Sunday, October 30, 2022

REKAP IDEA SD 30102022 : SEGERA FINALE

PRAKATA
FROM TRUTH SEEKER FOR TRUE SEEKER ?

Namaste  ...bagi kami... artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Link video = 

Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?). 
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.
Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental.  Thus, be realistics to realize the real.  

Well, 
Susah juga ndagel patut (berperan tepat dalam figur eksistensial insaniah multi peran dalam faktisitas / kompleksitas keberadaan duniawi samsarik) ... Masih 2.5 tahun lagi baru bisa tergenapi pensiun pembebasan kedinasan /kualitas kinerja menurun kuantitas waktu belum tuntas/, nih ( masa pandemi Corona yang sudah berlalu tidak lagi bikin galau namun semoga bisa ngelumrah tanpa masalah umtuk Husnul khotimah tanpa harus kacau dan tidak perlu sakau dengan segala keribetan & perepotan yang ada). Setiap kita memang perlu melalui dan melampaui setiap episode permainan keabadian yang disebut kehidupan (hingga kematian ... pasti. namun tetap tanpa kedewasaan pencerahan lagi karena asyik mbadut dalam dagelan nama rupa samsarik ? hehehe  ) ini. Semoga berkah tetap mampu dijalani ... minimal bubrah tak perlu kita lakukan bukan hanya pada diri sendiri apalagi kepada semesta kebersamaan dan sentra keseluruhan segalaNya ... tahu diri hanya sebagai setitik air impersonal reality di samudera raya keberadaan untuk sekedar selaras wajar meng-ada tanpa perlu pekok meng-ada ada apalagi heboh meng-ada ada kan. (tanpo ngumpluk ... kegeden anggep & kakehan karep ? - jw). 
Semoga janji sharing idea bisa tuntas segera ... kalau belum ? Ya .. lanjutkan paska pensiun nanti saja (jika sempat waktu hidup , ada energi intelgensi, komitmen niatan berbagi lagi  dsb, lho)

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
OKAY ...
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro. 
Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. 
Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. 
Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. 
semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu..


Sadhguru Yasudev Quotes : 
Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.
Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka.

Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai  keberadaan saat ini kita semua 
“We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin
literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia 

Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
PRAKATA : Just Simple Words to Begin and Fade Awa(Hanya Kata-kata Sederhana untuk Memulai dan kemudian Berlalu) 

Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

Link video : Awaken Samadhi trailer 
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

PLUS : 
Kata manusia berasal dari kata mana dan ussa. Mana artinya ‘batin’ atau ‘pikiran’. Ussa artinya luhur atau tinggi. Jadi kata manusia mempunyai arti: mahluk yang mempunyai batin tinggi atau mahluk yang bisa mengembangkan batinnya, pikirannya, mencapai keluhuran. Dengan demikian, menurut arti katanya, maka manusia yang berusaha membawa dirinya mencapai nilai-nilai yang lebih tinggi, itulah manusia yang wajar. Tinjauan ini menyadarkan kita bahwa tanpa adanya usaha membawa diri mencari nilai-nilai kehidupan yang lebih tinggi, martabat manusia menjadi melenceng dari sebutan ‘manusia’ yang disandangnya itu.
plus kutipan = ttps://kalamadharma.blogspot.com/2020/06/mbuh.html ( corona 2 dia atas )_
Terma manusia konon berasal dari kata Sanskrit Manas & Ashya (Pali : Manussa?) ... suatu keberadaan yang dengan batin fikirannnya di wilayah mediocre duniawi ini memungkinkannya mencapai puncak evolusi individual tertinggi wilayah samsarik imanen (kebebasan pencerahan atau minimal nama abhasara ?)  namun juga sekaligus bisa menjatuhkannya ke dalam jurang terdalam labirin permainan keabadian hidup ini (apaya niraya atau bahkan rupa lokantarika?). Kita sering mengamati terkadang juga menikmati bahkan menjalani juga drama internal universal yang tidak selalu wajar sebagai media impersonal dalam kearifan, kebaikan dan keaslian namun terkadang bahkan justru heboh sebagai figur personal dengan kenaifan, kesemuan bahkan keliaran ... hingga batas 'akhir' setiap episode permainan kehidupan singgahan duniawi yang disebut kematian. Suka atau tidak suka, takut atau tidak takut, siap atau tidak siap .... toh antithesis kematian sebagai konsekuensi logis dari thesis kehidupan harus rela diterima bersama juga dengan synthesis tidak hanya peninggalan hidup eksistensial (memory kenangan, property warisan, produk karya bagi insan dunia yang ditinggalkan ... baik mulia maupun nista? ) namun juga keberlanjutan arus kehidupan individual (level swadika, bakat talenta, hisab visekha ... untuk episode 'pribadi' berikutnya)....etc.
Link video : Ela - Manusia 

Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb)   Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan plus keholistikan  (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).

Dari WA group alumni SMA = 
Di bawah lamgit ini kau tidak sendirian ... Tuhan menciptakan perbedaan jauh sebelum engkau dilahirkan. Siapa yang menciptakan perbedaan ? Tuhan itu sendiri. Jika Ia mau semua seragam sudah dibuatnya dari dulu. (selamat tahun baru imlek 2022)

Ditrigger musik dulu ... Agama Cinta - Puisi Ibnu Arabi (Terjemah Indonesia)

Link video :https://www.youtube.com/watch?v=-lSS29FbZNc&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=10
Link data :https://lsfcogito.org/kidung-cinta-ibn-arabi/0

WAHDAT AL-ADYAN (Unity of Religion = Kesatuan Agama ?)

Laqad shara qalbi kulla shuratin,
fa mar'a li ghazlaanin wa dairun li ruhbanin,
wa baitun li autsaanin wa ka'abu thaifin
wa alwahu tauratin wa mushhafu Qur`anin,
adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu 
rakaibahu fad dinu dini wa imani
My heart became open to all forms:/
A pasture for gazelles and a cloister for monks,/
 A house of idols and circling the Ka'ba*,/
The tablets of Torah and the Book of Qur'an./
 I profess the religion of love, wherever its caravans lead.../
In love is my religion and my faith.
Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas
Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta
Rumah aneka berhala dan kabah bagi orang yang tawaf
Juga lembaran- lembaran Torah dan mushaf Qur’an
Aku menganut agama cinta kemanapun Dia mengarah
Cinta adalah agamaku dan dia adalah imanku

adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu 
rakaibahu fad dinu dini wa imani
My heart became open to all forms:/
A pasture for gazelles and a cloister for monks,/
Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas
Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta

Upaya konversi, heretisasi, syncretisasi atau hybridisasi ajaran ? NO. Panentheisme memandang segala fenomena di permukaan hanyalah adalah cerminan gradasi layer dimensi dari realitas di kedalaman yang menjangkau progress interconnected dari desain homeostatis kesedemikianan ini dalam equilibirium keseluruhan sebagaimana mentari merengkuh putra putri pelanginya. Inferensi intuitif menuju kedalaman (bukan sekedar analogi intelek di permukaan)  kita gunakan bukan hanya agar kebijaksanaan pengetahuan kita tidak menyimpang dari kaidah kosmik peniscayaanNya  (awas ! labirin paradoks pandangan / penganggapan/ pengharapan!) namun juga agar kita tidak stagnan untuk progress capaian maqom penempuhan tetap dinamis tumbuh berkembang tanpa batas dalam asymptot keTidak-TerhinggaanNya.
kodok njero batok  ?  Kecerdasan video Sadhguru ? komik Chimni seri 'kutu dalam kotak'
 
Berhadapan dengan ketidak-terhinggaan ... bagi setiap pemberdaya ... langit senantiasa tiada batas umtuk senantiasa tumbuh berkembang dalam keberdayaan melampaui segala labirin keterpedayaan & pemerdayaan yang senantiasa ada mengintai dalam setiap evolusi, harmoni & dimensi yang diskenariokanNya. Aktualisasi holistik Kusala Kiriya para Sakshin Ariya tanpa perlu mengalienasi , mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi (bukan hanya internal namun juga eksternal ... demi eksistensialitas, universalitas & transendentalitas yang terrniscayakan via kefahaman, kecakapan & kelayakan ... sebagai kesadaran dalam kewajaran sebagaimana adaNya ... lillah, billaah, fillaah .... Wei Wu Wei  (Just action .. without acting & actor ?).

PANENTHEISTIC .... What, Why & How ?
Sadhguru Yasudev quote :
the path is the destination and the destination is hidden in the path as the Creator is hidden in creation
Jalan adalah tujuannya, dan tujuan tersembunyi di dalam jalan, seperti Sang Pencipta tersembunyi di dalam ciptaan.
Panenentheistics yang kami ajukan nanti mungkin (tepatnya : memang) unik/beda dengan pandangan yang sudah ada hingga saat ini (Krauss, filsuf perenealis dsb). Ini adalah hipotesa paradigma (cara pandang) filosofis yang kami susun secara inferensial hipotetis akan realitas kebenaran dari fenomena kenyataan yang kita hadapi selama ini & mungkin demikian juga nanti.   

BAHASAN =  TENTANG IDEA 
kami tidak membuatkan belenggu, sesembahan maupun kelompok baru & beda 
pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik  (bagi para agnostik)
rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha )
DALAM KESEDEMIKIANAN (ORIENTASI)
Panentheism (All in God) > Pantheism (All IS God) 
Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 
Paradigma Saddhamma : tentang Kesedemikianan  ( BE REALISTICS )
Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 

GNOSIS KOSMIK  GRAND DESIGN 
Tampaknya selama ini kami hanya berputar-putar saja …Walau sesungguhnya memang sungkan karena masih rendahnya kenyataan autentik dalam level spiritual dan memang riskan karena tetap perlu keberadaan harmonis dalam label eksistensial , namun tampaknya  pandangan esoteric yang tersembunyi (disembunyikan?) di kedalaman ini memang seharusnya muncul  ke permukaan demi kebijakan pengertian & kebajikan penempuhan untuk mempermudah pencerahan selanjutnya.
Hidup adalah pilihan. Sebagai seeker kami memang  memilih  pandangan panentheistic ini untuk menjaga arah pandangan yang relative lebih benar, bijak & bajik dalam keseluruhan untuk senantiasa true, humble & responsible selaras dengan realitas kenyataan yang terjadi.
PANENTHEISTIC ? 
SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti )
Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan
Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan )
Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) 
Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama
Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif  tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini.

Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku.  Well, harmoni dimensi (juga sinergi valensi) memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)

KONSIDERAN PARADIGMA 
Akal Sehat - Hati nurani - Jiwa Murni  
(Logika Ethika ) Filsafat & Psikologi ; 
Dogma Agama ; Sistem Mistik ; Kaidah Dhamma .... See : pandangan, penempuhan, pencapaian 
kutipan :

spirituality is simple but not easy 
spiritualitas sebenarnya sederhana namun tidak mudah (difahami & dijalani )

From Truth Seeker SBAR to True Seeker SBNR ... A QUEST TO SEARCH FURTHER
KONSIDERAN PARADIGMA = SBAR atau SBNR 

QUOTES = 
Segalanya terjadi karena keniscayaan bukan sekedar penganggapan atau pengharapan ... layakkan x lagakkan / angankan.
intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik (, holistik & harmonis) meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan.

SBAR = SPIRITUAL BUT ALSO RELIGIUS
beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni.
bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi.
berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi.
SBNR = SPIRITUAL BUT NOT RELIGIUS
Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe 

Kutipan tentang Agnostisme :Keraguan Ehipasiko? 

Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl  untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi  pembenaran ego Agnostisme ? 
- Dubois :   Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya  
Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?).   
- Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778)  
So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya.  Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke  Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai  kebijaksanaan.
Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal  mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.
Sesungguhnya kami tidak nyaman untuk jujur mengakui ini ... kami sebetulnya faham dan cukup tanggap bukan hanya akan silogisme tersirat namun juga fakta kenyataan di lapangan ....ini tidak sekedar tuduhan pembangkangan mereka bagi pengumbaran vitalisme neurotik saja namun terkadang autentik memang dikarenakan pandangan kebijaksanaan demi altruisme holistik yang diidealkan . Singkatnya, kehidupan berkeagamaan ,berketuhanan (dsb) kita memang sering tidak sesuai dengan evolusi, harmoni & sinergi yang seharusnya (ber-etika, bermartabat dan memberkahi  dunia ini ) bahkan seringkali justru sebaliknya (menyesatkan, menyusahkan & mengacaukan bukan hanya sekedar diri sendiri namun juga orang lain, komunitas kebersamaan bahkan ke segala dimensi keberadaan hidup ini) apalagi jika memang ada celah hujjah untuk melegitimasi pembenaran kepentingan pelaziman kezaliman tersebut.  (trium falisme - standar ganda - pembenaran addhamma diri bagi lainnya ?).  
Bukan maksud kami mengacaukan permainan peran (dagelan nama rupa) yang tengah berlangsung (sudah, sedang dan akan demikian juga nantinya) dengan mengungkapkan realitas kebenaran & fenomena kenyataan (pembabaran Dharma ... sungkan, bro? ... introspeksi level spiritualitas diri :padaparma dihetuka) apalagi kebodohan internal & pembodohan eksternal (pembeberan Avidya  ... riskan, lho ... harmonisasi label eksistensialitas diri : umat beragama  & berTuhan) untuk share idea yang relatif agak berat, luas & mendalam ini  bagi orang kebanyakan.  Kami cukup faham dan juga sadar akan keniscayaan konsekueensi penempuhan yang memang tidak selalu selaras bahkan terkadang sering kali justru tidak sejalan dengan kebijaksanaan pengetahuan kami sendiri tersebut. 
Semula kami menujukan share ini bagi kita insan beragama untuk minimal membawa kebaikan & perbaikan bagi semua (diri, alam & sesama lainnya) karena di alam dimensi manapun kita (dunia saat ini atau alam nanti) sebagai apapun kita (manusia, hewan, petta, yakha, asura , niraya etc... dewa, mara, brahma, ariya dsb) kebaikan & perbaikan kualitas diri dan alam tsb harus tetap terjaga & dijaga keberkahanNya untuk evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi keberadaanNya. Namun tampaknya mungkin justru mereka yang akan lebih bebas leluasa tanpa jeratan/ sekapan harmonisasi paradigmatik eksistensial  dalam memetik manfaatnya karena akan lebih autentik, harmonis & holistik  dalam memahami & mengembangkan bukan hanya kemendalaman / kebijaksanaan  pengetahuan namun juga capaian penempuhan dan layaknya keniscayaan selanjutnya. Well, sesungguhnya diperlukan tidak sekedar hanya kebaikan (kamavacara), kearifan (brahmanda) ataupun kesucian (lokuttara) namun juga keutuhan (apa istilah term baru ini ...self term kami : Adhyatama saja, ya ? Maha Diri Azali Hyang Abadi ) sedangkan untuk ke'zero'an selanjutnya tidak kami rekomendasikan (dampak annihilisasi diri zenka bagi alam sigma & inti sentra, labirin paradoks tanazul MLD kejatuhan lagi & terutama level spiritualitas diri ...hanya Asekha diri yang telah murni dari jebakan delusi keakuan/ sekapan tanha kemauan samsarik maka  paska nibbana juga advaita & paramatta yang memang layak (tidak asal berlagak  ... jadi kita ? ya nggak mungkinlah. Secara autentik kualitas Keakuan kita masih naif apalagi kemauan kita masih liar ... walau mengharapkan pembebasan Nibbana, mendambakan manunggaling kawulo gusti Brahmanda ataupun dijanjikan layak jannah astral namun ... jika saja tidak didukung dengan akumulasi kelayakan yang memungkinkan keniscayaannya tampaknya memang harus barzah eteris dulu karena memang kelayakann/kelaparan akan penganggapan & pengharapan itu atau jika akumulatif MLD memang besar/ sangat tebal akan jatuh lebih rendah lagi dari sebelumnya ) Lanjut ke asymptot ke'zero'an .... namun demikian kalaupun mungkin memang layak dan juga  mampu (?) Dia mungkin akan tetap benar, bijak dan bajik untuk tidak menembus keIlahian Inti Hyang tidak hanya personal immanen namun juga Impersonal transenden ini demi kebijaksanaan keseluruhan kesedemikianan ini ... Dalam keswadikaan diri menjadi selaras dalam keseluruhan mungkin memang lebih tepat (tanpa harus hebat ? jumbuhing karso kawulo gusti x manunggaling wujud kawulo gusti ! ) ketimbang sempurna dalam kesemestaan alam & kesendirian inti pada mandala kesedemikianan ini ? (Imaginasi inferential filosofis gila atau gila-gilaan, nih .... hehehe, asal kesadaran tidak gila beneran dan kewajaran masih tampak waras ndagel patut x mbacut mbadut bersama figure peraga lainnya ). Secara pribadi kami tidak memandang tinggi / rendah wilayah  karena segalaNya berada dalam mandalaNya  dan  seharusnya juga kepada segala ego  figure/ ide konsep yang memang/ mungkin 'ada' padanya ... terlepas dari preferensi keinginan & hierarki kelayakan yang terjadi.
Berpandangan benar, berpribadi bajik & berprilaku bijak diperlukan bukan hanya bagi setiap diri dan juga lainnya demi ketepatan evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi namun juga disetiap alam keberadaan (bukan hanya yang telah mencapai & menghuni alam bahagia semisal alam surgawi kamavacara, dimensi ilahiah brahmanda ataupun bahkan esensi murni lokuttara ... namun juga yang masih tersekap & menjebak dalam harapan / ratapan di alam fisik, apaya bahkan hingga lokuttara ... eh ... lokantarika kelak ?) dikarenakan kaidah kosmik pelayakan keniscayaan dalam keseluruhan yang sudah, sedang dan akan berlangsung demikian adanya. Ada state, peran & tugas yang harus diterima, dikasihi & dilampaui dalam setiap fase permainan keabadian yang kita sebut sebagai keberadaan (mengada > mengada-ada > mengada-adakan ?) ini. See : menghadapi keabadian - kehidupan - kematian (dalam kesadaran , kecakapan & kewajaran )


PROLOG

PARAMA DHARMA : Just Idea ...
Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
Well, The Greatest evil is Ignorance  Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuan
Walau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.
KEDEWASAAN PENCERAHAN 
The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.
The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.
Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.
so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.
Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.
Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. 
Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.
Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana
BAHASAN =  TENTANG AVIJJA 
Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)
Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI ....  Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) 
Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ...   Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena  membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut  nantinya)

QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.
Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)

   

skema sederhana dari paradigma keniscayaan & peniscayaan kesedemikianan dalam keseluruhan , hehehe
wei wu wei ... reresik tanpo kemresik  ... just be a sakshin

TENTANG SKEMA 
~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan) ; I = mandala keberadaan 
TENTANG IDEA 
Kita beranjak lebih maju lagi akan kaidah gnosis wisdom untuk memperluas, memperdalam & memberdayakan

SKETSA 

apa ini? coretan tidak karuan..?.. ya ... itulah sketsa sederhana suchness philosophy .... paradigma  kesedemikianan , hehehe

TENTANG SKETSA 
Diagram Venn Himpunan aljabar ? Bujur Sangkar Universun hokistics (harusnya matra 3 bidang ruang > 2 bidang datar = bola > lingkatan Taoism ?)
~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan)
A B C D = orientasi ke atas, ke dalam vs ke bawah ke luar  = Parama Dharma keselarasan vs Maha Avijja ketersesatan   
Lingkaran  = layer eksistensial - Universal - Transendental  (disikapi secara holistik sebagai level gradasi > label hirarki ? )
Juring AD = ideal keselarasan lokuttara (kedewasaan /pencerahan ) beri tanda centang ( V =victory ) vs Juring BC =  idiot ketersesatan lokantarika (tanda X wrong? )
evolusi pribadi -  harmoni dimensi - sinergi valensi ; (swadika talenta visekha ) (persona regista persada) ; (menerima mengasihi melampaui)  (kesadaran di kedalaman - kewajaran di permukaan - kecakapan di keluasan)  (being true - humble - responsible )etc 
TENTANG IDEA 
kami tidak membuatkan belenggu pandangan lain, sesembahan baru maupun kelompok beda ( hanya ... just share idea pengertian keseluruhan ) 
pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik  (bagi para agnostik)
rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha)
INFERENSI DIMENSI = 
urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)

NO

WILAYAH

LAYER

ORIENTASI

MODE

SIFAT

TERM

TYPE

 DIRI ?

 TATARAN 

1

Kamavacara

Eksistensial

Kebahagiaan

Eksploitasi

Transaksi

Lillah

Persona

Mengaku (sebagai aku)

Personal

2

Brahmanda

Universal

Kesemestaan

Interkoneksi

Harmoni

Billah

Monade

Mengesa (sebagai kita)

Transpersonal

3

Lokuttara

Transendental

Keadvaitaan

Aktualisasi

Sinergi

Fillah

Sakshin

Meniada (sebagai dia)

Impersonal

Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati  )

well, ini saja sebagai acuan pembuka (eneagram intelgensi 9 + 1) sinkron dengan orientasi kesadaran awal ... puluhan tahun lalu karena belum tahu inti kasunyatan yang seharusnya juga selaras dengan kemurnian Intelgensi Intelgensia Transenden Universal sehingga bebas berimaginasi untuk memuaskan sensasi kemauan & fantasi keakuan (walau tidak semuanya ). Yap, coba inferensikan lagi. (buat tabel triadenya dulu) plus data referensinya (walau ini ilmu baru toh sejumlah orang sudah share data pemicunya juga ).
Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan

No

Level

Dimensi

Tantien pusat

Tantien hati

Tantien otak

Z

1

Elementary

3 tataran intelek

1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,

2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,

3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;

123

2

Intermediate

3 wawasan intuisi

6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;

5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,

4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,

654

3

Advance

3 penembusan insight

7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah

8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,

9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)

789

dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain

See :slogan pacceka 
Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  

BE RESPONSIBLE  bertanggung jawablah 
BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian 
BE TRUE  (untuk menjadi) sejati

Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real 
Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius
Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) 
Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika  keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. 
Sacred Monistics ? self term untuk pembenaran anggapan hanya dengan imaginasi / identifikasi bahwa karena telah berpandangan, beranggapan, berkelakuan bahkan pernah mencapai 'pencerahan' / "penyatuan' seseorang merasa sudah berhak merasa suci dan boleh melakukan apapun juga (termasuk kebejatan, kekejaman dsb) terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, lingkungan sekitar, dsb. 
perlu akal sehat, hati nurani & jiwa suci dalam spiritualitas demi kebenaran, kebajikan & kebijakan bukan hanya demi evolusi pribadi kebaikan/perbaikan diri sendiri saja tetapi juga  harmoni dimensi kebersamaan & kesemestaan dengan lainnya disamping ... tentu saja ... agape alithea dalam keselarasan Saddhamma di mandala advaita ini.

Be True :  x  imaginative
vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?)
mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /. Adalah keyakinan semu (atta dipatheyya/loka dipatheyya?) yang menyatakan/menghalalkan bahwa kita akan dianggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? 
Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara  & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini..
Kutipan :
Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun. 
Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah (sebagaimana) diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda.
Dsb Dst Dll  

Kutipan : Keraguan Ehipasiko? 
Well, just ... Sapere aude (Horace/Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.

Be Humble :  x identificative
vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?)
Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. 
Selama berada dalam kondisi meditative okelah (karena toh dengan tidak melakukan kebodohan/kesalahan/keburukan kepada lainnya sudah termasuk kebaikan) namun apakah bisa dipastikan setelah itu kebijaksanaan & ketawaddhuan terus berlanjut dan tidak justru berubah dengan takabur kesombongan & pembenaran standar ganda kepentingan karena sudah merasa berlabelkan suci tsb (ingat : Ovada patimokha di bulan magha atau khosyiun - daaimun .... kelestarian meditative pada 3 saat sebelum, ketika & setelah meditasi/realisasi/)
kutipan : 
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). 

Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental

Be Responsible :  
vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( tidak hanya mengandalkan/mengharapkan/membebankan ... maaf 'hanya' ... rahmat pengampunan/penebusan dosa & kemungkinan ahosi karma/ penghalalan 'kiriya' sacred monistik )
Walau memang ada kemungkinan pertolongan eksternal maupun keberuntungan Mahakammavibhanga internal dsb namun demikian demi kebenaran, kebajikan & kebijakan , janganlah melakukan kebodohan internal & pembodohan eksternal apapun juga kepada siapapun saja .... Bahkan kalaupun itu memang kebenaran tersebut ternyata memang demikian kenyataannya namun sikap keutamaan adalah tetap lebih perwira, terjaga dan berdaya dalam segala hal ... bolehlah bertaruh akan 'keajaiban' namun bersiagalah menerima jika yang tak diperkirakan justru yang terjadi. (Be Wise, guys). Latihan aktualisasi murni untuk mampu melampaui faktisitas samsarik tidak sekedar defisiensi perolehan apalagi manipulasi transaksional belaka ?.

Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian

Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi  
  
TANAZUL TARAQQI

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

AsaƱƱasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (NimmĆ£narati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (CĆ£tummahĆ£rĆ£jika) 4

Saka  (TĆ£vatimsa) 5

Yama (YĆ£ma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchĆ£nayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3

Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi).Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) 

Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .

Plus: hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . 
Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik  p.7

Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali
lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... AsaƱƱasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 

idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya
yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik
Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental (mengapa ?).

https://www.youtube.com/watch?v=w-QhMDG_vHY&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=64&t=12m56s
RELIGI ABRAHAMIK = anthropomorphisme keilahian personal ? 
Referensi Agama lain ..... referensinya googling sendiri, ya? (capek, repot & ribet ... untuk agama sendiri saja sudah habis-habisan tetapi belum habis juga, bro )
KAMAVACARA ? (Dimensi fisik < eteris, astral surgawi , mental laduni ?) < BRAHMANDA (Dimensi monade kosmik Brahma (abhasara cs, vehapala cs, suddhavasa cs) < LOKUTTARA (Dimensi nibbana, advaita, paramatta ?) < ETC ( Hyang melampaui eksistensialitas diri < universalitas alam< transendentalitas inti  )
Dalam Mystic Radha Soami Tuhan bisa disebutkan(Varnatmak) personal atau tidak mungkin disebutkan(Dhunyatmak)transpersonal / impersonal ?. 
Mystik  Yogi Sufi Radha Soami : 
SANT MAT IMAGES.pdf 
5 Holy Names.pdf (1 Alakh Niranjan astral surgawi, 1 Omkar Brahm mental kausal, 3 layer Brahmanda Lokuttara ?)
Harmony-Of-All-Religions.pdf
TENTANG PERSONAL GODS AGAMA 
KRITIK INTERNAL KAREN ARMSTRONG
Karen Armstrong_A History of God ENG.pdf
Karen Armstrong_Sejarah Tuhan INA.pdf


MONOLOG

TRIADE = GNOSIS - EXODUS - WISDOM



Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)


No

Level

Saddha  

(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)

Sila  revised

(pakati + pannati : varita & carita)

Samadhi

(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian

Kebijaksanaan

Panna

Dhamma Vihara

(Kelayakan terniscayakan)

Prior Input

Final Output

1

Elementary

Suta maya paƱƱā (intelek)

Pancasila

Appana & Khanika

Diba Vihara (surga ?)

Padaparama dihetuka

Neyya tihettuka

2

Intermediate

Cintā maya paƱƱā (intuisi)

Atthasila

Jhana (lokiya & lokuttara)

Brahma Vihara   (Ilahi?)

Vehapala  (rupa + arupa?)

Gotrabu Anuloma

3

Advance

Bhāvanā maya paƱƱā (insight)

Samanasila

Magga & Phala   (irreversible ?)

Ariya Vihara (murni?)

Sekha

Asekha ?

Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,.  semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) 

Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya  & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ). 

SITA HASITUPADA 
See :  Sita Hasitupada (harus tanggap tidak asal tangkap, ya?)

Tersenyum seperti Buddha
(Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) 
Be Realistics to Realize the Real 


Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).
Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.
Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.
Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.

Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik 
Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik

Tersenyum seperti Buddha JMB 5
karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual
Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)
Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)
Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )
Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri
(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )

Tersenyum mengarah Buddha JMB 8
karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual
Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)
Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )
Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) 
Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri
(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga  = Dhamma Vihara )

Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10
karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual
Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala  )
Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)
Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala  non karmik?)
Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri 
(harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara  = Ariya Vihara )

Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.
Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi
Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.
Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.

Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan

GNOSIS = 

Sadhguru Yasudev Quotes : 
If you are looking for solace, belief system is fine. But if you are looking for a solution, you have to seek.
Jika anda mencari hiburan, sistem kepercayaan baik-baik sajalah. Tetapi jika anda mencari solusi anda harus mencarinya. 
Terlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal levelnya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ?

Kutipan lengkap komentar Bahiya :  DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf  p.6 

Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOG  
Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
STATISTIK ?  
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
BAHIYA SUTTA ?  
Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
EPILOG
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana. 

IMPERSONAL REALITY 
Susah edit . Just info. Rasan-rasan (Internal Self Talk)
IMPERSONAL REALITY  JUST FOR SEEKER 
Tampaknya memang konsep Anatta ini keunggulan pandangan Buddha yang mendasar & menyasar mengatasi avijja .... tidak lagi MLD bodoh menyombongkan keberadaan, tidak perlu dibodohi asava internal mengumbar keserakahan apalagi harus tega membodohi eksternal menebar kedengkian .... sangat autentik & holistik. Melampaui samsara dengan cantik ... ajaran walau tampak sederhana (tetapi tidak mudah) namun sempurna (tanpa manuver obralan psikis-bisnis-politis & agresi teror ghibah fitnah, hasad hasut & jajah jarah demi kuasa,harta& citra typical ular pemangsa berbisa ?... pekok, heboh dan norak yang justru bukan hanya menyimpang dari kaidah kosmik yang berlaku impersonal transenden namun juga menyesatkan, menyusahkan dan menghancurkan bukan hanya diri sendiri, orang lain dan bahkan tertib kehidupan dimensi alam ini.  Realisasi Transendental yang tidak membawa masalah bahkan justru berkah bagi kedamaian universal & kecerahan eksistensial. 


 

Aneka jati samsaram, Sandhavissam anibbisam, Gaha kararn gavesanto, Dukkhā jāti punappunarm, u Gaha karaka ditthosi, Puna geham na kāhasi, Sabba te phasukā bhaggă, GahakÅ«tarn visankhatarń, Visankhara gata cittam, Tanhananm khayamajhagĆ£.
Through many people I wandered in samsara, searching, but not discovering, arn, bbƤ home. Suffering is born again and again. Oh, for me, home! You're seen. You will not be able to make a house again. Everything is broken. Your main pillar I have destroyed. My mind has reached the state of uncondition, where the attachment I have destroyed.
Melalui banyak orang (figur peran keberadaan) Aku mengembara dalam samsara, mencari, namun tak menemukan, pembuat rumah. Menderita terlahir lagi dan lagi. Oh, pembuat rumah! Kau sudah terlihat. Anda tidak akan bisa membuat rumah lagi. Semuanya sudah rusak. Tiang utamamu telah kuhancurkan. Pikiranku telah mencapai keadaan tanpa syarat, di mana kemelekatan telah kuhancurkan.

ovada 3 (inti ajaran Buddha : jauhi keburukan, jalani kebaikan & murnikan kesejatian ?)
diajarkan murni x untuk popularitas, pengikut atau perolehan materi
hanya demi kemanfaatan (kebaikan) orang tsb x pemanfaatan 
prasangka Nigrodha (pengikut, cara hidup, tradisi )  
demi manfaat kebahagiaan kesejahteraan  banyak makhluk  
empati Upali
no claim upadana
just for others' goodness  & respect dhamma (x identificative & exploitative motive : pengakuan, perolehan & pengikut )
Hanya demi pembabaran Dhamma sejati secara murni demi kebaikan & kesucian semuanya tanpa motif tersurat & tersirat apapun.

Tentang Evolusi Spiritual =
Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
    

Evolusi avatara spiritual ? Mystic being paska  dasavathara Kalki  ?
Balance keseimbangan hidup total ? just be -  one in ONE
Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
1. Kalki destroyer (Ancient Hinduism Myth of dasavathara ) penghancuran addhamma di akhir yuga 4 atau hingga  menggenapi siklus pralaya samsarik rupa lokantarika Asura > progress swadika nirvanik nama lokuttara Ariya ? ironis & tragis karena kesalahan sesungguhnya bukan pada aspek khanda rupa material fisik alamiah  namun pada keburukan asava aspek nama batiniah zenkanya. / awas dosa byapada kebencian/ 
2. Zorba the Buddha (hipotesis Osho for New Man ) ? vitalisme mampu filosofis atau menjadi hedonis / awas lobha tanha ketamakan /
3. Zenka the holistics (just dream ?) ... Ariya Swadika di segala mandala / awas moha avijja kebodohan juga, lho  / 
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental

prajna paramitta avalokitesvara
HARMONI DIMENSI
memahami hakekat realitas transendental kesedemikianan
PrajƱāpāramitā
kebijaksanaan agung prajna paramita

Oį¹! Namo Bhagavatyai Ārya-PrajƱāpāramitāyai!
Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramita
Ārya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhÄ«rāį¹ prajƱāpāramitā caryāį¹ caramāį¹‡o,
Sang Ariya Bodhisatva  Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,
vyavalokayati sma panca-skandhāį¹s tāį¹Å› ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.
melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri

Iha, Śāriputra, rÅ«paį¹ śūnyatā, śūnyataiva rÅ«paį¹;
Di sini, Wahai ÅšÄriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;
rÅ«pān na pį¹›thak śūnyatā, śunyatāyā na pį¹›thag rÅ«paį¹;
kekosongan tidak berbeda dengan wujudwujud tidak berbeda dengan kekosongan;
yad rÅ«paį¹, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rÅ«paį¹;
Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.
evam eva vedanā-saį¹jƱā-saį¹skāra-vijƱānaį¹.
Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.

Iha, Śāriputra, sarva-dharmāįø„ śūnyatā-lakį¹£aį¹‡Ä,
Di sini, Wahai ÅšÄriputra, segala dharma bersifat kosong , 
anutpannā, aniruddhā;
Tanpa kemunculantiada pula kelenyapan ;
amalā, avimalā;
Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;
anÅ«nā, aparipÅ«rį¹‡Äįø„
Tanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan

Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāį¹
Karena itu, Wahai ÅšÄriputra,  dalam kekosongan itu
na rÅ«paį¹, na vedanā, na saį¹jƱā, na saį¹skārāįø„, na vijƱānam;
tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;
na cakį¹£uįø„-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāį¹si;
tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;
na rÅ«pa-śabda-gandha-rasa-spraį¹£į¹­avya-dharmāįø„;
tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;
na cakį¹£Å«r-dhātur yāvan na manovijƱāna-dhātuįø„;
tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;
na avidyā, na avidyā-kį¹£ayo yāvan na jarā-maraį¹‡am, na jarā-maraį¹‡a-kį¹£ayo;
tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,
na duįø„kha-samudaya-nirodha-mārgā;
tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;
na jƱānam, na prāptir na aprāptiįø„.
tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.

Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād Bodhisattvasya
Oleh karena itu, Wahai ÅšÄriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,
PrajƱāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraį¹‡aįø„,
Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,
cittāvaraį¹‡a-nāstitvād atrastro,
memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,
viparyāsa-atikrānto, niį¹£į¹­hā-Nirvāį¹‡a-prāptaįø„.
mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāį¹‡a.

Tryadhva-vyavasthitāįø„ sarva-Buddhāįø„
Semua Buddha berdiam di tiga masa 
PrajƱāpāramitām āśritya
dengan mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan
anuttarāį¹ Samyaksambodhim abhisambuddhāįø„.
sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi

Tasmāj jƱātavyam PrajƱāpāramitā mahā-mantro,
Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agung
mahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraįø„,
mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,
sarva duįø„kha praśamanaįø„, satyam, amithyatvāt.
Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.

PrajƱāpāramitāyām ukto mantraįø„
Dalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkan
tad-yathā:
dengan cara berikut ini
gate, gate, pāragate, pārasaį¹gate, Bodhi, svāhā!
pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!

Iti PrajƱāpāramitā-Hį¹›dayam Samāptam
Dengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati 

Kutipan :
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran  
  
Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)

Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro 
Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama)  Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro 
Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha  kesemuan  "penderitaan".

Tersenyum dengan kesucian  Buddha dan atau Menari dalam kearifan Shiva 

Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut.
Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva
Pesan Kesucian Buddha : Demi Evolusi Pribadi ... jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinyaJalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya .
Pesan Kearifan Shiva : Bagi Harmoni Dimensi...dengan tanpa membencinya Jauhi kejahatan, dengan tanpa melekatinya jalani kebajikan dan dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya  sucikan fikiran. 
Tampak hanya seperti rhetorika filosofis yang sama vocabulary-nya hanya beda stressing-nya saja ?
No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual).  Untuk kemudian  sebagaimana grihasta lainnya (orang awam bukan/ tidak harus? samana/ pertapa .. maaf, tidak ingin menyesatkan para bhikkhu yang memang harus disiplin ketat dalam samana dhamma : pariyati patipati pativedha, brahmacari selibat & samma ajiva pindapata. ... mohon ini tidak disikapi sebagai kritik eksternal karena sesungguhnya kami sebagaimana para umat justru sangat mengapresiasi kesadaran & ketulusan pengorbanan sejati demi ladang kebajikan, pelestari tradisi & realisasi Saddhamma bagi semua walau kami yakin para pabajita tidak mengharapkan apalagi memanfaatkan pernyataan / pengakuan itu demi kemurnian evolusi pribadi & harmoni dimensi tersebut ... susah juga ngomong jujur namun santun)  dalam kewajaran pembumiannya , orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. .... ingat : being mad of  Khalil Gibran (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnyaMikhail Naimy.
Ulasan  :(sadar terjaga namun wajar bersama )  (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?)
dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi  
kemantapan terindividuasi 
kehandalan beraktualisasi 
dari Vlog 
 
Secret Society ... 
Mafia Globalis ... agak paranoid ?

 

Kewajaran Pembumian 
(deduktif  pengetahuan)
dengan kecakapan spiritual ?
SHIVA
Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
Kesadaran Nekhama  
(induktif  penempuhan) 
demi kearhatan spiritual? 
BUDDHA 
Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

 

https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s

https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s 

 

kearifan internal untuk kebaikan eksternal  (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/  aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi  /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/

Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada  terbuka lebar  tidak untuk dihindari  /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/  

Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi     /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda  /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/

Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang   /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata  / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima  /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta)  karena cinta kasih persahabatan kehidupan  universal  & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma  untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/  Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/

 Melengkapi inner strength kesadaran  Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan  /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi  inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul 

Keterlatihan sikap nekhama (melepas)  /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan  (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat  memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga  sila supaya kotoran batin internal berkurang  /49m40s/ latihan  melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita  karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini

Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.
Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor

Link Video :

Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. 
Be selfless as it really be  (to be one in One not one of  the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya  namun karena batiniah zenka penghuninya. . 

EXODUS =

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Only in transendence can there be transformation. When you keep rising from where you are right now, one day you will be profoundly transformed. 
Hanya dalam transendensi dapat ada transformasi Ketika anda terus bangkit dari posisi anda saat ini, Suatu hari anda akan ditransformasi secara mendalam .

2. To Realize : kesadaran integritas untuk tulus menuju pemurnian kesejatian
FORMULA SWADIKA : tentang keberdayaan ( TO REALIZE )
Sadhguru Yasudev quote :
one of the most important thing is to liberate human beings from their compulsiveness and insanity and pave away to go beyond.
satu hal terpenting adalah membebaskan manusia dari sifat kompulsif dan insting mereka dan membuka jalan untuk melampauinya 

 


1. orientasi kesadaran  

2. transendensi kearhatan  

3. transformasi kecakapan  

4. aktualisasi kemapanan 

5. harmonisasi kewajaran

1. Menghadapi Keabadian : 
Swadika, Talenta, Visekha
Swadika :
Talenta, :
Visekha:
2. Menghadapi Kehidupan : 
kecakapan, kemapanan, kewajaran
kecakapan :
kemapanan, :
kewajaran :
3. Menghadapi Kematian : 
Racut , Bardo , Alam 
Racut : 
Bardo :
Alam :

Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . Dari : Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. 
wah .... gambar kiblat papat limo pancernya (4 arah + 1 pusat = 5) koq jelek begini  amatiran.. asal bikin (rugi waktu & energi bikin logo..sebodo amat, biarin aja)  (hehehe .... dianggep cakeplah)   

Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) .
Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .

1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Swadika :
Talenta, :
Visekha:
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran
kecakapan :
kemapanan, :
kewajaran :
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 
Racut : 
Bardo :
Alam :

1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha

Data lama :
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
Prolog :
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya. 
Terlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal levelnya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ?

1b. Talenta :Transformasi Kecakapan 
Talenta berkaitan dengan bakat zarah Bhavana untuk bawaan selanjutnya Merealisasi talenta keberdayaan  Kecakapan Intelgensi , dst  

Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an  ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini . 
Tentang prakata kecakapan intelgensi sudah kami utarakan pada posting sebelumnya.

Sekedar gambaran saja kecakapan intelgensi manusia sesungguhnya sangatlah luas tidaklah sederhana sebagaimana yang umumnya kita gunakan selama ini. Terma kami mungkin agak berbeda dengan pandangan pakar (Henry Bergson?), intuisi tidak sama dengan instink … intuisi meng”esa” merendahkan hati menyatu dalam keseluruhan dan menemukan pentingnya kebenaran sedangkan instink meng”aku” memisah dari keseluruhan meninggikan diri demi mencari pembenaran kepentingan… sementara itu intelek walau berusaha mencari kebenaran (pembenaran?) namun dia memisahkan diri … walau memang sangat berguna bagi kepentingan pragmatis eksistensialitas kita namun kadang bahkan sering kurang memadai untuk menumbuh-kembangkan spiritualitas diri.(para filsuf perenealis pasti menyadari ini dan praktisi meditator pasti mengakuinya juga). Well, maaf … jika Lao Tse ada mengatakan :”Jika kamu hanya pintar, kamu sesungguhnya masih bodoh.”  Ini bukan pernyataan yang mencela kita yang terbiasa dan sering konyol berbangga dengan kemampuan intelektualitas yang dimiliki/dicapai namun ini adalah kenyataan yang seharusnya kita akui. Ada 3 tiga kelemahan intelek fikiran terutama untuk penempuhan spiritulitas yang akhirnya kami sadari hingga saat ini. Fikiran hanya lihai mengulas namun kurang bijak dalam memecah masalah. Fikiran cenderung berfokus spasial tidak menjangkau global. Fikiran terkadang juga memperdaya diri dikarenakan kebiasaannya yang cenderung mengamati dengan meninggi dari menara pengamat maka dia cenderung untuk menghakimi tidak sekedar memahami yang diamati (kewajaran arogansi alamiah para intelektual?). Orientasi berfikir yang konsentratif dalam pengamatan fenomena juga bertentangan dengan penghayatan Realitas kemurnian meditasi (Perengkuhan Realitas bukan Dualitas Pemisahan ?). Sejujurnya,saya iri (bukan dengki) pada mereka yang bersahaja namun justru malah diterimaNya.
Seorang Mistisi Senior pernah menyatakan kepada saya atas keluhan senantiasa gagalnya saya ber-“meditasi” (tepatnya mencapai keberadaan meditative), beliau berkata : “karena kamu terlalu pintar.” Jawaban ini mengagetkan saya. Ini memang bukan celaan dari beliau (karena Saddhamma memang tidak membolehkan perendahan atas lainnya… untuk tidak menjatuhkan levelnya sendiri dalam ahamkara kesombongan dan melanggar kaidah kasih universal untuk senantiasa menghargai, menerima dan mengasihi segalanya) namun juga jangan ge-er 'gede rasa' dan secara konyol menganggap ini sebagai pujian atas diri sendiri (dalam penempuhan bukan hanya keahlian daya tangkap yang perlu ditingkatkan namun kepekaan daya tanggap juga perlu dikembangkan termasuk atas ‘sindiran’ halus yang terpaksa harus dilakukan atas kenyataan impersonal obyektif yang ada x keberadaan personal subyektif lainnya). Secara tersirat beliau menceritakan para Bhakta /Sadhaka yang sederhana pemikirannya justru malahan lebih mampu bahkan sangat cepat ‘masuk’ karena kepolosan dan ketulusannya daripada para orang yang (merasa/tampaknya) terlalu pintar. Dengan tanpa menafikan pentingnya referensi intelektual untuk ‘pemuasan akal’ /’kesiapan diri’ agar mantap dalam kepercayaan dan keberdayaan perjalanan untuk kemudian bersegera dalam penempuhan keberdayaan secara autentik, meditasi sebagaimana elemen spiritualitas lainnya sesungguhnya sangatlah murni …tidak mengharuskan (tepatnya mungkin secara impersonal : tidak memperdulikan atau bahkan tidak menginginkan) anggapan “ke-sudah-sempurna-an” ide dari ego (mana … kesombongan subyek atas pemahaman intelektual referensi) dan harapan “ke-ingin-sempurna-an” ego atas ide (tanha… perolehan obyek capaian instan sesuai keinginan).  Segala sesuatu akan sesuai sebagaimana aslinya dan segala sesuatu tetap ada waktunya. Setinggi apapun anggapan kelayakan dan sebesar apapun keinginan kita … tinggalkan dulu selama sessi itu (tidak penting malah justru menghambat, membebani dan menghalangi). Jalani saja segalanya secara sadar dan sikapi secara wajar .. apapun itu. Segalanya akan terakumulasi, tersinkronisasi dan terrealisasi pada saatnya. Puluhan tahun yang lalu ketika saya singgah belajar di perpustakaan Vihara Mendut seorang Bhikkhu menasehati : Jalani saja semuanya (maksud beliau : tisikkha secara murni) jika samadhi sudah kokoh segalanya akan datang dengan sendirinya.
(Nostalgia Seeker Tempo Doeloe .... ribet, bro.. tidak seperti sekarang. Dulu sering dicurigai dari lingkungan awal dikira murtad dan ketika di komunitas tujuan malah disangka mau jihad... capek, dech. Cari data lebih repot lagi... blusukan dulu, masuk komunitas, serap data kemudian sebagaimana datangnya perginya juga harus baik-baik juga. Sekarang via internet sudah berlimpah. Sayang sudah usia senja ... akomodasi mata , intelgensi otak dsb sudah semakin surut menurun walau data berkelimpahan namun hanya sedikit yang bisa sempat dibaca )
Well … lega juga ... saya sudah jujur mengakui kami hanyalah pemerhati yang belum berlevel meditator tihetuka handal ... dihetuka padaparama istilah 'teknis'-nya ... mentok di wawasan & stagnan ke level tataran kelanjutannya, namun semoga sharing pengalaman dan refleksi pengetahuan ini cukup berguna. 
Tambahan bagi sesama Padaparama lainnya:
Taoist mengungkapkan saran intuitif yang terdengar agak paradox: “berfikirlah dengan hatimu karena otakmu sesungguhnya hanya menara pengamat.”  Dari Esoteric Psychology Osho ( source link-nya sekarang ‘zonk’ ?) menyatakan ketika seorang bertanya kepada rahib Zen Buddhism darimana anda berfikir ? dia akan meletakkan tangannya di pusar perutnya… jawaban insight yang mungkin terdengar ‘gila’ atas 3 dantien sentra kesadaran manusia. Jangan marah namun tersenyumlah ini hanyalah candaan kosmik atas kekonyolan kita selama ini yang tidak berkembang dan kurang berimbang.  

well, ini saja sebagai acuan pembuka (eneagram intelgensi 9 + 1) sinkron dengan orientasi kesadaran awal ... puluhan tahun lalu karena belum tahu inti kasunyatan yang seharusnya juga selaras dengan kemurnian Intelgensi Intelgensia Transenden Universal sehingga bebas berimaginasi untuk memuaskan sensasi kemauan & fantasi keakuan (walau tidak semuanya ). Yap, coba inferensikan lagi. (buat tabel triadenya dulu) plus data referensinya (walau ini ilmu baru toh sejumlah orang sudah share data pemicunya juga ).
Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan

No

Level

Dimensi

Tantien pusat

Tantien hati

Tantien otak

Z

1

Elementary

3 tataran intelek

1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,

2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,

3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;

123

2

Intermediate

3 wawasan intuisi

6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;

5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,

4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,

654

3

Advance

3 penembusan insight

7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah

8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,

9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)

789

dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain

Tentang kesaktian metafisik dalam penempuhan kemurnian spiritual : 

Link lain :
 
SINERGI = EVOLUSI + HARMONI

Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian/keilahian?) walau niatan yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) . Bukan untuk niatan menghibur diri sebagai padaparama dihetuka jika kami jujur mengatakan : jangankan untuk melampaui untuk menguasai / memiliki saja sulit .... nggak bisa, hehehe.  Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya  memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?
(See : keteladanan Buddha untuk melampaui  di bawah) 

Kutipan lengkap komentar Bahiya :  DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf  p.6 

Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOG  
Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
STATISTIK ?  
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
BAHIYA SUTTA ?  
Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
EPILOG
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana. 

1c. Visekha:
Visekha berkaitan dengan hisab karmik Sila untuk bawaan berikutnya
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

AsaƱƱasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (NimmĆ£narati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (CĆ£tummahĆ£rĆ£jika) 4

Saka  (TĆ£vatimsa) 5

Yama (YĆ£ma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan ) + flora & abiotik ? / 1

Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2

Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 3

Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya  & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ). 
See :  Sita Hasitupada (harus tanggap tidak asal tangkap, ya?)
Transendental
tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6  & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. AsaƱƱasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan  AsaƱƱasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di  level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?
apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun  naif  untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya   perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud  mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka  pengembara keabadian tampaknya memang masih  ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara  memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif  tampaknya  (sungkan, ah) referensi acuan?  intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif) 

Kutipan :3b) (Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx). 
semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. /mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik / 
So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  
Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! 
(See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) 
So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). 
Cari quote video Mahadeva Shiva yang menyayangkan motif Asura karena memujaNya demi transaksi hadiah kekuatan/kemuliaan bukan demi pensucian kesejatian yang seharusnya lebih berguna demi transformasi diri. (memberatkan keakuan & mengumbar kemauan ... kebodohan internal dengan pembodohan eksternal ?) Shiva memang fair mengesankan kesemuanya dan tidak mengenaskan, bukan typical personal god laten deitas yang naif & liar untuk dieksploitasi karena harapkan pengakuan/ pemujaan apalagi persaingan & kebencian /kesalah-fahaman Asura yang fatal dalam persangkaan & pandangannya dalam/sebagai ke-Ilahi-an?) .... bagi pemurnian autentik kesejatian harusnya bukan demi transaksi kepamrihan pencitraan  yang semu, nsif & liar yang merugikan perkembangan pencapaian spiritualitas semuanya. Har har Mahadev seri berapa, ya ? (lupa tayangan TV dulu). Jika saja memang benar level Shiva Mahadeva Hinduisme setara dengan Mara Buddhisme ini tetaplah menjadi keunggulanNya .. senantiasa terjaga & waspada tidak butuh pengakuan walau memang belum menyadari keanattaan realitas diri sebagaimana Buddha Tusita (avatara ke 9 Vishnu ?) yang mencapai pencerahan Nirvanik.. 
Keteladanan Acinteya yang telah direalisasi& tetap dijalani Buddha  walau tanpa dipublikasi dalam simsapa sutta ini apa juga difahami & disadari Savaka-Nya ?  
Ulasan : Simsapa tipitaka + acinteya udumbara /mahakasapa/
Sayang ...hanya Bhante Mahakasapa Arahata yang memahami universalitas kaidah kosmik Buddhism yang tersirat.
Walau cenderung agak nivritti negative namun cukuplah simsapa tipitaka etc yang tersurat untuk paradigma holistik lanjut.
(Buddhism dhutanga > pabajitta >  upasaka (neyya > padaparama) > umat luar sasana > makhluk lain) 
Pro Buddhism ?  Dalai Lama  show / save
No Buddhism ? Herman Hesse  save
Ina : link sementara :  0a) (show) or  0b)(show)

2. Menghadapi Kehidupan :  kecakapan, kemapanan, kewajaran

4.  Aktualisasi Kemapanan 
Aktualisasi memastikan persada kesiagaan dalam membumi untuk  mandiri , dengan santuti dan  mampu berbagi. 
5.  Harmonisasi Kewajaran 
Harmonisasi kebersahajaan dalam membumi bersama lainnya. dengan empati, dalam harmoni dan tetap sinergi.


Untuk 2 yang terakhir (kemapanan & kewajaran)  adalah memang mengupayakan mapannya keberadaan dan menerimanya dengan wajarnya pemantasan  atas kelayakan realisasi pemberdayaan 3 yang awal (kesadaran , kearhatan, kecakapan) dalam dimensi manapun sebagai pribadi apapun siapapun kita sekarang atau kelak nantinya.

Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnyaMikhail Naimy.
Ulasan  :(sadar terjaga namun wajar bersama )  (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?)
dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi  
kemantapan terindividuasi 
kehandalan beraktualisasi 
dari Vlog 
 
Secret Society ... 
Mafia Globalis ... agak paranoid ?

Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikira
Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)
Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.
Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.

Link video Tersenyum dengan kesucian  Buddha dan atau Menari dalam kearifan Shiva 
Aneh juga, setiap kali kami ingin meninggalkan unit ini (agar segera dapat melanjutkan ke unit selanjutnya demi men-segerakan ketuntasan posting .... jujur saja, capek juga, bro/sis ) senantiasa berbalik ke sini lagi. Well, tampaknya memang masih ada yang perlu digenapi untuk keberimbangannya. Tampaknya kami perlu juga mengutarakan dimensi yang relatif lebih kompleks lagi ketimbang Buddhisme yang walau intelectually relatif  tidak mudah difahami & dijalani dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya namun intuitively relatif lebih jelas arah laju desain perkembangannya demi sukacita melampaui samsara untuk mencapai lokuttara sebagai suatu evolusi pribadi bagi kesadaran para True Seeker. .... relatif logis scientifik untuk milestone penempuhannya. Tampaknya kami perlu melengkapinya juga (walau dengan keterbatasan akan kebijaksanaan yang ada) agar tetap mampu juga menerima dengan sukarela kearifan menerima samsara yang juga dapat menjatuhkan dalam lokantarika sebagai harmoni dimensi bagi para Truth Seeker.
Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut.
Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva
Pesan Kesucian Buddha : Demi Evolusi Pribadi ... jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinyaJalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya .
Pesan Kearifan Shiva : Bagi Harmoni Dimensi...dengan tanpa membencinya Jauhi kejahatan, dengan tanpa melekatinya jalani kebajikan dan dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya  sucikan fikiran. 
Tampak hanya seperti rhetorika filosofis yang sama vocabulary-nya hanya beda stressing-nya saja ?
No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual).  Untuk kemudian  sebagaimana grihasta lainnya (orang awam bukan/ tidak harus? samana/ pertapa .. maaf, tidak ingin menyesatkan para bhikkhu yang memang harus disiplin ketat dalam samana dhamma : pariyati patipati pativedha, brahmacari selibat & samma ajiva pindapata. ... mohon ini tidak disikapi sebagai kritik eksternal karena sesungguhnya kami sebagaimana para umat justru sangat mengapresiasi kesadaran & ketulusan pengorbanan sejati demi ladang kebajikan, pelestari tradisi & realisasi Saddhamma bagi semua walau kami yakin para pabajita tidak mengharapkan apalagi memanfaatkan pernyataan / pengakuan itu demi kemurnian evolusi pribadi & harmoni dimensi tersebut ... susah juga ngomong jujur namun santun)  dalam kewajaran pembumiannya , orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. .... ingat : being mad of  Khalil Gibran (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

 

Kewajaran Pembumian 
(deduktif  pengetahuan)
dengan kecakapan spiritual ?
SHIVA
Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
Kesadaran Nekhama  
(induktif  penempuhan) 
demi kearhatan spiritual? 
BUDDHA 
Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

 

https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s

https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s 

 

kearifan internal untuk kebaikan eksternal  (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/  aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi  /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/

Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada  terbuka lebar  tidak untuk dihindari  /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/  

Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi     /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda  /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/

Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang   /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata  / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima  /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta)  karena cinta kasih persahabatan kehidupan  universal  & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma  untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/  Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/

 Melengkapi inner strength kesadaran  Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan  /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi  inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul 

Keterlatihan sikap nekhama (melepas)  /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan  (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat  memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga  sila supaya kotoran batin internal berkurang  /49m40s/ latihan  melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita  karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini

Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.
Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor


Link Video :

Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. 
Be selfless as it really be  (to be one in One not one of  the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya  namun karena batiniah zenka penghuninya. . 


2a. kecakapan, 

survival, financial, universal 
kecakapan :
kemapanan, :
kewajaran :

2b. kemapanan, 

Memastikan persada kesiagaan ( kemapanan ekonomi , sosial, etc ) untuk  mandiri , santuti dan berbagi.  
mandiri : 
kemantapan subsistensi mandiri, kontribusi sesama & emergency darurat
bekerja, berusaha hingga walaupun tetap mau & mampu menjalani ibadah lumrah bekerja namun sesungguhnya telah berada dalam level asset yang mantap dimana tidak perlu lagi bekerja (sudah mampu mencukupi kebutuhan, meluangkan kontribusi dll dari assset deposit/benefit dirinya - kuadaran kecerdasan finansial kiyosaki 4)  bukan karena tidak mau bekerja karena kemalasan (walau ada kesempatan)  atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan (usia tua, sakit dll)
ataupun  bagi yang sedang & sudah menjalani Samana Dhamma sebagai pabajita ataupun ordo pelayanan monastik & humanistik lainnya. (sudah terjamin dalam kontribusi umat, warga, dsb) 
santuti 
bersahaja (sederhana sebatas kebutuhan>keinginan>ketamakan) 
Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun
berbagi (caga/dana) = 
kesediaan melepas, berbagi & memberi  
Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda  

2c. kewajaran

Video :Kewajaran Pembumian (deduktif  pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
empati, harmoni & sinergi : bisa ngemong tidak asal ngomong
empati  :
harmoni , :
sinergi :
dari : 
Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini. 

3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 


Link video : Kesadaran Nekhama  (induktif  penempuhan)  demi kearhatan spiritual? BUDDHA  Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Menghadapi Kematian (racut - bardo - rebirth 


3a. Racut 
Lullaby Song of  Madalasa Upadesha from The Mārkaį¹‡įøeya Purāį¹‡a … 
Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) 

Verse 1
śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|
Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”
Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
Verse 2
śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kį¹›taɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiį¹£i kasya heto||
“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”
“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal  yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "
Verse 3
na vai bhavān roditi vikį¹£vajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sÅ«nÅ«m|//vikalpayamāno vividhairguį¹‡aiste //guį¹‡ÄÅ›ca bhautāįø„ sakalendiyeį¹£u||
“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”
“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”
Verse 4
bhÅ«tani bhÅ«taiįø„ paridurbalāni // vį¹›ddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaįø„| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vį¹›ddhir na ca testi hāniįø„||
“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”
“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,//  atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil  // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.//  KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "
Verse 5
tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||
“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”
“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "
Verse 6
tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhÅ«tasaɱghaɱ bahu ma nayethāįø„||
“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”
“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.//  Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"//  Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "
Verse 7
sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||
“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment,  // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”
“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "
Verse 8
yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaįø„ puruį¹£o niviį¹£į¹­haįø„| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mÅ«įøharauį¹£a|
“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it //  Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”
“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "

just  image
Sanskrit : Å›uddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// 
English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//
Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|
E (Eng) : Madalasa says to her crying son://
I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:
Racut : Kecakapan Proyeksi  
Bersiaga dalam kematian  
Menyadari dimensi pribadi - 
Living in Dying - 
pelatihan kematian etc             


3b. Bardo
Kecakapan 
Bersiaga dalam naza kematian alamiah : aware consciously meditatif x neurotic paranoid 
jaga karma kebiasaan (sila/citta visuddhi dibba /brahma vihara etc) -  awas karma menjelang kematian (+ karma lampau produktif ?)
tanpa moha kebingungan alami (vs hewan) ; tiada lobha kemelekatan pengharapan semu (vs petta) ; tanpa dosa liar kebencian (vs niraya)
dengan keberdayaan atasi bardo hingga level optimal yang mampu dicapai (tepatnya : layak didapat ... dan karenanya memang harus rela diterima) 
versi Buddhist ? manusa > svarga < brahma 4 < suddhavasa < lokuttara nibbana
video chant ema bardo dihapus ? (video pribadi ?) Hehehe... masih ada. 
 


Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").

Google translate modified 
Bardo Song of Reminding Oneself

translated by Erik Pema Kunsang,
melody: Tara Trinley Wangmo,
vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.
Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri
diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang,
melodi: Tara Trinley Wangmo,
vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.
from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection
dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung

Ema!
Now that while the bardo of this lifetime is unfolding,
I will not be lazy since there is no time to waste.
Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training,
While it is just now I have the precious human form.
Since this free and favored form ought to have real meaning,
Emotion and samsara shall no longer hold the reign.
Ema!
Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung,
Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan.
Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan,
Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga.
Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata,
Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.

Ema!
Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding,
I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant.
Knowing everything is self-display, with recognition,
Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness.
Instead of lying fast asleep like animals are sleeping,
I will use the Dharma just as in the waking state 
Ema!
Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung,
Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu)
Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan,
menangkap impian, sulapan, pengubahan, pelatihan kesadaran yang jernih.
Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur,
Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.

Ema!
Now that while the meditation bardo is unfolding,
I will set aside every deluded wandering.
Free of clinging, settled within boundless nondistraction,
I’ll be stable in completion and development.
As I’m yielding projects to the single-minded training,
Delusion and unknowing shall no longer hold the reign.
Ema!
Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung,
Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya.
Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas,
Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan.
Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat,
Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.

Ema!
Now that while the bardo of the death-state is unfolding,
I will cast away attachment, clinging to all things.
Enter undistractedly the state of lucid teachings,
Suspending as a vast expanse this nonarising mind.
Leaving this material form, my mortal human body,
I will see it as illusion and impermanent.
Ema!
Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung,
Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal.
Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih,
Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini.
Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya,
Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.

Ema!
Now that while the bardo of dharmata is unfolding,
I will hold no fear or dread or panic for it all.
Recognizing everything to be the bardo’s nature,
Now the time has come for mastering the vital point.
Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing,
May I never fear the peaceful-wrathful self-display.
Ema!
Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung,
Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua.
Mengakui segalanya sebagai sifat bardo,
Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting.
Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri,
Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.

Ema!
Now that while the bardo of becoming is unfolding,
I will keep the lasting goal one-pointedly in mind.
Reconnecting firmly with the flow of noble action,
I will shut the womb-doors and remember to turn back.
Since this is the time for fortitude and pure perception,
I will shun wrong views and train the guru’s union-form.
Ema!
Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung,
Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan.
Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia,
Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali.
Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni,
Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.

If I keep this senseless mind that never thinks of dying,
And continue striving for the pointless aims of life,
Won’t I be deluded when I leave here empty handed?
Since I know the sacred Dharma is just what I need,
Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment,
Giving up activities that are just for this life?
Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian,
Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti,
Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong?
Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan,
Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini,
Memasrahkan kegiatan  yang hanya untuk hidup ini?

These are the instructions which the gracious guru told me.
If I do not keep the guru’s teachings in my heart,
How can this be other than myself fooling myself?
Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia  itu kepada saya.                 
Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya,
Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri


3c. Alam 
Alam : Transit Dimensi 
PrajƱāpāramitā
kebijaksanaan agung prajna paramita


Oį¹! Namo Bhagavatyai Ārya-PrajƱāpāramitāyai!
Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramita
Ārya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhÄ«rāį¹ prajƱāpāramitā caryāį¹ caramāį¹‡o,
Sang Ariya Bodhisatva  Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,
vyavalokayati sma panca-skandhāį¹s tāį¹Å› ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.
melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri

Iha, Śāriputra, rÅ«paį¹ śūnyatā, śūnyataiva rÅ«paį¹;
Di sini, Wahai ÅšÄriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;
rÅ«pān na pį¹›thak śūnyatā, śunyatāyā na pį¹›thag rÅ«paį¹;
kekosongan tidak berbeda dengan wujudwujud tidak berbeda dengan kekosongan;
yad rÅ«paį¹, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rÅ«paį¹;
Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.
evam eva vedanā-saį¹jƱā-saį¹skāra-vijƱānaį¹.
Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.

Iha, Śāriputra, sarva-dharmāįø„ śūnyatā-lakį¹£aį¹‡Ä,
Di sini, Wahai ÅšÄriputra, segala dharma bersifat kosong , 
anutpannā, aniruddhā;
Tanpa kemunculantiada pula kelenyapan ;
amalā, avimalā;
Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;
anÅ«nā, aparipÅ«rį¹‡Äįø„
Tanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan

Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāį¹
Karena itu, Wahai ÅšÄriputra,  dalam kekosongan itu
na rÅ«paį¹, na vedanā, na saį¹jƱā, na saį¹skārāįø„, na vijƱānam;
tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;
na cakį¹£uįø„-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāį¹si;
tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;
na rÅ«pa-śabda-gandha-rasa-spraį¹£į¹­avya-dharmāįø„;
tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;
na cakį¹£Å«r-dhātur yāvan na manovijƱāna-dhātuįø„;
tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;
na avidyā, na avidyā-kį¹£ayo yāvan na jarā-maraį¹‡am, na jarā-maraį¹‡a-kį¹£ayo;
tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,
na duįø„kha-samudaya-nirodha-mārgā;
tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;
na jƱānam, na prāptir na aprāptiįø„.
tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.

Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād Bodhisattvasya
Oleh karena itu, Wahai ÅšÄriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,
PrajƱāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraį¹‡aįø„,
Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,
cittāvaraį¹‡a-nāstitvād atrastro,
memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,
viparyāsa-atikrānto, niį¹£į¹­hā-Nirvāį¹‡a-prāptaįø„.
mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāį¹‡a.

Tryadhva-vyavasthitāįø„ sarva-Buddhāįø„
Semua Buddha berdiam di tiga masa dengan
PrajƱāpāramitām āśritya
mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan
anuttarāį¹ Samyaksambodhim abhisambuddhāįø„.
sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi

Tasmāj jƱātavyam PrajƱāpāramitā mahā-mantro,
Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agung
mahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraįø„,
mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,
sarva duįø„kha praśamanaįø„, satyam, amithyatvāt.
Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.

PrajƱāpāramitāyām ukto mantraįø„
Dalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkan
tad-yathā:
dengan cara berikut ini
gate, gate, pāragate, pārasaį¹gate, Bodhi, svāhā!
pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!

Iti PrajƱāpāramitā-Hį¹›dayam Samāptam
Dengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati Lengkap disampaikan


Dimensi Samsarik

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

AsaƱƱasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (NimmĆ£narati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (CĆ£tummahĆ£rĆ£jika) 4

Saka  (TĆ£vatimsa) 5

Yama (YĆ£ma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchĆ£nayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3

Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =

Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi). Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) 
Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .
Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.  Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?  

jadi, inget kata  Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal  berikutnya  (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) 
Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana  ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang . 

AS /IF Petta apaya etc
Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini)  
Case : pettavathu
Niraya ? jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara (kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikianannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD ( Moha - hewan tirachana, Lobha - petta kelaparan , Dosa - niraya 'laundry' ) 
Plus Idea : 
Barzah eteris juga untuk umat beragama & bertuhan tidak hanya yang sekuler ? karena kemelekatan kehidupan sebelumnya & selanjutnya ?
 

AS /IF Surga Kamadeva etc
surga ytcrash
Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
Case : jaminan nanda & bhikkhu surga Link Video : 1 & 2 
Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena  deficiency atau  sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada  /iblis & neraka?/). 
Plus Idea : 
Mengapa bisa segera melampaui ke surga tanpa harus penangguhan pralaya dunia ?


AS /IF Brahma etc
buddha brahma
Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
(Fake story ?)  Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti  penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal. 
Plus Idea : 
real story Buddha & Tuhan : Brahma Baka , Mara, Tusita , Saka, Yakkha & asura ? (khanda paritta + ratana sutta + Karaniya metta sutta )


AS /IF Nibbana etc
pencerahan Buddha

Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
(Fake story ?)  Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.
Plus Idea : 
real story : kepada pertapa Upaka , Panca Vagiya (Dhammacakka ~  'patanjali astanga yoga?' + anattalakkhana sutta  !) 
sakshin : Bahiya & Malunkya ( panduan taktis Mahasatipathana & risalah teknis Abhidhamma )
Ovada pattimokkha ke 500 asekha arahat ?(keterjagaan level vs kelengahan label spiritual materialism magga phala arahat ?)  

Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena 
a. Transendensi Keabadian Universal
Terjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via media
senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
tataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuan
b:Harmonisasi Keberadaan Eksistensial
Menjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensial
sedaka sutta : menjaga diri & orang lain
anjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. 
Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.
c. Eskatologi Kelanjutan Spiritual
Berjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
Kehidupan tidak pasti, kematian pasti
pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi  tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan  meditatif  pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. 
Naza : awas nimitta bhavanga 3 (
Bardo proses umum non meditator : 
Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi  deposito karma baik +  banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar  keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian  hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :
selamat berjuang  hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) 
Next
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak  mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga  tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya  dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. 
Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.
Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)
By the way, just kidding ... ada  versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya  apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan  karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana  bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).
Dalam senyum holistik di rupang keBuddhaanMu intuisi saya mengatakan masih ada. Namun mungkin biarkan dia tersirat sebagai rahasia. Kebijaksanaan (bukan kesempurnaan) adalah mahkota akhir bagi kita semua. Setidaknya Realitas Nibbana sebagai rumah sejati bagi esensi murni dari drama kosmik Fenomena Samsara telah kembali ditemukan dan bisa direalisasikan lagi  (walau sulit ... terutama bagi saya tentunya. padaparama diluar sasana yang masih naif dan liar. perokok berat pecandu kopi lagi ... avijja & tanha masih kuat ).
Panna Phasa Kedukkhaan bukan tanha vedana kebahagiaan Realistics  thesisnya, keaniccaan proses perubahan bukan kekekalan masif Real antithesisnya, keAnnataan Panca khanda bukan keberadaan" figure delusif" Realize synthesisnya. Intinya kita hanya dan harus melampaui internal individualitas diri sendiri ... asava kilesha diri bukan yang lain. Itulah (mungkin... saya harus tahu malu , tahu diri dan tahu sila pada autoritas wilayah acinteya yang belum saya capai)  puncak kebijaksanaan nirvanik yang melampaui drama kosmik mimpi delusif samsara.
Sedangkan .... maaf ini agak nekat ('gila'-istilah Khalil Gibran) tentang kesempurnaan walau saya seharusnya lebih tahu malu, tahu diri dan tahu sila pada Realitas wilayah advaita yang mustahil dicapai. Advaita Taoisme lebih menyukai istilah keberimbangan holistik untuk dinamis berkembang ketimbang kesempurnaan absolut yang sangat stagnan. Advaita vedanta dalam Brahma Vidya menterminologinya dalam istilah saguna -niskala (? saya lupa istilahnya ... sudah sarat memory otak  tua ini). Atau simple-nya (istilah pakar komputer) sistem keamanan jika berjalan 100 % sempurna maka dia (malah) tidak akan bisa jalan. Newton (semoga saya tidak salah mengingat referensi buku lama) seorang scientist namun saat itu dia mengatakan agak filosofis tentang keteraturan kosmik yang perlu "Tuhan" yang direferensikan sebagai pengaturnya (walau jika ternyata Diapun .. maaf ...tidak ada) . Buddha-pun mengistilahkan ini sebagai "ajatang, abuthang, dst " (udana ) yang memungkinkan terjadinya pencerahan diriNya sehingga terbebas dari samsara ini.(Pakar Buddhism menyatakan Nibbana adalah Realitas transendent yang Impersonal ...bukan atta pribadi atau yang bisa dianggap/ mengklaim sebagai "diri" karena magga phala pencapaian "wilayah" kesadaran diri ini harus dicapai melalui kesadaran "tanpa diri " (sakayadithi pancakhanda - diri samsarik dst) ... Susah, ya? saya sendiri bingung mau mengatakan apa. Mudahnya demikian ... anggaplah sesorang ( katakanlah A) lelah terjaga kemudian tertidur, pulas hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memerankan figur berbeda bisa jadi multi peran dan aneka peristiwa (walau yang bermimpi A namun bukan A yang terjaga ... jadi katakanlah A' A aksen .... A yang bermimpi ). Ketika bangun terjaga dia mendapatkan  keberadaan yang berbeda lagi dengan mimpinya. Samsara bisa dipandang sebagai mimpi tersebut. Figur A' - A aksen dengan segala atribut peran mimpinya itu disebut 'diri" untuk Figur A yang real dan sudah terjaga (tidak lagi A aksen tadi). Bingung, ya .... cobalah anda ganti A dan A aksennya. (Itu hanyalah cara pandang hal yang sama namun dengan sudut yang berbeda dari tanazul - taraqqi : kejatuhan dalam keterlelapan  dan keterjagaan dari keterlelapan dst )
Intinya demikian pandangan kami tentang kesempurnaan yang tidak hanya acinteya namun advaita untuk dibahas. kebijaksanaan Nibbana mungkin adalah batas akhir yang bisa secara bijak dicapai (Buddha dan juga lainnya) dalam melampaui samsara yang tidak diketahui awalnya (secara individual ) dan kapan berakhirnya  (secara universal) ...pengakuan autentik Buddha. (mengapa ?). Ini dicapai dalam progress simultan dan berkaitan melampaui individualitas diri (eksistensial,universal hingga transendental )
Lantas ... bagaimanakah kesempurnaan advaita tersebut ? secara hipotetis ini baru bisa dicapai jika terlampaui tidak hanya universalitas diri (bukan individual tetapi universal ..... bayangkan wilayah nama tanpa rupa "batin tanpa materi" hanya ada Anenja Brahma, suddhavasa dan Nibbana tidak ada lagi alam dunia, apaya, surga , rupa brahma) namun juga trandentalitas diri (bayangkan wilayah dvaita nibbana  dan advaita itu sendiri tiada samsara  imanen lagi). Demikian analogi gambaran saguna -niskala mandala ini. Ini gambaran Dia yang belum terjaga dari dvaita samsara nibbanaNya. Bagaimana jika Dia terjaga dalam advaita dan melampaui nibbana (samsaraNya) ? dst.
(Pusing ya .... karena jelas kita yang masih "ndagel" dalam peran samsarik di dunia ini tidak mungkin ada disana maka kita cukupkan disini saja)

kutipan :
(tanggap paradoks intuitif > linear intelek ?) akan fakta experiential acinteya sabbanutanana pencerahan lokuttara Buddha yang sesungguhnya sebagai saddhamma adalah holistik universal untuk mampu ditempuh siapapun juga (walau tentu saja mungkin dalam keterbatasan output sesuai pembatasan inputnya)  Saddhamma ini secara intuitif sederhana bersahaja (senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya. Namun demikian seperti mentari dalam biasan pelangi Saddhamma ini memang sangat kompleks kedalaman, kehalusan dan keragaman labirin warnanya yang tidak sekedar hitam putih sehingga memang akan susah bagi yang telah terjaga untuk segera membangunkan yang tertidur dari keterlelapan mimpinyaPenempuhan keterjagaan/keterarahan kode etik sila universal atau vinaya monastik ekslusif Sangha Samana plus metode penembusan intensif dibentuk demi tujuan tersebut secara bertahap. Idea & metode paedagogis simsapa pembabaran paradigma teparinama DhammaNya terkadang perlu nivritti negative 'lokiya' karena faktor audience-nya ( misalnya terma nibida /kejijikan?/ untuk mengatasi upadana /kelekatan/ walau kita tanggap itu hanya trick bijak untuk sadar swadika melampaui kecenderungan tanha samsarik tidak untuk picik menjauhi dengan kebencian yang justru akan berdampak kontraproduktif  bukan hanya bagi proses holistik universalisasi transenden nsmun juga harmoni eksistensialitas keberadaannya ... well, problem adalah internal (asava) bukan eksternal (dunia). Landasan Spiritualitas idealnya adalah kedewasaan aktualisasi murni yang sadar difahami dan disikapi sebagai wajar dijalankan untuk meniscayakan bagi keniscayaan pelayakannya bukan kepatuhan karena intimidasi ketakutan, kepamrihan karena transaksi keinginan ataupun sekedar/termasuk juga kerisihan untuk tidak dipermalukan / khouf, roja, haya ~ hiri, otapa, ? / walaupun demikian metode `lokiyabisa dimaklumi jika digunakan dikarenakan faktor audience-nya (walau tidak dibenarkan pada kemurnian akhirnya  namun mungkin juga tidak disalahkan pada kecenderungan awalnya ? ) 
Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be 

IMPERSONAL REALITY :
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam'). 
Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be  
LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL
keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan
perlu kelayakan > kesadaran > kefahaman : acinteya ariya - panna kiriya 
Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

Impersonal Reality : keselarasan  kesadaran berpandangan taransendental, kelayakan berpribadi universal dalam kewajaran berprilaku eksistensial 
menatap Buddha Rupang  reversed inference (Empati kosmik < Direct Insight?)
Dibalik Sita Hasitupada Rupang Buddha : Apa arti senyumMu, Tathagata ? Dilemma Acinteya Simsapa Buddha Gautama :
Aku (sesungguhnya) tidak pernah menyusahkan dunia namun dunia ini (sewajarnya?) akan selalu menyusahkan aku.
Apakah yang seharusnya dilakukan ? secara transendental (sebagai zenka swadika ) JMB 10 
Apakah yang sebetulnya dilakukan ? secara universal ( sebagai media semesta ) JMB 8
Apakah yang sepatutnya dilakukan ? secara eksistensial (sebagai figur persona ) JMB 5 
Dalam shunyata permainan keabadiaan dualitas ini bhava samsara terdelusi keakuan & kemauan faktisitas/vitalitas keberadaan diri dan cenderung “kegeden anggep & kakehan karep’ (membesarkan kebanggaan eksistensialitas diri & mengejar kebahagiaan eksternalitas) biarlah kusadarkan mereka dengan dengan sisi lain dualitas permainan ini dengan idea simsapa kenyataan dukkha derita pelekatan tanha akan anicca segala proses perubahan kemenjadian yang ada di segala sesuatu atas delusi samsarik pemeranan diri yang anatta ....untuk KEBIJAKAN ADDUKHA DEMI KEBENARAN ANICCA BAGI KEBAJIKAN ANATTA. So, Just be Impersonal


WISDOM =

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever competence, capabilities and genius we may have - all of it is meaningful when there is balance.  
Apapun kompetensi, kemampuan dan kegeniusan yang mungkin kita miliki. Semua itu bermakna hanya jika ada keseimbangan.



EPILOG


screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
Clip Sadhguru Yasudev : ts = speech 18s sd 1m5s
Welcome to Mahashivaratri 2020 
Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
Living death is not a morbid idea 
Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
It is a reality
Ini adalah kenyataan.
We are all living death.
Kita semua adalah kematian yang hidup.
We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
They’re just two different words for the same process.
Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
Death is not an event that happens once.
Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
Death is happening. It’s a process.
Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
One day it will be complete.
Suatu hari ini akan terlengkapi.
the most beautiful thing about life is nobody fails,  everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )
Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 


REST FILE 

kutipan posting akhir Dhamma Sekha  : http://kalamadharma.blogspot.com/
Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik.  Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.

Be Truth Lover whoever & wherever we are ...
(Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita)  
karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima . 

Kutipan :

Untuk kesekian kalinya : Be realistics to Realize the Real

Be Realistcs to Realize the Real  .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ).  
Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).
Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.

Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun   Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi  yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselarasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh dari kesunyataan Impersonal Transenden ini.
Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental .....
So, Quo Vadis ?
Dengan tanpa menafikan untuk selalu tetap empati, harmoni dean sinergi dengan kepantasan tanggung jawab dagelan nama rupa kita ( terutama dengan semakin selaras dalam sinkronisasi atas kaidah Saddhama di level eksistensial, universal & transendentalnya) , Be genious  ... janganlah terlalu terbawa obsesi internal (walau mulia?) apalagi ambisi eksternal (demi ego pengakuan, kekuasaaan) apalagi bermalasan seenaknya (malah semakin naif liar mengumbar) hingga hanyut tenggelam dengan sensasi/fantasi figur eksistensial yang sudah, sedang dan akan kita perankan selama ini. Dihadapan Realitas Kasunyatan kita sesungguhnya hanyalah media impersonal tanpa inti (anatta) dalam proses timbul lenyapnya cittakhana agregat kesadaran akan keberadaan nama rupa (anicca) yang jika karenanya kita moha terbodohi sebagai entitas 'keakuan' maka kita akan cenderung lobha melekati (menyenangi untuk apa yang menyenangkan ego kita saja) dan dosa membenci (kesal dengan apa yang mengesalkan ego kita saja) dan mengakibatkan rangkaian papanca kecenderungan MLD (moha-lobha-dosa) yang semu, naif dan liar akan penderitaan (dukkha). Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental 


Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. 
sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya 
dengan senantiasa terjaga  , menjaga & berjaga 
Be realistics to realize the Real 
Be True, Humble & Responsible  as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of  ONE  (Esensial Transendent )
Just as it is  

REST FILE 

   

Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)
Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.
Terakhir ,  untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal  & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua 

Just Simple Words to Begin and Fade Away 
(Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu) 
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

Silence is the language of God.
All else is poor translation. 
~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. 
Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka

Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )
(No Fact -  No Truth - No Faith)
tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti 

BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 

BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati

(Sekian)

TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP 


Nothing Else Matters | Metallica
I
So close, no matter how far
Begitu dekat, tak peduli betapapun jauhnya
Couldn't be much more from the heart
Tak mungkin bisa jauh dari hati
Forever trust in who we are
Selamanya percaya pada diri kita
Dan yang lain tidaklah penting

II 
Never opened myself this way
Tak pernah membuka diriku seperti ini
Life is ours, we live it our way
Hidup ini milik kita, kita jalani dengan cara kita
All these words I don't just say
Kata-kata ini tak hanya kuucap
And nothing else matters
Dan yang lain tidaklah penting

III
Trust I seek and I find in you
Kucari rasa percaya dan kutemukan di dirimu
Every day for us something new
Tiap hari kita temukan hal baru
Open mind for a different view
Buka pikiran untuk pemandangan baru
And nothing else matters
Dan yang lain tidaklah penting

IV
Never cared for what they do
Tak pernah peduli dengan apa yang mereka lakukan
Never cared for what they know
Tak pernah peduli dengan apa yang mereka tahu
But I know
Namun aku tahu

Back to I, IV, II, III, IV, I


MUSICS

 QUOTES








 

 

 

Finally , 

Be True, Humble & Responsible
(x fake, identificative & manipulative )
Jadilah Sejati (sebagaimana nyatanya), 
Rendah hati (sebagaimana harusnya) & 
Bertanggung jawab (sebagaimana pastinya)

dengan kebijaksanaan akan penicsayaan keniscayaan 
dalam keseimbangan harmonisasi kewajaran membumi 
untuk keberimbangan transendensi kesadaran mendaki
bagi kecakapan, kelayakan & kewajaran  
untuk direalisasi 

Video Music : Two Steps From Hell - Victory (Battle Cry)
ts=4s Music makes you braver ? Musik membuat anda berani ?

Hiduplah secara perwira sebagai Pemberdaya kehidupan
dan matilah sebagai ksatria tanpa terpedaya kematian
 
Itulah persembahan kesejatian terbesar spesies manusia
dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan
sebagai pecinta kebenaran 

bukan hanya demi kemegahan duniawi untuk kekuasaan semu ingin dipuja
bukan sekedar demi pengharapan surgawi untuk balasan kebaikan semata
bukan juga demi kebebasan tertinggi untuk kelayakan pemurnian belaka

karena memang demikianlah 
equilibirium homeostatis interconnected 
dalam Keselarasan Saddhamma  
memang niscaya selalu terjadi  dan akan terus terjadi
dari keazalian, hingga keabadian Kebenaran Sang Esa
Hyang Nyata, Hidup, Murni (triade : wujud-kuasa-kasih)
dalam mungkinnya keberadaan maupun ketiadaan diri

Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima


Amor Dei, Amor Fati
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya) 
Wei Wu Wei 
(Just flow .... being totally conscious process ... action without actor & acting)
Que Sera Sera ... Pantha Rei 
(Apapun yang terjadi terjadilah .... Biarlah semua mengalir apa adanya)
So, 
inilah waktu kami untuk berhenti & melepas Que sera sera. Pantha Rei.  
Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. 
Gitu aja koq repot ... 
nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)
dianggap selesai ya .... posting & sharing 
silakan lengkapi sendiri (buang - revisi atau ...   terserah  )

MAAF JIKA ADA CONTENT BLOG / VLOG KAMI YANG MEMBUAT ANDA TIDAK BERKENAN
TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN , PERHATIAN & KUNJUNGANNYA
SALAM 

Terakhir, 
Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi 
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima 

Well, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya  toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.  

Penutup :
Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi tranyakan karena mulai memandang dengan  tidak picik /dangkal lagi. 
Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam penempuhannya.  
Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar  senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya …. Menerima, mengasihi  dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu  dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya). Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.     

Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
Wasalam. 


No comments:

Post a Comment