SEEKERS atau https://justforseekers.blogspot.com/ = REKAP IDEA UTAMA (SD 11052022)
make :  ALL IDEA 
OKE

PLUS INPUT IDEA
files dari posting blog / playlist vlog  

PLUS LINK DATA 
kemudian : 36  SADHGURU YASUDEV QUOTES 17052022 sd .....

kemudian harusnya :  Pure-Dhamma pasca 16 May2022.

PRAKATA 

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
OKAY ...
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro (juga mendiang Bhante Punnaji) untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

KUTIPAN  : See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro.
Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. 
Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. 
Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. 
semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu

So,Wei Dan : Limbah Hikmah : E 16 The Great Show ( Wi Dae Han Show ) – Drakor
00:02:32 --> --> 00:02:59
Life is about choices. And those choices... come with responsibilities. This is the time... for me to bear that responsibility.
Hidup adalah tentang pilihan. Dan pilihan itu... datang dengan tanggung jawab. Inilah saatnya...untukku memikul tanggung jawab itu.

QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.
Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)

 
spirituality is simple but not easy 
spiritualitas sebenarnya sederhana namun tidak mudah (difahami & dijalani )
sederhana (merendahkah ego atau merendahkan ide ?) tidak  berarti dangkal, lho 

Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). 
So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. 
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental.
SEE = Link : data apa itu kebenaran  & Link : video there is no truth Bhante Punnaji. di atas

PROLOG 

Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
Well, The Greatest evil is Ignorance  Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuan
Walau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.

KEDEWASAAN PENCERAHAN 
The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.
The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.
Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.
so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.
Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.
Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. 
Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.
Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana

BAHASAN =  TENTANG AVIJJA
Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)
Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI ....  Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) 

KUTIPAN SKETSA 

KAIDAH KOSMIK  
Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris panentheistic berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme 

1. Mandala Advaita = Desain Kosmik
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 

MANDALA ADVAITA 
Dimensi Samsarik
Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 
Kutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik 

TANAZUL TARAQQI

Plus: hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . 
Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik  p.7

Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali
lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya
yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik
Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental (mengapa ?).


MANDALA SEMESTA 

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 
Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi  

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3

10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 

MANDALA ADVAITA : just area ..
Kamavacara : Personal (kealamiahan sensasi kebahagiaan) : Ego - Anicca 
- bawah  : fisik - eterris 
- tengah  :
- atas      
Brahmanada : Transpersonal (KeIlahiahan fantasi keberadaan) : Self - Dukkha 
- bawah 
- tengah 
- atas 
Lokuttara : Impersonal (Keswadikaan esensi Kesunyataan) : Esa - Anatta 
- bawah : Nibbana  aneka jati Buddha ; tanha ? diri  kiriya 
- tengah  : Advaita  prajna paramitta  karma ? alam kaidah niyama 
- atas : Paramatta ? Udana ? 

Triade ( 3 in 1) =Tuhan ? Impersonal Lokuttara > Transpersonal Brahmanda > Personal Kamavacara (Guardians = cakkavati ?)
Tuhan = tanzih & tasybih ( Kausa Prima , Sentra Segalanya , etc ) 
- Panentheistik > Pantheistik (Dalam keseluruhan) : 
- Non-theistik > Not-theistik  (Tanpa pengagungan diri ) : 
- Post Taoistik > Absolut Statik (Terus selaras dalam dinamika asymptot penyempurnaan keseimbangan)
Dharma Vihara   :Balancing progress (symetry asymetry)

2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
See :AN 3.136: Uppādā Sutta Sering disebut DhammaNiyama Sutta (?). 
Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)
Dalam kitab suci Tipiṭaka pada Uppādāsutta bagian Aṅguttara Nikāya 3.136:
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā aniccā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā aniccā’ti.
“Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah tidak kekal.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā dukkhā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā dukkhā’ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah penderitaan.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe dhammā anattā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe dhammā anattā’”ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’”
Dalam agama Buddha, kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.
Utuniyāma, hukum kepastian atau keteraturan musim. ; Bijaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan biji.
Kammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kamma.; Cittaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kesadaran.
Dhammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan dhamma.
Link Media:
Keberagamaan  yang sesuai secara eksistenstial, selaras dengan kaidah universal dan mengarah dalam tataran transendental .
 

3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 
3. KAMMA VIBHANGA 
Secara simple bolehlah dikatakan  hukum karma adalah jika perbuatan baik dilakukan maka akan menghasilkan kebaikan juga kepada pelakunya demikian juga keburukan. Namun demikian kaidah nyata berlakunya hukum karma sangat kompleks tidaklah berjalan sederhana instant, direct & identik sebagaimana yang secara naif kita perkirakan. Ada 4 variasi kemungkinan dari kaidah kosmik hukum karma ini secara empiris menurut Buddha paska keterjagaan pencerahan samsarikNya 
Link data utama : Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta
atau Link Video  berikut :

 
Ashin Kheminda DBS Playlist  = Hukum Kamma  Cula Kamma Vibhanga - Maha Kamma Vibhanga


MONOLOG 

Namaste 
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Link video = 

Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?). 
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.
Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental.  Thus, be realistics to realize the real.  

SITA HASITUPADA 

Tersenyum seperti Buddha
(Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) 
Be Realistics to Realize the Real 

Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).
Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.
Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.
Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.

Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik 
Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik

Tersenyum seperti Buddha JMB 5
karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual
Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)
Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)
Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )
Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri
(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )

Tersenyum mengarah Buddha JMB 8
karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual
Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)
Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )
Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) 
Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri
(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga  = Dhamma Vihara )

Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10
karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual
Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala  )
Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)
Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala  non karmik?)
Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri 
(harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara  = Ariya Vihara )

Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.
Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi
Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.
Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.

EPILOG 


PENUTUP 

Just Simple Words to Begin and Fade Away
(Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu) 
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.


Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

Silence is the language of God.
All else is poor translation. 
~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. 
Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka

Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )
(No Fact -  No Truth - No Faith)
tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti 

BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 

BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati
TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP 
 (memang cuma itu bisanya ... maklum cuma padaparama dihetuka)

MUSICS

 QUOTES








 

 

 

Finally , 

Be True, Humble & Responsible
(x fake, identificative & manipulative )
Jadilah Sejati (sebagaimana nyatanya), 
Rendah hati (sebagaimana harusnya) & 
Bertanggung jawab (sebagaimana pastinya)

dengan kebijaksanaan akan penicsayaan keniscayaan 
dalam keseimbangan harmonisasi kewajaran membumi 
untuk keberimbangan transendensi kesadaran mendaki
bagi kecakapan, kelayakan & kewajaran  
untuk direalisasi 

Video Music : Two Steps From Hell - Victory (Battle Cry)
ts=4s Music makes you braver ? Musik membuat anda berani ?

Hiduplah secara perwira sebagai Pemberdaya kehidupan
dan matilah sebagai ksatria tanpa terpedaya kematian
 
Itulah persembahan kesejatian terbesar spesies manusia
dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan
sebagai pecinta kebenaran 

bukan hanya demi kemegahan duniawi untuk kekuasaan semu ingin dipuja
bukan sekedar demi pengharapan surgawi untuk balasan kebaikan semata
bukan juga demi kebebasan tertinggi untuk kelayakan pemurnian belaka

karena memang demikianlah 
equilibirium homeostatis interconnected 
dalam Keselarasan Saddhamma  
memang niscaya selalu terjadi  dan akan terus terjadi
dari keazalian, hingga keabadian Kebenaran Sang Esa
Hyang Nyata, Hidup, Murni (triade : wujud-kuasa-kasih)
dalam mungkinnya keberadaan maupun ketiadaan diri

Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima


Amor Dei, Amor Fati
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya) 
Wei Wu Wei 
(Just flow .... being totally conscious process ... action without actor & acting)
Que Sera Sera ... Pantha Rei 
(Apapun yang terjadi terjadilah .... Biarlah semua mengalir apa adanya)
So, 
inilah waktu kami untuk berhenti & melepas Que sera sera. Pantha Rei.  
Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. 
Gitu aja koq repot ... 
nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)
dianggap selesai ya .... posting & sharing 
silakan lengkapi sendiri (buang - revisi atau ...   terserah  )

MAAF JIKA ADA CONTENT BLOG / VLOG KAMI YANG MEMBUAT ANDA TIDAK BERKENAN
TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN , PERHATIAN & KUNJUNGANNYA
SALAM 

Terakhir, 
Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi 
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima 

Well, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya  toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.  

Penutup :
Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi tranyakan karena mulai memandang dengan  tidak picik /dangkal lagi. 
Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam penempuhannya.  
Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar  senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya …. Menerima, mengasihi  dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu  dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya). Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.     

Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
Wasalam.