Saturday, October 29, 2022

REKAP IDEA SD 30102022 : SUDAH FINALE

  SUDAH FINALE

POSTING AWAL TQ 2014

01 POSTING AWAL
dari Blog Akun maxwellseeker@gmail.com 
21 JUST4SEEKERS atau https://justseekers.blogspot.com/ 
Friday, April 8, 2022 POSTING AWAL ... Nostalgia 2014, ah
REHAT 17052022/IDEA/NEWEST/02 TS JUST4SEEKERS 08042022 POSTING AWAL ... Nostalgia 2014, ah.docx
REHAT 17052022/IDEA/NEWEST/02 TS JUST4SEEKERS 08042022 POSTING AWAL ... Nostalgia 2014, ah.pdf

POSTING AWAL ... Nostalgia 2014, ah

Posting lama tentang Figure Jokowi ini dahulu tahun 2014-an sangat populer VIEW STATISTICS  ... Bahkan tidak nyangka hingga saat ini masih dibicarakan terutama para rekan Kadruners di wilayah kami .... asyik juga mengamati kekonyolan & keberingasan manuver mereka. Sementara di Group lain para rekan yang memerankan sebagai Buzzer tidak kalah hebohnya juga dalam dagelan politik inio. saling menebar kesombongan dan kebencian ke segala forum yang ada ( fakta atau fiksi ... terserah,  ghibah atau fitnah .. entahlah) .... meniscayakan diri dan terkadang juga provokasi memaksakan & menyeret lainnya ke peran berikutnya kelak ?
Kutipan ini memang kami persembahkan lagi kepada mereka .... (para Seeker bisa menyimak tanpa terlibat ... istilah spiritualnya sebagai Sakshin .... mengamati & memahami saja untuk kemudian menerima dan melampaui kebodohan & pembodohan kehidupan ini  dengan kewajaran tanpa harus kehilangan kesadaran ).
Pro : Kadrun .... juga Buzzer
ANTARA JOKOWI, KADRUN & BUZZER
Foto : ?
POSTING LAMA = 3 PRIBADI INSPIRATIVE & PILPRES JOKOWI 2014 

POSTING 

Senin, 05 Mei 2014

3 PRIBADI INSPIRATIF 2013ku

Prolog
Amor Dei – Amor Fati. Dua istilah tersebut sering dipertentangkan secara naïf dan liar oleh para konseptualist religius dan juga pemuja hedonis. Amor Dei (cinta Tuhan) berasal filsuf kearifan theosofi dari Baruch Spinoza sedangkan Amor Fati (cinta garis) berasal dari kenaifan filsuf eksistensialis Friedrich Nietzhe. Namun demikian kehidupan yang digelarNya sesungguhnya tidaklah selalu suram antara hitam dan putih. Hidup bagaikan pelangi yang kaya warna yang membiaskan aneka ragam paradigma kebenaran yang tersirat dari kenyataan yang tersurat. Kesejatian yang merefleksikan keaslian dan juga kesemuan, kebenaran dan juga kepalsuan tergantung dengan cara bagaimana kita memandangnya.
Disadari atau tidak sesungguhnya kita semua adalah para Truth Seeker (pencari kebenaran) dan Dharma Sekha (penempuh keabadian) yang belajar dari Tuhan - Satya Guru Abadi- melalui siapapun juga dan apapun saja dalam perjalanan kehidupan ini. Permasalahannya adalah seberapa baik kita mampu untuk senantiasa memahami kenyataan, menghayati kebenaran dan menjalani ketaqwaan pada garis cintaNya. Kehidupan dunia sesaat mungkin saja hanya memandang apa yang kita miliki dan nikmati namun demikian progress keabadian akherat sesungguhnya mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi dan tindakan apa yang perlu untuk menjalaninya. Keberkahan in process yang diupayakan lebih utama dari sekedar by product kesuksesan yang didapatkan. Tuhan adalah Dzat Mutlak yang imanensi keluhuranNya melingkupi segala sesuatu walaupun memang transendensi kekudusanNya tak akan mampu terjangkau siapapun juga. Dunia dan akherat hanyalah terminology peristilahan bagi Fenomena dimensi yang terpilah bukanlah Realitas esensi yang terpisah. Pada hakekatnya (baik disini maupun disana - baik sekarang ataupun nanti) kita senantiasa berhadapan denganNya. Segalanya berproses, berlanjut dan juga berdampak pada saatnya. 
Episodes
Menjelang akhir tahun 2013 lalu (saya bersyukur) Tuhan telah menunjukkan hikmah keabadianNya yang tersirat melalui hibrah kehidupan 3 (tiga) pribadi yang (bagi saya – tentu saja) sangat menginspirasi, yaitu: Moez Massoud, Joko Widodo dan Jeff Gutt. Sebagaimana kita semua setiap pribadi tersebut mengalami dan menjalani garis kehidupan mereka masing-masing. Tiga orang tersebut memang tidak berkaitan satu sama lain dan tentunya akan disikapi secara berbeda oleh setiap penempuh keabadian. Namun ada satu mandala kebenaran yang dapat dibentuk dari mozaik kenyataan dalam perjalanan hidup mereka untuk kita jadikan hibrah persepsi dan sekaligus hikmah orientasi, bahwa hidup tidaklah layak hanya dipandang secara naïf dan liar untuk sekedar menjadi, memiliki dan menikmati keduniawian belaka namun yang paling utama perlu kearifan dan kebenaran untuk senantiasa mensikapi, menjalani dan mengatasi segalanya agar berada dalam garisNya.
Berikut sharing artikel beserta referensi data dan media yang saya usahakan untuk segera saya reload dan upload dari berbagai sumber untuk anda browsing dan download.
Moez Massoud : Hakekat kebersamaan, kesemestaan dan KeRobbanian.
Jeff Gutt : Perjuangan Divine Phoenix Warrior 
Joko Widodo : Figur Perwiro,dan Prasojo

Ad.1. MOEZ MASSOUD = TRUE MESSAGE OF ISLAM
PRAKATA =

Moez Massoud merupakan seorang pembawa acara pada show TV dan Radio berbahasa Inggris dan bahasa Arab. Dia berasal dari keluarga yang biasa saja dalam kehidupan beragama Islam. Dia masuk sekolah Amerika selagi tumbuh berkembang dewasa di Mesir dan Kuwait.
Selagi dia di Universitas, sejumlah rekannya meninggal (terbunuh?) sementara diapun sekarat karena menderita tumor. Berkaitan dengan penyakit yang dideritanya tersebut, dia bernazar kepada Tuhan : "Let me survive this and I will dedicate my life to you." (Biarkan aku bertahan hidup dan aku akan persembahkan kehidupan ini untukMu.”) Peristiwa tersebut kemudian mengubah kehidupan manjanya.  Dia kemudian mulai belajar bahasa Arab resmi dan Qur’an serta juga rajin beribadah ke masjid yang semula dikhawatirkan ibunya bahwa dia akan terpengaruh oleh kelompok extremis. Hal yang kemudian hari ternyata tidak demikian adanya walaupun dia memang sangat aktif menyebarkan nilai Islami kepada public sebagaimana yang dijanjikan kepadaNya.
Berdasarkan cara pandang yang diungkapkannya pada program acara atau wawancara, Moez Massoud tampak mendekati Islam dengan cara yang utuh namun unik. Tidak sekedar pemahaman konseptual intelek sebagaimana taqlid liberal para fundamentalis umumnya, namun juga melalui penghayatan kontekstual intuitif pada hakekat nilai Islami yang sesungguhnya (Apakah mungkin juga melalui penembusan spiritual insight dikarenakan pengalaman mendekati kematiannya ? …. Walloohu ‘alam). Terasa nuansa realisasi autentik ke-Esaan yang terpantul arif dari kedalaman tidak sekedar identifikasi artificial pencitraan yang naïf di permukaan. Dalam usia yang relative muda, dia mampu menghayati inti kebenaran (nyaris?) tanpa noda kefasikan yang bisa dan biasa memperdaya para pemberdaya awal setiap pencari kebenaran. Agama sebagaimana metoda Dharma yang lain adalah formulasi untuk realisasi diri bukan sekedar untuk identifikasi semu. Diperlukan kesadaran tinggi dan ketulusan mendalam untuk merengkuh hidayah Ilahiah dan tetap beristiqomah dalam GarisNya. Kepicikan apalagi kelicikan adalah penghalang, penghambat sekaligus penyesat utama untuk itu.
Moez Massoud antara lain menyatakan bahwa melaksanakan ritual Islami hendaklah dilakukan bukan sebagai beban kewajiban yang diharuskan sehingga hanya dijalankan dengan terpaksa sekedar gugur kewajiban atau sebagai kepatutan belaka. Ritual eksternal tersebut adalah refleksi suatu keinginan, kesadaran, ketulusan dan bahkan kerinduan internal untuk mengingat Allooh (Remember Me – inward) di kedalaman yang berdampak pada penegakan ibadah di permukaan (Establish Prayer – outward). Kearifan dan kecintaan kepada Tuhan (ma’rifatullah dan mahabatullaah) sebagai dasar murni dari segala peribadahan.
Dia juga menekankan perlunya pilar agama ke tiga, Ihsan (kemurnian hati) disamping Iman dan Islam. Ihsan adalah kesadaran diri senantiasa berhadapan dengan Tuhan di setiap saat di segala tempat (baik kini maupun nanti, baik disini maupun disana). Suatu upaya pendekatan akhlaqiyah diri secara pribadi dan sejati kepada Tuhan disamping akidah keimanan dan fiqih keislaman. Ihsan sering disisihkan bahkan diabaikan dalam kehidupan beragama pada umumnya. (Mungkin ini sebabnya yang membuat umat beragama walau mungkin bisa terbebas dari konsepsi kekafiran namun tetap bisa saja fasik dalam refleksi kehidupannya). Nilai spiritualitas actual dan global yang intens di kedalaman perlu diperhatikan tidak sekedar ritual formal saja di permukaan. Bukan sekedar pemahaman ilmu tetapi juga tindakan laku mutlak diutamakan sebagai kebenaran realisasi dan bukan sebagai identifikasi pembenaran.

MONOLOG =
Disini saya akan melampirkan pidatonya yang berjudul "The True Message of Islam" (Pesan Sejati Islam) pada konferensi The Search for Mutual Understanding (Mencari Pengertian yang Saling Menghargai) tahun 2006. Semoga saya tidak begitu salah dengar dalam memahami maksud yang dia ungkapkan baik yang tersurat terucapkan maupun yang tersirat dimaksudkannya

"The True Message of Islam" (Pesan Sejati Islam)

I would like to start by …. saying something that I came to stand right next to you to make you cut the interest short (?) because I wanted to speak from my heart and not through any particular position that … this temporary world may have given me. I’m also being very challenged right now although I am a public speaker because I want to say meaning that…. is very sincere. I think sincerity is something that is very difficult and very rare commodity nowadays .. and I’m speaking for myself. 
Saya akan memulai untuk …. mengatakan sesuatu sehingga saya datang mendekat kepada anda untuk menyela/menengahi pembicaraan menarik anda sekalian … karena saya ingin berbicara dari hati saya sendiri dan tidak melalui segala jabatan khusus yang …. dunia fana/sementara ini mungkin saja sudah berikan kepada saya. Saya juga sangat tertantang saat ini ~ walaupun saya adalah pembicara public  ~ karena saya akan mengatakan suatu pengertian yang … sangat tulus. Saya fikir ketulusan adalah sesuatu yang sangat sulit/rumit dan merupakan hal (komoditas) yang sangat langka saat ini .. dan saya berbicara untuk diri saya sendiri
.I think that the very word ‘personality’ finding its root in the Latin word ‘persona’ means ‘mask’ …and I just don’t want to have a mask as I speak. and I’m hoping before we all leave ~ as I am sure all of us have already done we’ve shared our mask and trully looked at each other’s faces trying to genuinely understand what each of us on the other side truly represent. 
Saya fikir inti kata ‘personalitas’ (kepribadian) ditemukan berdasarkan akar dalam kata Latin ‘persona’ yang berarti ‘topeng’… dan saya tidak ingin memiliki sebuah topeng sebagaimana saya bicarakan. Dan juga saya berharap sebelum kita pergi meninggalkan (tempat ini) … sebagaimana saya yakin kita semua sudah lakukan dengan saling berbagi topeng kita masing-masing dan kemudian sungguh-sungguh saling melihat wajah-wajah tersebut dan mencoba secara murni memahami apa yang masing-masing dari kita pada sisi yang lain sebenarnya wakilkan/ ungkapkan. 
I would like to read a verse from the qur’an in personal pursuit of inspiration for what it is I would like to say in following maybe two or three minutes if you allow me too. Those who believe in Qur’an are going to listen to it seeing what Allaah the creator is saying to them. But those who don’t don’t be abandoned. I’m not patronizing you. Just listen to it as to worship for me to listen in Him. 
Saya akan membacakan sebuah ayat dari Qur’an dalam cita inspiratif pribadi sebagaimana adanya yang akan saya katakan mungkin dalam dua atau tiga menit mendatang jika anda memperbolehkan saya. Bagi yang meng-imani Qur’an (semoga) akan mendengarkannya dengan memandang Allooh Hyang Pencipta sesungguhnyalah yang berkata kepada mereka. Tetapi bagi yang tidak (mengimani), janganlah meninggalkannya. Saya tidak akan merendahkan anda. Dengarkan saja ini sebagaimana ini merupakan bentuk pemujaan bagi saya untuk mendengarkan firmanNya.
(QS Al Hujuroot : 13 ) Audzubillaahi minasy syaithoni rojiim. Bismillaahir rohmanir rohiim Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; (wa ja’alnaakum ….) wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila ~ li ta’aarofuu.  Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiir(un)Shodaqolloohu Robbik(a). O Mankind, We have created you from a male and female. And We made you peoples and tribes that you may know one another. Surely the most honourable of you with God is the most God conscious. God knows everything and is All aware. 
Aku berlindung kepada Allaah dari syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara mu Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Maha benar Allooh – Tuhan(mu).
A quick translation of this would … allow me to say crude because  it is  very difficult to try and interprete for you (to) believe (that it) is ultimate truth … in another language:  O People, O humanity, O mankind. We … and this is the Royal we have power ; it’s not plurality. We-God- … We have created you from a pair from male and female, and we made you into people and tribes that you may know one another …. that you may know one another.
Terjemahan cepat/singkat dari (ayat) ini .. izinkan saya menyatakannya secara kasar karena adalah sangat sulit untuk mencoba dan menafsirkannya bagi anda untuk mempercayainya sebagai kebenaran utama …. dalam bahasa lain : Wahai manusia, Kami .. ini adalah istilah keMuliaan dari kekuatan yang kita miliki bukan suatu bentuk penjamakan. Kami – (yaitu) Tuhan. Kami telah menciptakan kalian dari suatu pasangan laki-laki dan perempuan dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal …. supaya kamu saling kenal mengenal.
I think that I would like to leave it off saying that to me in this context Allah, God is if I am allowed to say synomyous in this context with truth, beauty, justice,and a sovereign good.  and I think that everybody here in one way or the other believes … and I’ve met pretty much everyone here …  that everybody here believes that there is something true. You wouldn’t be here if you believed that nothing can be true. and there is something beautiful one way or the other again. and there is something good because everybody has good in them, and that there is justice. But the only difference between us is how we define respectively justice, truth, beauty and good. So let me just tell you that Wallaahi by Allah I swear to you that all is semantic.
Saya berpikir bahwa saya sebaiknya menyatakan … bagi saya dalam kontek wacana ini … bahwa Allooh – Tuhan – jika saya diizinkan untuk mengatakannya sepadan dalam konteks ini dengan kebenaran, keindahan , keadilan,  dan kebajikan Utama. Dan saya berpikir bahwa semua orang di sini dengan satu cara atau lainnya percaya … dan saya telah bertemu baik dengan banyak orang di sini … bahwa semua orang di sini percaya bahwa ada sesuatu benar. Anda tidak akan di sini jika anda mempercayai bahwa tiada yang mungkin benar. Dan ada sesuatu yang indah dalam satu cara atau lainnya lagi. Dan ada sesuatu yang baik karena setiap orang memiliki kebaikan dalam mereka. Dan ada keadilan (juga). Tetapi satu-satunya perbedaan diantara kita sesungguhnya hanyalah bagaimana kita mengartikan secara berurutan istilah keadilan, kebenaran, keindahan dan kebaikan. Dengan demikian ijinkan saya untuk menyatakan kepada anda semua … Walloohi, Demi Allooh,…. Saya bersumpah kepada anda semua bahwa itu hanyalah peristilah semantic belaka .
And who sit down enough and talk we will understand one another. Ultimately everyone will see what is destined for him or her to see. But what ever it is not only will we see through the veils but we will also love one another as has happened and based on that give each other the respect that we have agreed to give each other not because anybody forced anybody but because we love each other and have become friends. Because ta’arofna and because we have gotten to know one another.
Dan bagi siapa saja yang cukup duduk dan berbicara kita (tentu) akan memahaminya satu sama lain. Pada hakekatnya setiap orang akan melihat apa yang digariskan untuknya untuk dilihat. Tetapi apapun juga kita tidak hanya akan melihat melalui cadar (secara tersamar) tetapi juga kita akan juga mencintai satu sama lain sebagaimana yang telah terjadi dan berdasarkan itu memberikan satu sama lain penghargaan bahwa kita sudah menyetujui untuk memberikan satu sama lain tidak karena sesorang memaksakan seseorang tetapi karena kita mencintai satu sama lain dan sudah menjadikannya sebagai kawan/sahabat. Karena ta’arofna (Kami telah saling mengenalkannya) dan karena Kami sudah membawanya untuk mengetahui/mengenal satu sama lain.
I think that Al – Sheik Bouti said : Rubadaratil nafiha (?)That perhaps a harmful thing can bring up benefit. I think that a lot of benefit that has come out of this and I am very happy to live in this world in this time to experience this amazing human possibility of taaruf of knowing on another and recognizing the common ground between us we all have a common denominator are numerous different. That’s all. if I can use a mathematical example.
Saya berfikir bahwa sebagaimana Al Sheik Bouti katakan : ‘rubadarotil nafiha’. Bahwa mungkin saja hal yang menyakitkan akan dapat menghadirkan suatu manfaat. Saya fikir banyak manfaat yang dapat didatangkan dari ini dan saya sangat bahagia untuk hidup di dunia ini pada saat ini untuk mengalami kemungkinan insaniah yang menakjubkan dari ta’aruf (saling mengenal) ini dan mengakui/bersaksi dasar umum di antara kita semua yang mana kita semua memiliki penyebut umum yang (tampak) berbeda ragamnya.  Demikianlah. Jika saja saya dapat menggunakan contoh (peristilahan) matematis.
May we all in hope ~ for those who are religious I say a prayer and for those who are not let just say we hope ~ … we look forward to understanding more deeply what truth is in whatever way we believe it to be living a life of beauty, living a life of truth, living a life of justice, living a life of good, and therefore living a life of harmony and therefore having serenity in our heart not living in agitation. May none of us ever be a source of agitation for one another ever again.
Semoga kita semua berharap ~ untuk mereka yang beragama saya katakan sebagai berdoa dan bagi yang tidak izinkan saya mengatakan sebagai kita berharap (saja) ~ … Kita mengharapkan untuk memahami lebih dalam lagi apakah kebenaran tersebut dalam apapun cara yang kita percayai untuk (senantiasa) hidup dalam kehidupan yang indah, hidup dalam kehidupan yang benar, hidup dalam kehidupan yang baik, dan oleh karena itu hidup dalam kehidupan yang harmoni/selaras, dan oleh karenanya (kita selayaknya) memiliki ketulusan dalam jantung hati nurani kita untuk tidak hidup dalam permusuhan. Semoga tak seorangpun dari kita yang akan pernah menjadi sumber permusuhan bagi sesamanya satu sama lain lagi selamanya.
 I thank you very much for listening and I apologize for talking too long
Saya ucapkan terima kasih banyak kepada anda untuk mendengarkan dan saya minta maaf dikarenakan (saya) berbicara terlalu lama.

Dengan segala hormat, mohon anda fahami apa yang dikatakannya baik yang tersurat maupun tersirat (dan tentu saja pada terjemahan saya juga yang mungkin agak ‘kacau’). Pemahaman kontak lisan yang sering spontan agak berbeda dengan wacana tulis yang terencana, terarah dan teratur . Perlu kepekaaan daya tanggap untuk memahami keseluruhan pembicaraan (yang tidak selalu lengkap terungkap) disamping keahlian daya tangkap atas apa yang (sanggup) disampaikan. Terlebih lagi perlu disadari bahwa suatu kebenaran absolute sesungguhnya bersifat translingual (melampui kapasitas kebahasaan kita), transrasional (melampaui rengkuhan penalaran kita) dan transcendental (melampaui keberadaan fana kita).

PENUTUP =
Massoud sering membicarakan universalitas ketauhidan cinta dan kebenaran dalam ceramahnya sebagaimana pesan di atas. Walau agak sedikit mengembang dari faham monotheisme Ilmu kalam fuqoha (Asy’ari?) ke Pan-entheisme sufistik (Araby ?) namun syukurlah masih tetap tidak tersesat ke pantheisme mistik (Al Halaj ?). Saya salut walau dalam usianya yang relative muda (30-an) namun kebijaksanaan Robbaniahnya telah cukup dewasa melampaui usianya.
Bhineka Tunggal Ika – tan hana Dharma mangrwa. (Pada hakekatnya segalanya satu adanya – sesungguhnya tiada dharma yang berbeda.) Prinsip Tauhid semacam ini memang sangat universal tersurat/tersirat pada hampir semua Dharma Wacana dan Risalah Agama di dunia ini (jika difahami, diselami dan dihayati secara utuh dengan intelek, intuisi dan insight). Katakanlah ini semacam kaidah dasar yang mengembalikan titik pandang pembiasan keragaman cahaya prisma pandangan keyakinan ke dalam satu mandala tunggal kepastian akan satu realitas kebenaran dalam aneka fenomena kenyataan. Hanya ada satu cahaya putih yang terbias dalam prisma menjadi ragam cahaya pelangi yang dipandang berbeda dan dianggap istimewa. Demikianlah Realitas kebenaran Ilahiah itu terjadi dalam aneka cara/tingkat kecermatan pandangan kita pada fenomena kenyataan yang ada dalam pandangan saya (berdasarkan pengamatan saya sebagai seeker terhadap sejumlah agama, aliran mistik , system filsafat dan kultur budaya sejak masih muda hingga usia senja ini).
Ada banyak hal lagi yang akan tumpang tindih dan tidak jelas jika semua saya utarakan di sini. Oleh karenanya saya akan menyudahinya dengan menyimpulkan pesan tersebut di atas sebagai ajakan Moez Massoud agar kita semua menyadari bahwa perbedaan cara pandang kita sebenarnya hanyalah ilusi belaka. Kesemuanya pada hakekatnya mengarah ke satu kebenaran yang sama namun masing-masing perlu saling memahami, mengisi dan melengkapi mosaic pandangannya ke dalam satu mandala kebenaran yang lebih utuh. Oleh karena itu perlulah kita semua untuk saling menghargai cara pandang orang lain dan menyadari keberadaan kita sebagai media (ayat/alat) bagi Tuhan untuk menjaga dan membina kesemuanya dengan kebersamaan, dalam keselarasan dan untuk keberdayaan semua.

NB =
Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u’rafa fa khalaqtul khalqa fabi ‘arafu-ni,” (= “Aku pada mulanya adalah harta tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal maka Kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal pada-Ku.”, Hadits Qudsi ?). Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuranNya (kuasa dan kasih) melingkupi apapun juga namun kekudusan (wujud dan DiriNya) tak terjangkau siapapun juga. Tuhan adalah wajibul wujud (Dzat dengan keberadaan mutlak) sedangkan makhluk hanyalah mumkimul wujud (Sesuatu yang keberadaannya sekedar diadakan atau bahkan bisa saja ditiadakan olehNya). Kita sesungguhnya hanyalah media fana yang sekedar memantulkan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dimana sekedar merealisasi fitrah kerobbanian diri (mewujudkan kesadaran akan kewajaran tersebut) dengan tanpa terlalu mengindentifikasi untuk ‘memancarkan’ ananiyah nafsani maupun berdefisiensi ‘mengharuskan’ kepamrihan duniawi. Ketawadhuan dan keikhlasan memang suatu kelayakan untuk merealisasikan rasa Syukur akan kesempatan untuk keberadaan dengan rasa Shabar (istiqomah – mantap mensikapi, menjalani dan mengatasi  permasalahan yang ada sebagai sarana tarbiyah pemberdayaan diri) .
Laa Ilaaha Illallooh  – Huwa Maujud. (Al Kholq)  Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya) Maha Ada. Dialah Hyang Maha Wujud dari segala keberadaan; Hyang Maha Kuasa pada setiap kenyataan ;  Hyang Maha Kasih dalam semua kebenaran. BagiNya segala wujud keberadaan, ibadah persembahan dan tujuan pengarahan.
Laa ilaaha illalloohu – Huwa Ma’buud. (Al Haqq). Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) disembah. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hanya dipersembahkan dari, oleh, dan untuk kemuliaanNya. Para arif yang sadar keberadaan dirinya sebagai pengembara keabadian sekaligus pemberdaya kehidupan senantiasa memandang baik disini maupun disana, sekarang ataupun nanti dia selalu berhadapan dengan kemuliaan, pengawasan dan perawatanNya. Dunia dan akherat hanyalah dimensi yang terpilah bukan esensi yang terpisah. Segala yang dilakukan (baik batiniah, lisan atau tindakan) akan selalu dinilai dan kembali kepadanya juga /entah disini atau disana, entah saat ini maupun nanti./
Laa ilaaha illalloohu – Huwa Maqshud. (al Baq) Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) dituju. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hendaklah dilaksanakan secara lillaah, billah dan fillah. Lillaah maksudnya hanya untuk Allaah (Rodhiyah = keikhlasan diri). Segala amalan hendaknya dilakukan hanya untuk mencari keridhoan Allah. Hindari dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kepamrihan nafsaniyah untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Ilallooh (untuk Allooh) bukan ilayya (untuk kebanggaanku), ilainaa (untuk kepentingan golongan kami), ilaihim (untuk kepentingan mereka). Billaah maksudnya hanya dengan Allaah (Mardiyah = Allloh meridhoi). Terhindar dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kebanggaan nafsaniyah diri untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Hanya dengan karunia panduan hidayah dan bantuan segala amalan usaha kita bisa terjadi. Seandainya Allaah tidak memberikan anugerah kehidupan, inayah kesempatan dan hidayah kesadaran mustahil amalan bisa dilakukan. Fillaah maksudnya dalam Allaah (Kamilah ?= ketawadhuan sejati merasa sekedar media biasa bukan sebagai figure sempurna?). Terhindar dari kefasikan akan kemelekatan diri. Tanpa kita sekalipun Tuhan sesungguhnya mampu merealisasikannya melalui media lain yang dikehendakiNya. Kesadaran Realisasi reflektif (perwujudan – sekedar media pemantulan) bukan identifikasi ananiyah (kebanggaan pengakuan untuk pembenaran) apalagi defisiensi duniawi (kepamrihan perolehan dalam kepentingan).

Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha ; wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in);  wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun. (QS 59 : 18 -20) = Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. 

Berdasarkan cara pandang yang diungkapkannya pada program acara atau wawancara, Moez Massoud tampak mendekati Islam dengan cara yang utuh namun unik. Tidak sekedar pemahaman konseptual intelek sebagaimana taqlid liberal para fundamentalis umumnya, namun juga melalui penghayatan kontekstual intuitif pada hakekat nilai Islami yang sesungguhnya (Apakah mungkin juga melalui penembusan spiritual insight dikarenakan pengalaman mendekati kematiannya ? …. Walloohu ‘alam). Terasa nuansa realisasi autentik ke-Esaan yang terpantul arif dari kedalaman tidak sekedar identifikasi artificial pencitraan yang naïf di permukaan. Dalam usia yang relative muda, dia mampu menghayati inti kebenaran (nyaris?) tanpa noda kefasikan yang bisa dan biasa memperdaya para pemberdaya awal setiap pencari kebenaran. Agama sebagaimana metoda Dharma yang lain adalah formulasi untuk realisasi diri bukan sekedar untuk identifikasi semu. Diperlukan kesadaran tinggi dan ketulusan mendalam untuk merengkuh hidayah Ilahiah dan tetap beristiqomah dalam GarisNya. Kepicikan apalagi kelicikan adalah penghalang, penghambat sekaligus penyesat utama untuk itu.
Moez Massoud antara lain menyatakan bahwa melaksanakan ritual Islami hendaklah dilakukan bukan sebagai beban kewajiban yang diharuskan sehingga hanya dijalankan dengan terpaksa sekedar gugur kewajiban atau sebagai kepatutan belaka. Ritual eksternal tersebut adalah refleksi suatu keinginan, kesadaran, ketulusan dan bahkan kerinduan internal untuk mengingat Allooh (Remember Me – inward) di kedalaman yang berdampak pada penegakan ibadah di permukaan (Establish Prayer – outward). Kearifan dan kecintaan kepada Tuhan (ma’rifatullah dan mahabatullaah) sebagai dasar murni dari segala peribadahan.
Dia juga menekankan perlunya pilar agama ke tiga, Ihsan (kemurnian hati) disamping Iman dan Islam. Ihsan adalah kesadaran diri senantiasa berhadapan dengan Tuhan di setiap saat di segala tempat (baik kini maupun nanti, baik disini maupun disana). Suatu upaya pendekatan akhlaqiyah diri secara pribadi dan sejati kepada Tuhan disamping akidah keimanan dan fiqih keislaman. Ihsan sering disisihkan bahkan diabaikan dalam kehidupan beragama pada umumnya. (Mungkin ini sebabnya yang membuat umat beragama walau mungkin bisa terbebas dari konsepsi kekafiran namun tetap bisa saja fasik dalam refleksi kehidupannya). Nilai spiritualitas actual dan global yang intens di kedalaman perlu diperhatikan tidak sekedar ritual formal saja di permukaan. Bukan sekedar pemahaman ilmu tetapi juga tindakan laku mutlak diutamakan sebagai kebenaran realisasi dan bukan sebagai identifikasi pembenaran.
Demikian kutipan ayat muhasabah Firman Ilahi; Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). 
Dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain). Hanya mereka yang telah menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya ?) yang kemudian akan menghadirkan surga di dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan).
Yaa ayyatuhaan nafsul muthmainah; Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah ; Fad khulii fii ‘ibaadii; Wad khulli jannati (Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. QS 89: 27 – 30)

Ad.2.  JEFF GUTT = THE PHOENIX WARRIOR


(original link  ?)
JAG PLAYLIST :  

Every time I look in the mirror 
Setiap kali aku melihat di cermin
All these lines on my face getting clearer
Semua garis-garis ini di wajahku semakin jelas
The past is gone
Masa lalu hilang
It went by, like dusk to dawn
Itu pergi berlalu, seperti senja hingga fajar
Isn't that the way
Bukankah itu jalannya
Everybody's got their dues in life to pay
Semua orang punya iuran mereka dalam hidup untuk dibayar.

Yeah, I know nobody knows
Ya, aku tahu tidak ada yang tahu
Where it comes and where it goes
Di mana ia datang dan di mana ia pergi
I know it's everybody's sin
Aku tahu itu dosa semua orang
You got to lose to know how to win
Kau kalah untuk tahu bagaimana untuk menang 

Half my life's
Setengah hidupku
In books' written pages
Dalam halaman buku ditulis
Lived and learned from fools and
Tinggal dan belajar dari orang-orang bodoh dan
From sages
dari yang bijak
You know it's true
Kau tahu ini benar
All the things come back to you
Semua hal datang kembali kepadamu

Sing with me, sing for the year
Bernyanyi denganku, menyanyi untuk tahun ini
Sing for the laughter, sing for the tear
Menyanyi untuk tawa, bernyanyi untuk air mata
Sing with me just for today
Nyanyikan denganku hanya untuk hari ini
Maybe tomorrow, the good lord will take you away
Mungkin besok, Tuhan  yang baik akan membawamu pergi 
Yeah, sing with me, sing for the year
Ya, bernyanyi denganku, menyanyi untuk tahun
Sing for the laughter, sing for the tear
Menyanyi untuk tawa, bernyanyi untuk air mata
Sing with me, just for today
Bernyanyi denganku, hanya untuk hari ini

Maybe tomorrow, the good Lord will take you away
Mungkin besok, kebaikan Tuhan akan membawamu pergi 

Dream On Dream On Dream On
Bermimpilah
Dream until your dream comes true
Bermimpi sampai mimpimu terwujud
Dream On Dream On Dream On
Bermimpilah
Dream until your dream comes through
Bermimpi sampai mimpimu datang melalui

Dream On Dream On Dream On
Dream On Dream On
Dream On Dream On, AHHHHHHH
Mimpikanlah, Ahhhh

Sing with me, sing for the year
Bernyanyi denganku, menyanyi untuk tahun
Sing for the laughter, sing for the tear
Menyanyi untuk tawa, bernyanyi untuk air mata

REHAT TARAWIH DULU 

Jeff Gutt (Jeffrey Adam Gutt) mungkin nama yang asing bagi rekan pembaca di Indonesia. Sekedar info singkat, dia adalah salah satu peserta X factor USA tahun 2013. Memang dia ‘hanya’ mencapai runner-up berdasarkan voting pilihan mayoritas suara dalam kontes sehingga gagal meraih hadiah rekaman 1 milyar. Satu pertanyaan mungkin terlintas di benak anda: lantas apa istimewanya figure ini diekspose jika ia bukan juara pertama (walau juara ke-dua toh tetap pecundang) ?
Disadari atau tidak, pada dasarnya kita semua belajar dari Tuhan lewat apapun juga ,melalui siapapun saja. Setiap makhluk adalah truth seeker (pencari kebenaran) dan sekaligus Dharma Sekha (penempuh kenyataan) dalam hidup ini. Senantiasa ada hikmah ilahiah (yang sejati sebagai ilmu dan laku) dibalik hibrah alamiah (yang tampak samar bahkan terkadang semu) akan maksud kebijaksanaan Tuhan yang mungkin kita terima namun tidak kita mengerti. Tidak semua yang kita inginkan terwujud dalam kenyataan. Apa yang baik bagi kita belum tentu baik bagi Tuhan ; demikian sebaliknya. Hidup adalah amanah bukan sekedar anugerah apalagi musibah. Tampaknya memang ada perbedaan mendasar bagaimana dunia ini memandang dengan cara Tuhan menilai. Kita dinilai bukan sekedar dari kesuksesan yang kita terima dan miliki di permukaan, namun dari keberkahan dari cara kita men-sikapi kenyataan dan cara kita menjalani kehidupan di kedalaman. Coram Deo (Hidup yang selalu sejati dalam pandangan Tuhan) tidak sekedar coram geo (hidup yang mungkin semu dalam kelaziman duniawi) apalagi coram ego (hidup yang bisa liar dalam kenaifan diri). Dengan cara demikian kita senantiasa bisa memilah dan memilih hikmah kebenaran tidak sekedar hibrah kenyataan apalagi hijab kesemuan yang mungkin akan menyesatkan pandangan kita sebagai pengembara keabadian.
Melalui sebuah titik perjalanan garis keabadian ini (pengalaman pribadi sendiri, kejadian orang lain, dan aneka peristiwa) kita mengkaji kebenaran yang tersirat pada kenyataan yang tersurat pada hidup ini sebagai introspeksi dari masa lalu, untuk realisasi pada waktu ini dan sebagai orientasi bagi saat nanti untuk tetap selalu memberdaya diri (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan). Jeff adalah figure sederhana ke-dua yang saya ajukan, sesudah Moez Massoud dan sebelum Jokowi nanti. 
EPISODES
TAHUN 2012
Jeff Gutt adalah vokalis band dry cell dan kemudian BWNN (band with no name). Karirnya sebagai musisi tidaklah sebagaimana yang diharapkan. Kejadian tersebut sangat  mengecewakannya sehingga membuatnya frustasi dan berhenti dari kegiatan music yang dicintainya sejak kecil. Namun demikian kehadiran seorang anak (Talon) membuat single parent ini bangkit untuk memenuhi tanggung jawabnya untuk kembali ke jalur musik.
1. Haleluyah
20 September 2012 Jeff mengikuti audisi dan membawakan lagu Hallelujah dari Leonard Cohen yang sangat unik (versi Rock bukan gospel). Salah satu audisi music terbaik yang saya dengar selama ini (disamping : Susan Boyle – UK , Choi Sung Bong - korea , dan Wudamu- China). Histeria penonton dan pujian para juri (Simon Cowell, Britney Spears, Demi Lovato dan L.A. Reid.) layak diberikan baginya. Bahkan (sekedar bercanda) Tuhanpun akhirnya menyuarakan gemuruh menyambutnya.
NB = tentang lagu Haleluyah. Haleluyah berasal dari bahasa Ibrani Aleluyah yang berarti terpujilah Tuhan (Alhamdulillaah?). Pada mulanya saya mengira ini adalah lagu gospel gerejani. Namun kemudian setelah memahami makna lirik di dalamnya ditambah sejumlah referensi, saya berpandangan lain. Lagu ini mengisahkan perjalanan hidup manusia dalam menghayati arti cinta. Kejatuhan Samson dan terutama duka penyesalan Daud atas ternodanya cinta dia kepada Tuhan karena terlena akan cinta birahi yang menyebabkan dia berdosa sebagai manusia (kisah cinta segitiga Daud, Betsheba dan Uria). Agape (cinta kepada Tuhan) seharusnya memang diletakkan sebagai pemberdaya paling utama bagi orang beriman agar manusia lebih mementingkan kebenaran yang lebih luas dan abadi (walau tidak mudah) dan tidak sekedar membenarkan kepentingan sesaat yang bersifat pribadi (walau tampak indah). Kesadaran nurani untuk tidak menjadi naïf dan liar terhadap naluri untuk tidak mudah terjatuh bukan saja perselingkuhan birahi namun juga kesewanangan insani sehingga Agape (Cinta KeIlahian) dapat menjadi benteng utama eros (nafsu birahi) dan media luhur bagi filia (cinta kemanusiaan). Bandingkan versi asli lagu Leonard Cohen tersebut dengan lagu Jeff menjelang konser amal call of Angel di station televisi 
2. Kandas di Bootcamp
Namun demikian Jeff Gutt akhirnya tereliminasi di bootcamp. Lagu duet “If I Die Young" dari The Band Perry tidak menghantarkannya lolos ke babak selanjutnya. Hal yang sangat mengecewakannya saat itu. Beberapa waktu kemudian, di Access Hollywood seorang juri Simon Cowell menyatakan satu penyesalannya adalah memulangkan (potensi sehebat Jeff) terlalu dini. 29 Maret 2013, Jeff Gutt merelease lagu "Hallelujah" melalui vimeo. Jeff sesungguhnya bukan hanya seorang pembawa lagu namun juga pencipta lagu. Stay adalah salah satu lagu yang dia cipta bersama BWNN.   
TAHUN  2013
3. Welcome Back, Phoenix.
18 September 2013 dia kembali mengikuti audisi. Lagu pertama “I Don't Want to Miss a Thing" dari Aerosmith dihentikan. Sehingga ketika diberikan kesempatan untuk mencoba lagi, dia kemudian mengajukan lagu ke-dua "Creep" dari Radiohead.
NB: perhatikan expresi kekecewaan kala Simon Cowel menghentikan lagu pertama Jeff. Kedewasaan menerima penghentian, kesantunan menerima alasan dan kesediaan mencoba kesempatan ke-dua. Walaupun agak ragu di awal,Jeff kembali menunjukkan keautentikannya mengekspresikan lagu sebagaimana diharapkan dan hasilnya sangat sensasional … sesuatu yang bahkan tidak dinyana olehnya. Pujian juri dan histeria penonton kembali mengiringi kelolosannya pada audisi tahun ini. Selamat datang kembali, phoenix ~ burung yang lahir dan bangkit kembali dari kematian. 
4. Memulai Kompetisi
2 Oktober 2013 dia kembali mempesona dengan penghayatan lagu Amazing Grace" dari John Newton melalui power voicenya. Jeff lolos bersama sejumlah kontestan lain dalam 4 kategori (Boys, Groups , Girls, Over 25 ). Di kategori over 25 Jeff berada dengan mentor Kelly Rowland eks personil Destiny’s Child.
NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya.Walau singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif.  
5. Melanjutkan Kompetisi
Kompetisi penyisihan berlanjut. Pada mulanya lewat tayangan televisi local B-Chanel saya sesungguhnya lebih memperhatikan Carlos dari peserta lainnya (termasuk Jeff yang saat itu belum saya ketahui track recordnya). Namun sayang, penderita Tick syndrome yang sesungguhnya sangat impresif dalam berjuang ini harus tereliminasi dini.  
29 October 2013 = "Try” dari Pink
6 November 2013 = "Say You, Say Me” dari Lionel Richie
7 November 2013 = "In the Air Tonight" dari Phil Collins
13 November 2013 = "(I Just) Died in Your Arms" dari Cutting Crew
20 November 2013 = "Bohemian Rhapsody" dari Queen
Jujur saja, terkecuali untuk 2 lagu awal, secara pribadi saya kurang begitu terkesan dengan perfoma Jeff pada mulanya. Walaupun sesungguhnya dia sudah tampil maksimal untuk tampil sempurna, namun terlihat seakan dia berusaha memaksakan diri sehingga kurang impresif. Ekspresif (mungkin) ya, namun autentik (sayangnya) tidak. Simon Cowel mengkritisi secara jeli bahwa keinginan yang berlebihan untuk tampak sebagai Rock Star justru menjadi penghalang utama Jeff dalam mewujudkan potensi dirinya. Realisasi autentik yang sejati bukan sekedar identifikasi artificial yang semu diharapkan baginya. Untunglah dia kemudian kembali lolos ke babak selanjutnya untuk membuktikannya. 
6. Great Favorite
Akhirnya Jeff Gutt menemukan dirinya yang sejati sebagai universal singer melalui panduan sang mentor Kelly Rowland (dan juga kursus singkat Michael Buble).
27 November 2013 "Feeling Good" dari Anthony Newley and Leslie Bricusse
NB = Lagu Feeling good – persembahan Jeff Gutt kepada ayahnya Greg Gutt - mengingatkan saya tentang perlunya bersyukur menerima apapun juga dengan perasaan baik (The Secret – Bryan Rhodes ; The Law of Attraction).
Jeff sungguh membawakan lagu tersebut dengan sangat mantap luar biasa. Autentik, masculine, dan mempesona baik dari power voice maupun stage act. Disamping itu, saya sangat terkesan dengan perkataan Greg Gutt yang begitu tulus menyentuh sebagai seorang ayah yang sangat bahagia (dan bangga?) dengan keberadaan anaknya yang sedang berjuang di kompetisi tersebut: “Saya bukanlah orang kaya, saya tidak mempunyai banyak uang (sebagaimana juga dia – Jeff). Tetapi ketika saya menyaksikannya di pentas (pujian juri dan pemirsa) … saya (merasa) sayalah orang paling kaya di dunia ini.”
7. Great Competitor
4 December 2013  "Without You" dari Mariah Carey & "Daniel" dari Elton John
NB = Walau dari segi artistic penampilan,lagu "Without You" dari Mariah Carey lebih bagus dan memukau, namun secara pribadi (bukan kritisi seni atau komentar para juri) saya lebih menyukai kesederhanaan lagu akustik "Daniel" dari Elton John. Terdengar wajar dan tulus sebagai persembahan Jeff kepada saudara sepupunya – Dan, seorang marinir. Kelihaian permainan gitar Jeff tampak pas mengiringi lagu tersebut. Disamping itu, saya sangat terkesan dengan perkataan Dan Gutt yang begitu bijak sebagai seorang kakak (sepupu) dalam menerima keberadaan saudaranya apapun juga yang terjadi: “Jeff, tidak masalah apa yang akan terjadi (nantinya). Kamu akan selalu memiliki X factor bagiku.” Pernyataan yang sangat bijak untuk tetap menerima keberadaan seseorang apa adanya dan mengharapkan selalu kebaikan atasnya. Tak perduli berhasil atau gagal, menang atau kalah …. Keberkahan perjuanganlah yang diharapkan. Kebenaran Kasihlah yang diutamakan.  
8. MENUJU FINALE
11 December 2013 Jeff melantunkan lagi lagu favorit pemirsa Hallelujah dari Leonard Cohen; duet dengan Restless Road "Every Breath You Take" dari The Police & lagu spektakuler "Demons" dari Imagine Dragons. Bravo, Jeff.
12 December 2013 Jeff dinyatakan lolos dalam kompetisi tersebut. Lagu "Open Arms" dari Journey dia nyanyikan kemudian.
9. FINALE
18 December 2013 bersama kontestan lain Alex & Sierra dan Carlito Olivero, Jeff melantunkan lagu We Will Rock You dari Queen's. Kemudian dia menyanyikan lagu fantastis "Dream On" dari Aerosmith; "Iris" dari Goo Goo Dolls duet bersama John Rzeznik dan terakhir lagu "Creep" dari Radiohead.
Sesungguhnya malam itu secara kualitas adalah malam Jeff dikarenakan tema Rock diajukan. Lagu bersama yang dinyanyikan bersama sudah cukup untuk membuktikan kualitas ke 3 kontestan tersebut di zona nyaman Jeff. Namun jujur saja saya kurang begitu suka sequens urutan 3 lagu terakhir. Seandainya urutan dibalik kemungkinan akan lebih baik lagi. Lepas dari komentar para juri. Dream on adalah lagu rock murni terhebat yang dibawakan Jeff selama ini. Namun lagu tersebut terasa sangat menguras energi dan seharusnya justru diletakkan di bagian akhir sebagai top klimaks. (Simak dampaknya di dua lagu berikutnya yang walaupun masih tampak bagus namun tampak kurang total ‘greget’nya). Pada akhir lagu Iris Jeff agak ‘telat masuk’ sedangkan Creep walaupun lebih ‘jangkep’ dan bergaya serta penuh penjiwaan daripada ketika audisi namun akhir makna liriknya terasa kurang pas sebagai lagu terakhir seorang True Warrior (pejuang sejati). Harapan terakhir Kelly yang walau terdengar baik namun terasa kurang tepat disimak. Tampak agak mengeksploitasi Talon (yang sesungguhnya tampak tidak suka). Jeff adalah pejuang hebat yang walau mungkin layak memenangkan kontes tersebut karena keunggulan kualitas dirinya dibandingkan yang lain namun tampak kurang kuantitas mayoritas pendukung (yang pastinya akan kalah dengan dasar statistic Itunes dan terbatasnya voting para pendukung di Amerika dibandingkan kontestan duet Alex & Siera). Namun demikian hendaklah kemenangan tidak juga berdasarkan iba empati orang lain (yang pastinya salah). Bagi seorang True Hero (pejuang sejati) bukan sekedar Fake Idol (idola semu) permasalahan Benar dan tidak salah adalah hal krusial yang mendasar untuk diutamakan ketimbang permasalahan Menang atau kalah sehingga harus menghalalkan segala cara (jor-joran voting,dsb). Keberkahan sejati hendaklah diutamakan mengatasi kesuksesan yang walaupun tampak megah di permukaan namun bisa saja semu di kedalaman. (Terdengar agak naïf, lebai atau idealis, ya ? )  
10. RUNNER UP
19 December 2013 adalah hari pengumuman pemenang X factor USA 2013. Voting sudah ditutup.
Jeff Gutt menyanyikan lagu religious "O Holy Night" dari Adolphe Adam. Kembali ini lagu terbaik yang dinyanyikan 3 kontestan yang tersisa walau sayang tidak berarti banyak karena voting sudah ditutup. Walau saya seorang Muslim (dan Insya Allooh selalu tetap istiqomah dengan keimanan saya), namun sebagai pemerhati segala Dharma Ilahiah - saya terkesan ketika mendengarkan keindahan penghayatan suara Jeff dalam menyanyikan lagu gospel gerejani ini. 
NB : JAG Army dan fans Jeff lainnya di Detroit sangat meriah menyambut Jeff lewat tayangan televisi. Namun demikian, saya sangat terkesan dengan perkataan anaknya, Talon yang mengharukan Jeff: I just want to be like you. You're the best daddy ever," “Aku hanya ingin menjadi sepertimu. Kau adalah ayah yang terbaik”. Pernyataan yang sangat polos dari seorang anak yang memandang keberadaan dan semangat perjuangan Jeff sebagai keteladanan adalah lebih daripada cukup baginya untuk senantiasa mencintai, menerima dan menghormatinya sebagai seorang ayah … alih-alih dengan memaksakan secara naïf ‘tuntutan’ keinginan (menjadi dokter?). Menjadi pribadi yang baik sebagaimana yang Tuhan kehendaki perlu diutamakan daripada profesi apapun juga yang Tuhan akan berikan padanya kelak. (Hidup adalah amanah)
Setelah Carlito Oliviero diumumkan tereliminasi (secara terhormat sebagai pejuang yang pantang menyerah sebagaimana Jeff nantinya), Jeff Gutt tampil bersama Alex & Sierra  dengan lagu Love Me Again dari John Newman. Dalam genre lagu yang sesungguhnya merupakan zona nyaman Alex & Siera inipun, Jeff tampak mampu mengimbangi bahkan mengatasinya pada akhir lagu. Namun agak berbeda dengan kala berhadapan dengan Restless Road sebelumnya, ini tidak berpengaruh sama sekali karena Voting memang sudah ditutup dan tinggal diumumkan hari ini.
Dan akhirnya sebagaimana yang telah diprediksi sebelumnya Alex & Siera memenangkan kontes ini dan berhak memperoleh hadiah rekaman berkontrak 1 milyar (selamat !). Sementara Jeff Gutt tereleminasi sebagai runner up (A&S= 8.27 juta vs JAG= 7.9 juta suara).
NB: Terlepas dari hasil final tersebut, saya kembali harus salut kepada Jeff dalam menerima kenyataaan ini dan mensikapi “kegagalannya” ini secara lebih dewasa dan sangat positif (daripada tahun lalu ?). Kepada pemenang Alex & Siera, Jeff mengucapkan selamat dan berharap akan dapat segera membeli album mereka. Jeff juga menghormati Simon Cowell - mentor mereka – yang walau mengakui ketangguhan Jeff namun tentu saja sangat menaruh harapan pada anak asuhnya sendiri (A&S) untuk memenangkannya. Jeff juga sangat berterima kasih kepada mentornya Kelly Rowland yang telah sangat membantunya keluar dari tempurung pembatas potensi dirinya selama ini. Kepada para fansnya, dia juga mengatakan: “I owe you guys everything and I'm not going to give up," (saya berhutang atas segala dukungan anda semua dan saya tidak akan menyerah /untuk berjuang kembali).
PENUTUP  =
Tahun 2014 ini saya tidak terlalu banyak membaca perkembangan Jeff Gutt melalui media. Namun dari sejumlah pemberitaan pada Facebook dan Twitternya, dia tampak mulai kembali bangkit menata hidupnya lagi dan merintis kembali karir sebagai musisi. Merekrut crew band, tour, dan merelease promo baru. Di Youtube dia juga meng-upload lagunya sebagaimana lagu sebelumnya. Ada kedewasaan filosofis yang terasa dari tahun sebelumnya (Hope).  
Well, Dream on till all come true. Whatever it happens, always be a True Divine Warrior. (Baiklah, bermimpi/ berusahalah terus hingga semuanya akan menjadi nyata. Apapun yang terjadi, tetaplah selalu sebagai Pejuang Ilahiah yang Sejati.)

Ad.3. JOKOWI


(broken link now ?)
Ganti sama intinya : Simple/Nature
 Wisdom Quotes of Sutarti's  : ts; 5,10

Tanya : Bu Sutarti, apa yang ingin disampaikan …. Atau Gimana … baiknya pak Jokowi… gimana,sih ?
Jawab :  Ini jujur, ya ? (tawa semua). 
Nggak maksudnya gini … kalau orang .. apa namanya… didorong-dorong cepet jadi gini jadi gini … itu kan yang ngomong gampang. Yang melakukannya kan juga nggak mudah. Bagi kita .. yang deket ya … kita cuma berdoa . kalau itu memang KEHENDAK TUHAN dia ini harus jadi presiden … ya, BIARIN  AJA.
(Dikapitalkan hurufnya .... supaya tidak ada misunderstanding .... kadruners vs cebongers? ) 

PRAKATA =
Almarhum Romo Mangun (YB Mangunwijaya) pernah menyatakan bangsa ini perlu transformasi tidak sekedar reformasi. Karena, sebagaimana Burung yang perlu dua sayap untuk terbang dan Manusia yang perlu dua kaki untuk melangkah; demikian juga bagi bangsa ini yang memerlukan Transformasi dan Transparansi untuk menjalani dan mengatasi kehidupannya. Transformasi adalah pemberdayaan keseluruhan diri,suatu proses metamorfosis perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Dia bukanlah sekedar reformasi,suksesi pergantian di luar namun tanpa perbaikan di dalam.(Sehingga: Walau bentuk system permukaan tampaknya berubah, namun kultur kedalaman agaknya sama saja. Tokoh berganti tetapi tetap tanpa fungsi.) Tampaknya memang Perlu Transformasi pemberdayaan yang sejati bukan hanya untuk kebaikan tetapi juga kemajuan negeri ini. Perlu Transparansi keterbukaan yang sejati bukan hanya untuk kepercayaan tetapi juga untuk keteladanan di negeri ini. Agar dengan demikian Transendensi keberkahan Robbani akan segera terjadi dan kesuksesan duniawi juga Insya Allooh akan mengikuti.
Namun demikian kita para anak bangsa agaknya terlalu naïf untuk memahami hal ini dan (bagaikan lingkaran setan ~ siklus Polybius) sangat sering mengulangi kesalahan sejarah yang sama. Ketika absolutisme demi stabilitas menampakkan dibiarkan maka tampak jelas sisi keburukan kezaliman yang membuat kita muak dan beralih kepada  kebebasan. Ketika liberalisme demi stabilitas kebablasan dan menampakkan sisi keburukan keliaran ; kita kembali muak dan beralih ke kemapanan. Demikian seterusnya terjadi di dunia ini. Manusia memang berpotensi baik (arif & asih) namun cenderung buruk (naïf & liar). Mandala kebersamaan manusiawi yang tidak berlandaskan tiga pilar transformasi, transparansi dan transendensi tampaknya memang telah digariskan oleh-Nya untuk tidak akan menerima keberkahan abadi. Rhetorika visi program walau terkemas (sangat) sempurna namun tanpa realisasi aksi tindakan yang terwujud (walau) sederhana akan percuma. Istighotsah permohonan tetap mutlak memerlukan istiqomah pelayakan agar tidak menjadi sia-sia. Bangsa ini walaupun memang secara alamiah telah terus beranjak tua namun kelihatannya tak akan pernah menjadi dewasa.
Harapan akan mitos Satrio Piningit, Noto nagoro, dan Ratu Adil semula diekspose dan diotak-atik dan dipolitisir pada waktu itu. Wah .. tidakkah kita sadari bahwa tokoh tersebut adalah seluruh putra bangsa. Karena bangsa ini hanya akan bangkit untuk menjadi baik dan maju jika semua putra bangsa (tidak hanya satu satrio atau ratu adil saja) terjaga untuk memberdayakan diri dan bangsanya. 
EPISODES =
Semula saya akan mengutarakan Jokowi - tokoh unik dan aneh (istilah Abraham Samad) baik ketika dia menjabat sebagai wali kota Solo dan gubernur DKI jaya. Saya merencanakan akan menuliskannya bahwa pejabat public yang “Genah tapi Nglumrah” (karena konsisten blusukan bukan pencitraan hanya untuk memikat saja?) – “Mantep tanpo anggep” (potensi tidak sekedar ambisi) dan memandang tugas jabatan sebagai amanah keberkahan bukan musibah kerepotan atau anugerah kewenangan sesungguhnya bukanlah pribadi yang unik dan aneh jika dipandang tersirat dari kedalaman tidak sekedar yang tampak dipermukaan. Politik tidaklah sesuram kutipan pandangan akademisi ataupun intrik kekuasaan politisi birokrasi sebagai sekedar conflict of interest yang dibenarkan untuk kekuasaan belaka. Tidak ada yang salah dengan istilah ‘dharma’ apapun juga karena kesalahan umumnya dilakukan oleh pelaku dalam memandang dan bertindak. Kemasan sistem yang baik bisa saja buruk jika kultur pelaksanaanya tidak baik dengan tidak mementingkan kebenaran namun hanya membenarkan kepentingan saja. Dengan akalnya manusia bisa menjadi mulia dengan 'ngakalke' pemberdayaan bagi dirinya dan kebersamaan secara sadar dan tulus namun dengan akalnya juga manusia bisa menjadi nista dengan 'ngakali' dirinya sendiri dan orang lain secara picik dan licik. Konteks Ihsan Coram Deo (merasa selalu berhadapan dengan Tuhan yang begitu jeli mengawasi bukan saja sebatas pencitraan di permukaan namun hingga lintasan batin di kedalaman) memang mutlak ditekankan ketimbang coram deo (pencitraan duniawi karena merasa hanya berhadapan di dunia ini saja saat ini) apalagi hanya coram ego (pengumbaran nafsu diri untuk berkuasa dan memperdaya sesama). Rela berkorban (waktu dan tenaga) di Jalan AmanahNya bukan tega mengorbankan (kesejatian diri dan orang lain) perlu disadari mereka yang 'terpanggil' menjadi pemimpin bangsa bukan penguasa belaka. 
Namun demikian terpaksa saya harus menunda sementara ini dikarenakan keberadaan 'mas' Jokowi menjadi kandidat di Pilpres mendatang. Agak sungkan menuliskannya dalam waktu ini karena bisa saja walaupun saya hanya ingin mengajukan sisi kemanusiaannya saja (sebagaimana dua pribadi sebelumnya) namun artikel ini bisa disalah-tafsirkan sebagai kampanye politik.
PENUTUP =
Tentang Jokowi mungkin akan saya utarakan lain kali saja. Sementara ini biarkan saja orang lain baik yang pro dan kontra (sekedar kepentingan politik bukan untuk perhatian sisi kemanusiawiannya ?)  yang membicarakannya. (Tasamuh atau Taqiyah = toleran menghargai hak berpandangan orang lain walaupun mungkin tampak berbeda namun semoga saja tetap tersampaikan dengan Haq - Sunni ~ Syiah) 
EPILOG =
Membicarakan kebaikan (bukan mengidolakan) orang lain sebelum tiba saatnya dia berada dalam situasi dan kondisi negatif dalam kehidupannya (tidak sekedar pada situasi kondisi positif belaka) bahkan hingga menjelang akhir kematiannya sebetulnya beresiko juga. Karena manusia walaupun berpotensi baik namun juga cenderung buruk. Bisa saja yang kita puja sekarang akan kita cela pada masa mendatang karena kekhilafan (keburukan dan kesalahan yang bersifat pribadi bukan semata kemalangan atau kegagalan yang bersifat kompleks) selalu saja akan bisa terjadi. Nobody but God is perfect.
Namun demikian, sebagai seeker pembelajar kehidupan kita memang harus selalu membiasakan memandang sesuatu secara berimbang dan tidak berlebihan (Istilah orang jawa = 'ora gampang ngentahke /ora langsung mandheke' = tidak mudah mencela, tidak segera memuja ~  seperti kezaliman kaprah yang menjadi kelaziman lumrah saat ini). 
Setiap pribadi yang berperan dan segala peristiwa yang berlangsung adalah ayat media pembelajaran dari Tuhan untuk memberdaya kita sebagai pengembara keabadian yang melintasi kehidupan dunia ini sesuai dengan amanahNya.  Diberkahilah bumi kebersamaan ini atas kehadiran mereka (yang baik tersirat atau tersurat , langsung ataupun tidak) yang memuliakan Dharma Tuhan melalui persepsi dan refleksi kehidupannya pada lintasan garis samsara perjalanan keabadiannya yang senantiasa berhadapan dalam pembelajaran dan pemberdayaan Tuhan di sini ataupun di sana , saat ini ataupun nanti).
Wasalam

POSTING 

Sabtu, 05 Juli 2014

PILPRES JOKOWI 2014

PILPRES JOKOWI 2014 



PILPRES 2014 JOKOWI


KONSEP PILPRES JOKOWI 2014 (belum jadi)
Sabtu, 05 Juli 2014
KONSEP PILPRES JOKOWI 2014 (revisi lagi)
Kamis, 17 Juli 2014
KONSEP PILPRES JOKOWI 2014 (selesai ah)
Sabtu, 19 Juli 2014

SALAM  ˅ damai  2 JARI ˅ 1 negeri
(Amanah Kepemimpinan Nasional)
Dari Sudut Desa di Pelosok Negeri


Prolog

Kita belajar segala sesuatu dari Tuhan melalui siapa saja dan apapun juga, termasuk internet. Kini adalah saatnya, dan disini adalah tempatnya bagi kita untuk saling berbagi. Tidak hanya sekedar menerima namun  juga untuk saling memberi demi pemberdayaan bersama dalam Wujud, Kuasa, dan Kasih-Nya. .Sejumlah orang, blog, websites melalui media Internet telah banyak membantu kita dalam pencarian dan perolehan data yang kita perlukan. Ini saat dan tempat kita untuk saling asah, asih dan asuh dengan saling berbagi (reload data penting) dan ‘membalas budi’ (upload karya pribadi) bagi kemanfaaatan pemberdayaan pengguna internet lainnya.
Pilpres 2014 ini ternyata cukup mengesankan bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia lainnya karena baru kali ini tampaknya benar-benar bisa ‘buat rame’ berpartisipasi aktif tanpa perlu mobilisasi eksternal dari siapapun saja atau apapun juga. Ini bahkan terasa melebihi Pemilu 1998 pada awal reformasi dulu (ada kegairahan yang lebih besar ketimbang sekedar pengharapan belaka). Mau tidak mau akhirnya blog ini walau tidak dimaksudkan bersifat politik (secara pribadi saya memang kurang interest dengan masalah politik dan manuvernya dikarenakan saya sesungguhnya hanya tertarik dengan pencerahan kesadaran gnosis keabadian dan kecakapan wajar dharma pembumi saja) namun demikian karena ini juga berkaitan dengan totalitas perjalanan hidup pada garisNya, tanpa maksud provokatif terpaksa ikut-ikutan bikin rame juga,ah. Semoga jika walau tidak bisa membantu namun tetap tidak mengganggu. Semoga ini (keterlibatan tanpa kemelekatan sehingga tetap ada keberimbangan walau dalam keberfihakan) tidak membebani atsar kehidupan nanti. Saya akan berusaha adil dan arif dengan melandaskan pembahasan artikel ini pada sejumlah hadits arbain Imam Nawawi untuk maksud pemberdayaan dalam bulan suci Ramadhan ini dan semoga bukan untuk memperdayakan. Semoga Tuhan mengarahkannya dalam pencerahan karena saya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada (mungkin juga termasuk keberfihakan walau dalam keberimbangan sekalipun) sama sekali tidak berniat untuk melakukan penyesatan. 


A. Demi Keberkahan Untuk Jokowi
HADITS KEDUAPULUH SATU
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث   :
“ Yaa rosuulalloohi, qullii al islaami ~ qoulaan laa as-alu ‘anhu ahadan ghoiroka.”
 “ Qul aamantu billaahi – tsummas taqim.”
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.
(Riwayat Muslim).
1. IJTIHADAH
Ijtihad bukanlah hak para orang yang melabelkan diri dengan nama ulama saja tetapi bagi setiap hamba Allooh bahkan makhlukNya yang lain dalam membentang pandangannya untuk menentukan pilihan. Ijtihad (dalam pengertian lughoh ilmiah dan tidak selalu “syar’i fuqoha”) bukan hanya monopoli kelompok para ulama yang meng-klaim sesuai hadits sebagai “pewaris Nabi” (harusnya untuk amanah kebenaran bukan untuk label pembenaran kekuasaan) apalagi jika memiliki maksud tersirat walau tak terungkap secara picik dan licik dengan mengharamkan pasangan capres/cawapres tertentu hanya dikarenakan memiliki pandangan yang berseberangan. Ditambah lagi sejumlah kampanye hitam yang bukan hanya menyudutkan namun sudah menjurus pembunuhan karakter yang sadis dan sistematis dengan ghibah dan fitnah yang sama sekali jauh dari nilai-nilai Islami dari sejumlah tokoh/ ormas partai berlabel islam. Secara pribadi (yang seharusnya juga tetap Robbani – untuk kaffah dengan menjalani kebenaran ilmuNya), saya sangat menyayangkan hal ini. Empati kemanusiaan tentunya akan mengusik nurani kita semua jika kita jujur mengakuinya. Jokowi (dan juga JK) adalah pribadi yang tentu saja (sama sebagaimana kebanyakan kita manusia lainnya) bukanlah figure sempurna (dimana senantiasa ada kelemahan disamping kebaikannya … selalu ada kekurangan disamping kelebihannya). Namun demikian bukankah mereka adalah pribadi yang relative lebih baik dari yang ada  sehingga rakyat kemudian membela, meminta dan mendukungnya ketika mereka kemudian ‘terpaksa/suka-rela’ bersedia  menerima amanah kepemimpinan nasional yang ditawarkan kepada mereka). Track record mereka sebagai pribadi-pun pada kenyataannya sesungguhnya (jika kita mau jujur mengakui) tidak seburuk yang kita ingin anggapkan kepada diri kita dan orang lain ~ asalkan dilakukan tanpa adanya tekanan akan kepentingan atau desakan untuk kebanggaan diri saja. Pengharapan akan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dari rakyat (yang memilih atau tidak memilihnya) juga tidak bisa disalahkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka maju sebagai kandidat pilpres 2014 ini. Dengan tanpa menafikan kehadiran kandidat lainnya (yang akhirnya resmi: Prabowo – Hatta) dan juga tiada maksud untuk mengabaikan keberadaaan tokoh lainnya (yang belum ‘beruntung’), simpati kepribadian, empati kemanusiaan dan pengharapan perbaikan akhirnyalah yang kami jadikan tiga alasan utama untuk membelanya untuk kebaikan bersama, menjaganya demi keberkahan nantinya dan memilihnya untuk memulai keberhasilan perjalanannya.
Besar harapan kami (baca: yang tetap istiqomah dalam pengharapan kepada Tuhan untuk menjadi media ‘pengantar’ bagi keterpilihan mereka) bahwa mereka akan bersegera melakukan 3 (tiga) hal besar bagi bangsa dan negeri ini: Transformasi perbaikan, Transparansi keterbukaan dan Transendensi keberkahan.
a. Transformasi Perbaikan
Transformasi perbaikan memang bisa dilakukan oleh siapa saja namun demikian akan relative bisa segera dilakukan jika dilakukan oleh ‘orang baru’ yang belum tercemari, terbebani serta tersandera oleh kelompok kepentingan politis tertentu. Walaupun mungkin baru sebatas wacana, kerja sama tanpa syarat tampaknya lebih memberikan jaminan akan adanya kesegeraan bagi pemberdayaan dan bukan menundanya untuk keterpedayaan. Paradigma ideal ini walaupun diakui ‘populis’ oleh sebagian besar rakyat namun pastilah tidak “popular” bagi para ‘wakil rakyat’ (yang karena beaya politik dan mesin partai yang relative besar dalam peraihan suara yang mengantarkan mereka maka dirasa perlu untuk balen ‘balik modal’ dan baten ‘keuntungan fasilitas financial dan jabatan structural’ selanjutnya.) Jika konstelasi politik kemudian menjadikan fihak ‘koalisi rakyat’ yang akan menjadikannya kuat nantinya namun akan “lemah” pada awalnya itu sudah dapat diprediksi sebelumnya (karena bukankah kecenderungan politik yang menjadikan kekuasaan sebagai obyek dan bukan kebenaran sebagai subyek memang akan menjadikan demikian halnya ?). Saya justru memandang problematika ini sebagai media pembelajaran dan pemberdayaan politik dari Tuhan yang baik bagi bangsa ini karena akan ada perimbangan kekuatan di legislative dan eksekutive nantinya.
 Jika transformasi berjalan benar, maka mungkin akan ada ‘quantum leap’ (lompatan perbaikan) yang akan mengatasi otoritarianisme ‘rezim’ presidential dan oportunisme ‘mafia’ parlementer dan menggesernya kepada demokrasi kerakyatan yang sesungguhnya (mufakat demi kemaslahatan rakyat, bangsa dan Negara ini bukan sekedar ‘adu voting kekuatan’ apalagi perselingkuhan/ penyelewengan yang bukan hanya mengakibatkan chaos politik tetapi juga respek publik terhadap kepentingan mereka masing-masing). Untuk itu diperlukan unsur ke-dua yang sangat vital dimana rakyat ‘perlu tahu’ dan ‘ambil bagian’ dalam pembelajaran dan pemberdayaan bangsa dan negaranya melalui media massa yaitu Transparansi keterbukaan.    
b. Transparansi Keterbukaan
Peristiwa itu adalah fakta yang terjadi namun sejarah bisa saja tercipta  - sehingga dalam dinamika perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara terkadang sesuatu bisa direvisi atau dirubah berdasarkan sudut pandang kepentingan yang berbeda tergantung pada siapa yang ‘berkuasa’ saat itu (His-story bukan History ?).  Dusta publik bisa saja terjadi sementara dampak karmic – mau tidak mau -  harus dialami (bukan hanya pada pelaku namun juga termasuk mereka yang di luar lingkaran kepentingan namun berada pada bahtera yang sama). Walaupun terkadang kami bisa menerima kerahasiaan (selama itu memang demi kemaslahatan bersama dan bukan sekedar untuk pengelabuan sesama) namun demikian keterbukaan sebagai suatu kebijakan (baca: ‘kebijaksanaan’ yang mementingkan kebenaran dan bukan ‘kebijaksinian‘ untuk membenarkan kepentingan belaka) tampaknya lebih ‘fair’ untuk dilakukan (agar upaya ‘amar ma’ruf – nahi munkar‘, saling asah, asih dan asuh  bisa dilakukan bersama dalam kepercayaan, demi keberdayaan dan untuk kebersamaan kita semua sebagai putera bangsa/ warga negara).
Saya rasa ini bukan sekedar mimpi yang indah belaka jika saya mendambakan keberadaan demokrasi dalam control langsung oleh rakyat disamping pemanfaatan fasilitas  mass media dan kotak saran yang ada jika negara ini juga  menghadirkan cyber area/ digital city yang memungkin rakyat berhak segera tahu dalam meng-akses regulasi program (atau proyek?) yang akan dibuat /dijegal (?), budgeting/ auditing yang sedang berlangsung, informasi pembangunan/penyelewengan yang terjadi, dlsb.  Untuk kemudian mereka diberikan kesempatan juga untuk sumbang saran demi kebaikan dan perbaikan negerinya. Ini  bukan berarti rakyat meragukan para wakilnya  namun hanya mengingatkan, menegaskan dan bahkan menguatkan  agar mereka  tidak  melupakan atau mengabaikan amanah kepercayaan yang diberikan kepadanya. Besar harapan generasi muda (pelajar, mahasiswa,pemuda, dsb) diberi kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran dan pemberdayaan bagi kesiapan dan persiapan bagi estafet kepemimpinan nasional nantinya. Namun demikian itupun harusnya ada filter kategorisasi dari saran rakyat yang masuk (apakah hanya asal bunyi saja ataukah memang saran nyata adanya, apakah sarat dengan pembenaran kepentingan tertentu ataukan memang semata untuk mementingkan kebenaran bersama, apakah hanya sekedar impian utopis ataukan memang cukup realistis untuk dilaksanakan secara effektif, effisien dan ekonomis) 
Transparansi publik sangat diperlukan terutama pada saat reformasi ini dimana ada celah kesenjangan ke-tata-negaraan dalam keberimbangan penyelenggaraan pemerintahan paska amandemen UUD 1945. Para pendiri bangsa secara bijaksana sesungguhnya sudah memperkirakan kemungkinan pemilahan kekuatan (bukan sekedar pemisahan kekuasaan politis belaka atas ‘trias politica’: legislative, eksekutif dan yudikatif) ini sebelumnya. Kalaupun ada ‘penyelewengan’ di kemudian hari (masa ‘demokrasi terpimpin’ orde lama dan masa ‘rezim presidensiil’ orde baru) sebetulnya itu lebih dari kenaifan penafsiran ‘hukum’ dan keliaran pelaksanaan ‘etika’ dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa adanya kedaulatan MPR (sebagai perengkuh Haq amanah bagi seluruh ‘wakil’ rakyat bukan hanya DPR namun juga DPD disamping media suara rakyat lainnya untuk menjaga parlemen agar tidak terjerumus sebagai ‘mafia’ mesin politik belaka dalam perselingkuhan transaksional yang walau sesungguhnya tidak halal untuk dibenarkan secara etika tetapi tampak ‘legal’ tidak disalahkan secara hukum dalam era demokrasi liberal paska kemerdekaan dan setelah reformasi) dan kewibawaan DPA (sebagai penasehat Haq amanah pemerintahan seluruh ‘wakil’ rakyat bukan hanya pada level kepresidenan namun juga bagi jajaran ‘raja kecil’ kepemimpinan di tingkat bawahnya seperti gubernur, walikota, bupati hingga tingkat desa agar tidak terjerumus sebagai ‘rezim’ mesin politik belaka dalam penyelewengan terlegitimasi yang serupa dalam era demokrasi terpimpin orde lama dan bahkan orde baru walau berlabelkan ‘demokrasi pancasila’). Dalam setiap dharma (walaupun itu politik ) aktualisasi nilai kebenaran adalah lebih utama daripada sekedar pembanggaan identifikasi label, defisiensi kepentingan apalagi eksploitasi pembenaran. Senantiasa ada Haq tanggung jawab yang besar dari setiap hak wewenang yang diberikan rakyat kepada para wakilnya (baik ditingkat parlemen maupun kepresidenan dan produk jabatan sebelum dan sesudahnya).  Walaupun keberadaan lembaga baru yudikatif (Mahkamah Agung yang kemudian secara inovatif dipilah menjadi Mahkamah konstitusi, komisi yudisial disamping mahkamah agung sebelumya) tetap dihargai kedudukan dan peranannya namun demikian walaupun berkoridor ‘legalitas’ hukum yang terlegitimasi sekalipun jika tanpa ethika ‘good will’ yang benar inipun akan rentan dengan penyelewengan, perselingkuhan bahkan penyesatan selama berada di pemangku jabatan yang tidak/kurang benar. Pada setiap jabatan sangat diperlukan pengembanan amanah yang bukan hanya ‘qualified’ dari segi keahlian namun juga ‘bonafide’ dalam hal kearifan dan berintegritas dalam kebaikan agar pengamanan kebaikan bisa terjaga dan kemajuan perbaikan bisa terlaksana. Agar tiada lagi arogansi kepicikan dan rasionalisasi kelicikan maka transparansi publik yang sesungguhnya berperanan besar tidak hanya sebagai gerbang pertama namun juga benteng terakhir haruslah dihargai (tidak diabaikan) keberadaannya dan diberdayakan (tidak diperdayakan) kedaulatannya. Vox populi, vox Dei …. Pada hak suara rakyat yang diberikan ada Haq suara Tuhan yang harus ditegakkan. Dan ini mengantar kita pada ketinggian pandangan dan kedalaman landasan setelah keharusan transformasi perbaikan dan keperluan transparansi keterbukaan yaitu Transendensi keberkahan.
c. Kebijakan Transendensi
And .. finally … the last but not the least (dan akhirnya yang paling akhir walau bukan yang paling remeh – karena inilah sesungguhnya muara dari ke dua hal di atas) adalah Transendensi keberkahan. Revolusi Mental , restorasi nasional atau apapun istilahnya nanti haruslah melandaskan pada transendensi keberkahan Ilahi.  Tentang hal ini saya pernah posting artikel pada blog ini, antara lain sebagai berikut:
Almarhum Romo Mangun (YB Mangunwijaya) pernah menyatakan bangsa ini perlu transformasi tidak sekedar reformasi. Karena, sebagaimana burung yang perlu dua sayap untuk terbang dan Manusia yang perlu dua kaki untuk melangkah; demikian juga bagi bangsa ini yang memerlukan Transformasi dan Transparansi untuk menjalani dan mengatasi kehidupannya. Transformasi adalah pemberdayaan keseluruhan diri,suatu proses metamorfosis perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Dia bukanlah sekedar reformasi,suksesi pergantian di luar namun tanpa perbaikan di dalam.(Sehingga: Walau bentuk system permukaan tampaknya berubah, namun kultur kedalaman agaknya sama saja. Tokoh berganti tetapi tetap tanpa fungsi.) Tampaknya memang Perlu Transformasi pemberdayaan yang sejati bukan hanya untuk kebaikan tetapi juga kemajuan negeri ini. Perlu Transparansi keterbukaan yang sejati bukan hanya untuk kepercayaan tetapi juga untuk keteladanan di negeri ini. Agar dengan demikian Transendensi keberkahan Robbani akan segera terjadi dan kesuksesan duniawi juga Insya Allooh akan mengikuti.
Namun demikian kita para anak bangsa agaknya terlalu naïf untuk memahami hal ini dan (bagaikan lingkaran setan ~ siklus Polybius) sangat sering mengulangi kesalahan sejarah yang sama. Ketika absolutisme demi stabilitas menampakkan dibiarkan maka tampak jelas sisi keburukan rezim kezaliman yang membuat kita muak dan beralih kepada kebebasan. Ketika liberalisme demi stabilitas vitalitas kebablasan dan menampakkan sisi keburukan mafia keliaran; kita kembali muak dan beralih ke kemapanan. Demikian seterusnya terjadi di dunia ini. Manusia memang berpotensi baik (arif & asih) namun cenderung buruk (naïf & liar). Mandala kebersamaan manusiawi yang tidak berlandaskan tiga pilar transformasi, transparansi dan transendensi tampaknya memang telah digariskan oleh-Nya untuk tidak akan menerima keberkahan abadi. Rhetorika visi program walau terkemas (sangat) sempurna namun tanpa realisasi aksi tindakan yang terwujud (walau) sederhana akan percuma. Istighotsah permohonan tetap mutlak memerlukan istiqomah pelayakan agar tidak menjadi sia-sia. Bangsa ini walaupun memang secara alamiah telah terus beranjak tua namun kelihatannya tidak mau menjadi dewasa. Pengalihan harapan akan kehadiran tokoh mitologis Satrio Piningit, Noto nagoro, dan Ratu Adil semula diekspose dan diotak-atik dan dipolitisir pada waktu itu (bahkan hingga saat ini ternyata). Perlu difahami dan disadari bahwa tokoh tersebut adalah seluruh putra bangsa. Karena bangsa ini hanya akan untuk menjadi baik dan maju jika semua putra bangsa (tidak hanya satu satrio atau ratu adil saja) terjaga untuk memberdayakan diri dan bangsanya.
Secara pribadi, sesungguhnya saya memandang Transendensi keberkahan ini hendaknya diletakkan pada posisi tertinggi mengatasi lainnya sebagaimana kelayakannya (sila pertama Dasar Negara Panca Sila adalah KeTuhanan Yang Maha Esa – Transendensi Kerobbaniahan yang mengatasi/melandasi sila berikutnya : Kemanusiaan (Kemanusiaan yang adil dan beradab) – Kebangsaan (Persatuan Indonesia) – Kerakyatan (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan) – Keadilan (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia). Tentu saja transendensi ini (dan juga yang lainnya) lebih bersifat aktualisasi nilai dan bukan sekedar identifikasi label, defisiensi kepamrihan apalagi eksploitasi pembenaran belaka.  Kehidupan ini (termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara) pada dasarnya hanyalah media permainan keabadianNya belaka bagi pembelajaran dan pemberdayaan kita semua. Hanya dengan berorientasi pada keberkahanNya proses perjalanan bangsa ini akan mencapai kebaikan dan perbaikan yang sesungguhnya. Bukan berarti saya tidak menghargai konsep ideologis konstitusi dan regulasi perundangan yang telah susah payah difikir, dibahas dan diputuskan; namun jika saja itu tidak dilaksanakan benar-benar dengan sebenar-benarnya maka itu akan percuma saja. Permasalahan utama adalah bagaimana cara kepemimpinan nasional tersebut dilaksanakan bukan sekedar model pemerintahan atau kemasan perundangan yang di’pakem’kan sebagai yang ideal. Sesungguhnya tidak ada yang sempurna dari system artificial apapun (termasuk politik) di dunia ini – jika system tersebut sempurna maka dia tidak akan bisa berjalan. Setiap thesis pemikiran senantiasa menghadirkan antithesis di ujung lainnya dan karenanya senantiasa diperlukan synthesis penyeimbang pada triade dialektika pandangan di antaranya agar terjadi keseimbangan dalam pandangan dan keberimbangan dalam tindakan. Senantiasa ada celah dari setiap bangunan yang ada  karena ruangan hampa tersebut memang diperlukan bagi pergerakan unsur di dalamnya untuk memberdayakan kebersamaan dan bukan untuk memperdayainya. Sistem presidensiil memang memungkinkan pemerintahan yang stabil untuk melakukan pembangunan namun kenaifan otoritarianisme yang dimilikinya juga memungkinkan terjadinya rezim yang begitu kuat dan sangat rentan untuk penyelewengan (zaman demokrasi terpimpin orde lama dan era demokrasi orde baru). Demikian juga system ‘parlementer’ yang memberikan ruang gerak politik bagi “kemeriahan” cita-rasa demokrasi di permukaan namun keliaran liberalisme yang dimilikinya juga memungkinkan terjadinya mafia yang begitu kuat dan sangat rentan untuk penyelewengan (zaman demokrasi liberal awal kemerdekaan dan era demokrasi reformasi). Sementara jika keduanya dipadukan secara naïf mungkin saja timbul perselingkuhan demikian juga jika dipisahkan secara liar akan mengakibatkan perselisihan di antara ke duanya. Mandala kebersamaan manusiawi yang tidak berlandaskan tiga pilar transformasi, transparansi dan transendensi tampaknya memang telah digariskan oleh-Nya untuk tidak akan menerima keberkahan abadi. Dan inilah sebabnya disamping upaya transformasi perbaikan negeri dan transparansi keterbukaan bangsa sangatlah utama untuk meletakkan transendensi keberkahan Ilahi di atas segalanya. Dalam permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini, kita berada dalam biduk bahtera yang sama sebagai putera bangsa dan warga negeri Indonesia untuk saling memberdaya bukan saling memperdaya, untuk saling menguatkan bukan saling melemahkan, untuk saling mendukung bukan saling menjatuhkan demi kebersamaan dan untuk keberdayaan Indonesia sebagai negeri yang diberkahi oleh TransendensiNya dikarenakan transformasi perbaikan dan transparansi keterbukaan yang kita lakukan sesungguhnya hanyalah demi ridhoNya (ilallooh = lillaah, billaah dan fillaah – untuk, dengan dan dalam keIlahian). 

2. ISTIQOMAH
Umumnya untuk kampanye, slogan seperti Indonesia hebat atau Indonesia bangkit tampak begitu dahsyat .. mewah dan megah terdengar. Namun saya justru lebih terkesan dengan slogan kepemimpinan nasional Jokowi – JK yang bersih, merakyat dan sederhana walaupun terdengar bersahaja saja bagi orang lain namun bagi saya itu adalah terminology yang lebih bernuansa dan mengena ketimbang slogan bombastis sebelumnya. Dari pengamatan dan pengalaman , saya berasumsi bahwa kesempurnaan selalu lahir dari rahim kesederhanaan robbaniyah (bukan sekedar untuk membuai pembanggaan nafsaniyah saja) untuk kemudian secara alamiah hadir, hidup dan tumbuh berkembang dalam pelayakan keberkahan Ilahiyah (tidak sekedar pembenaran kepentingan belaka). Singkatnya, keistiqomahan diri dalam mementingkan kebenaran Ilahi hendaknya diletakkan di singgasana tertinggi daripada sekedar upaya pembenaran kepentingan belaka agar kemudian kita bisa mensikronisasikan niat, cara, hasil dan dampak keberkahan di JalanNya (lillaah, billaah, fiillaah) dan tidak melazimkan kezaliman dan membenarkan kesalahan dalam mencapai tujuannya (ilaya, ilainaa, ilaihim).  
NB = Pesan Sederhana tentang Kesederhanaan untuk Pak Jokowi
Saya menyadari bahwa Pak Anies Baswedan berkata benar (agar kita semua) jangan pernah bandingkan seorang Jokowi (ataupun yang lainnya termasuk diri kita sendiri) dengan kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan bukan milik kita para makhlukNya yang menjelajahi keabadian menempuh kehidupan dengan segala keterbatasan yang ada secara Ilahiah dan pembatasan yang di-ada-kan secara alamiah (terlebih pada saat dimana bapak banyak disudutkan dengan sejumlah “pembunuhan karakter yang sadis dan sistematis” dari fihak yang tidak menginginkan keberadaan, kehadiran dan kemenangan bapak dalam pilpres 2014 ini ditambah lagi sebagai ‘korban media’ yang sejak semula diidolakan karena aktualisasi ‘prestasi’ diri yang membuat ekspektasi publik untuk kesempurnaannya menjadi terlalu tinggi dan bisa dimaklumi jika itupun semakin mengundang kecemasan dan kedengkian di fihak lainnya.) Maafkan saya jika selama ini saya mungkin memang dipandang sebagai bukan pembela yang ‘baik’ sebagaimana yang diharapkan rekan saya para pendukung anda lainnya dikarenakan di permukaan tampak tidak ‘tulus’ untuk selalu membenarkan kepentingan bapak bukan hanya pada saat lalu namun mungkin juga akan demikian nantinya (seperti pada saat debat pilpres ke-dua: http://pemilu.metrotvnews.com/read /2014/06/16/253154/ soal-singkatan-jokowi-pemerintah-harus-ngerti-donk) saya mengatakan sebagai berikut:
Maaf ... jika saya agak berbeda pendapat demi keberkahanNya. Saya perlu membela yang dizalimi dan harus mencegah yang menzalimi (agar tidak terjadi lagi pelaziman kezaliman selanjutnya). Walau saya pendukung yang sering membela pak Jokowi kala dicela (masalah SARA, dll) saya perlu melakukan kritik berkaitan dengan 'penzaliman'/'kefasikan'/’kekhilafan’ akan perkataan (Kita ini kan mau pegang pemerintahan jadi harus tahu singkatan. Pemerintah harus ngerti donk. DAU, DAK, TPID harus tahu ) ini. Saya tidak meragukan keunggulan kualitas pengetahuan, pengalaman dan pembuktian pak Jokowi dalam pemerintahan daripada pak Prabowo. Walaupun banyak orang mungkin memandang bapak lebih tinggi (karena tahu singkatan, dll) namun adalah tidak haq bagi Pak Jokowi untuk merendahkannya. Walaupun memang kenyataannya demikian, namun perkataan itu adalah kesombongan (yang tersirat),pak. Istighfar, Islah dan kembalilah sederhana (Tawadhu) seperti dulu sebagaimana harusnya. Debat Pilpres bukanlah acara Cerdas Cermat. Pilpres bagi rakyat Indonesia adalah media demokrasi bukan hanya sekedar menghadirkan pemenang untuk berkuasa (dengan kebanggaan) tetapi haruslah melahirkan negarawan untuk memimpin (dengan keteladanan). Perlu empati kearifan yang mencakup keseluruhan agar bisa mengayomi kebersamaan. Keahlian dan ‘kebaikan’ tanpa kearifan akan membawa kenaifan berpandangan dan keliaran tindakan nantinya sebagaimana konsep keimanan dan ritual keislaman tanpa roh keikhlasan ihsan akan membawa diri dalam kefasikan dan kemunafikan belaka. Tuhan telah mengarahkan pak Jokowi melalui pembelajaran tersirat tentang kearifan dari sikap kenegarawanan ini melalui pidato Pak Prabowo saat deklarasi dan sikap sportifnya saat debat capres tadi (sesi ekonomi kreatif). Jangan tertekan untuk ingin jadi pemenang karena ini bukanlah persaingan dan tak perlu menghancurkan lawan karena ini bukan perang. Ketulusan dukungan dan keikhlasan sumbangan kami hanyalah untuk keberkahan perjuangan : Benar dan Tidak Salah (tidak masalah : menang atau kalah – karena itu adalah Haq Mutlak Tuhan melalui hak seluruh rakyat yang menentukannya. Segalanya adalah baik adanya jika disikapi dan dijalani secara arif). Kami khawatir bukan hanya simpati rakyat namun berkah Ilahi akan menjauh karenanya. Sehingga sebagaimana do’a Musa (QS 20: 25 – 28) sukses diterapkan pada debat sebelumnya , amanah ayat ini (QS 20: 44) perlu kami sampaikan kepada pak Jokowi demi keberkahanNya.
Kita semua sesungguhnya adalah makhluk spiritual yang menjalani amanah sebagai manusia ketimbang manusia yang menjalani tugas spiritual dalam kehidupan ini. Disana atau disini, saat ini ataupun nanti – kita selalu berhadapan dengan Tuhan (Sutradara Agung permainan keabadian yang disebut kehidupan ini). Segala peristiwa adalah media pembelajaran dan pemberdayaan kebijakanNya untuk kebajikan kita. Teruslah memberdaya diri, janganlah terperdaya apalagi berusaha memperdayai. (QS 59: 18 – 20). Jadilah tinggi namun jangan merendahkan. Siapkan diri dulu semoga garisNya layak diberikan.
Salam Pencerahan 2 jari – semoga pak Jokowi (tidak salah) mengerti.
QS 20 Thoha: 25 – 28 =
Qoola : Robbisy syrohlii shodrii ; wa yassirlii -amrii ; wahlul ‘uqdata(n/m) mi(n/l) lisaani ; yafqohuu qoulii (25. berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku 26. dan mudahkanlah untukku urusanku, 27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, 28. supaya mereka mengerti perkataanku,)
Do’a ini konon berasal dari ibunda Pak Jokowi yang secara bijaksana mengharapkan Bapak untuk tetap tawadhu berdo’a kepada Tuhan kala menjalani debat pilpres ke-dua bukan hanya untuk kelancaran ‘pemenangan’ belaka namun juga memohon keberkahan di hadapanNya juga. Sedangkan QS Thoha : 44 adalah Firman Tuhan kepada Musa kala menghadapi/berbicara kepada Fir’aun:
QS 20 Thoha: 44 =
Wa qoulaa lahu qoulaa(n/l) layyinaa(n/l) la’allahu ~ yatadzakkaru aw yakhsyaa (44. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".)
Ini adalah ayat amar ma’ruf – nahi munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran) yang sejati. Ayat ini digunakan oleh seorang umaro (Al Makmun) ketika menyadarkan seorang ulama yang selalu menghujatnya. Jadi jangan salah mengerti (karena walau saya memang tidak semulia Musa namun sebagai pendukung salahkah saya jika merasa perlu menjaga Haq anda untuk tidak menjadi takabur walau secara umum/awam anda dapat dibenarkan untuk menggunakan hak tersebut.). Sebagai sesama makhlukNya mementingkan kebenaran Ilahi (dengan tetap tawadhu di hadapan Ilahi dan karenanya kita juga perlu untuk tetap santun di hadapan manusia) adalah lebih utama daripada sekedar membenarkan kepentingan (termasuk pembanggaan kemenangan) kita semata, kan ?  Saya tetap menerima kecaman dari rekan pendukung lainnya saat itu  dan saya merasa bersyukur kala kemudian ternyata di media sosial internet akhirnya saya juga menemukan banyak rekan pendukung yang walau tetap istiqomah mendukung anda namun tetap bersedia dan  berusaha untuk kritis menjaga keberkahan kepemimpinan nasional bapak di hadapanNya jika terpilih kelak. Dengan tidak membabi-buta membela kepentingan diri semata (apalagi dengan cara mencela lainnya) setidak-tidaknya kami tidak akan melakukan banyak penzaliman yang akan memperdaya kita semua (diri kami sendiri, diri bapak dan diri fihak lainnya serta terutama bangsa dan Negara ini kelak).       
QS 59 Al Hasyr = 18 – 20: Ini adalah rangkaian ayat muhasabah & mujahadah
18) Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha. wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; 19) wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; 20) Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.
18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ; 19) Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. ; 20) Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.
Tentang Tadabur ayat = muhasabah & mujahadah
[59.18] Kehidupan saat ini hanyalah satu titik dari perjalanan keabadian diri.
Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u’rafa fa khalaqtul khalqa fabi ‘arafu-ni,” (= “Aku pada mulanya adalah harta tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal maka Kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal pada-Ku.”, Hadits Qudsi ?). Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuranNya (kuasa dan kasih) melingkupi apapun juga namun kekudusan (wujud dan DiriNya) tak terjangkau siapapun juga. Tuhan adalah wajibul wujud (Dzat dengan keberadaan mutlak) sedangkan makhluk hanyalah mumkimul wujud (Sesuatu yang keberadaannya sekedar diadakan atau bahkan bisa saja ditiadakan olehNya). Kita sesungguhnya hanyalah media fana yang sekedar memantulkan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dimana sekedar merealisasi fitrah kerobbanian diri (mewujudkan kesadaran akan kewajaran tersebut) dengan tanpa terlalu mengindentifikasi untuk ‘memancarkan’ ananiyah nafsani maupun berdefisiensi ‘mengharuskan’ kepamrihan duniawi. Ketawadhuan dan keikhlasan memang suatu kelayakan untuk merealisasikan rasa Syukur akan kesempatan untuk keberadaan dengan rasa Shabar (istiqomah – mantap mensikapi, menjalani dan mengatasi permasalahan yang ada sebagai sarana tarbiyah pemberdayaan diri) .
Laa Ilaaha Illallooh  – Huwa Maujud. (Al Kholq)  Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya) Maha Ada. Dialah Hyang Maha Wujud dari segala keberadaan; Hyang Maha Kuasa pada setiap kenyataan ;  Hyang Maha Kasih dalam semua kebenaran. BagiNya segala wujud keberadaan, ibadah persembahan dan tujuan pengarahan.
Laa ilaaha illalloohu – Huwa Ma’buud. (Al Haqq). Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) disembah. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hanya dipersembahkan dari, oleh, dan untuk kemuliaanNya. Para arif yang sadar keberadaan dirinya sebagai pengembara keabadian sekaligus pemberdaya kehidupan senantiasa memandang baik disini maupun disana, sekarang ataupun nanti dia selalu berhadapan dengan kemuliaan, pengawasan dan perawatanNya. Dunia dan akherat hanyalah dimensi yang terpilah bukan esensi yang terpisah. Segala yang dilakukan (baik batiniah, lisan atau tindakan) akan selalu dinilai dan kembali kepadanya juga /entah disini atau disana, entah saat ini maupun nanti./
Laa ilaaha illalloohu – Huwa Maqshud. (al Baq) Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) dituju. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hendaklah dilaksanakan secara lillaah, billah dan fillah. Lillaah maksudnya hanya untuk Allaah (Rodhiyah = keikhlasan diri). Segala amalan hendaknya dilakukan hanya untuk mencari keridhoan Allah. Hindari dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kepamrihan nafsaniyah untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Ilallooh (untuk Allooh) bukan ilayya (untuk kebanggaanku), ilainaa (untuk kepentingan golongan kami), ilaihim (untuk kepentingan mereka). Billaah maksudnya hanya dengan Allaah (Mardiyah = Allloh meridhoi). Terhindar dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kebanggaan nafsaniyah diri untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Hanya dengan karunia panduan hidayah dan bantuan segala amalan usaha kita bisa terjadi. Seandainya Allaah tidak memberikan anugerah kehidupan, inayah kesempatan dan hidayah kesadaran mustahil amalan bisa dilakukan. Fillaah maksudnya dalam Allaah (Kamilah ?= ketawadhuan sejati merasa sekedar media biasa bukan sebagai figure sempurna?). Terhindar dari kefasikan akan kemelekatan diri. Tanpa kita sekalipun Tuhan sesungguhnya mampu merealisasikannya melalui media lain yang dikehendakiNya. Kesadaran Realisasi reflektif (perwujudan – sekedar media pemantulan X pancaran hakiki) bukan identifikasi ananiyah (kebanggaan pengakuan untuk pembenaran) apalagi defisiensi duniawi (kepamrihan perolehan dalam kepentingan).
[59.19] Jadilah pribadi 10 tidak sekedar 01 apalagi 0 belaka.
Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). 
[59.20] Segalanya berdampak (Ihsan hadratullooh disini/disana; saat ini/nanti; ladang amal / panen akibat).
Dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain). Hanya mereka yang telah menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya !?) yang kemudian akan menghadirkan surga di dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak.  Pada hakekatnya sesungguhnya kita bukanlah manusia yang menjalani spiritualitas tetapi sesungguhnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani tugas sebagai manusia. Hidup ini hanyalah  satu titik dari sebuah garis perjalanan keabadian diri. Di dalamnya kita berperan baik sebagai viator mundi (Peziarah Dunia : Hamba Allooh) yang memberdayakan individualitas diri dan sekaligus juga sebagai faber mundi (Pengelola Dunia: Khalifatulloh) yang memberdayakan universalitas diri. Amanah sebagai Pengelola bukan hadiah untuk berkuasa - karena hanya Dialah Penguasa Pemimpin dan Penentu segalanya. Peziarah bukan penetap - karena kita tak abadi di sini ; suatu saat (tepatnya : setiap saat karena baik disini/disana, saat ini/nanti kita selalu berhadapan denganNya. Dalam konteks keabadian = kehidupan dunia dan akherat sesungguhnya hanyalah esensi yang terpilah dan  tidaklah  terpisah – pen.) Kta harus kembali (tepatnya: berada)  ke hadapanNya dengan tanggung jawab kita atas segala pembelajaran dan perbuatan yang kita lakukan di dunia ini. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan).
Jadi, sebagai pribadi yang tetap memandang keberadaan, kebenaran dan kebajikan sesungguhnya hanyalah sebagai pantulan Realitas kemuliaan Tuhan pada setiap/sesuatu media fenomena kenyataan yang ada, saya memang tidak haq menuntut kesempurnaan pada seseorang (bukan hanya untuk orang lain namun juga bagi diri sendiri) namun hanya mengharapkan kesederhanaan (bukankah: “inginnya sederhana dalam kesederhanaan” adalah keinginan tulus dari bapak dalam menempuh kehidupan ini?). Di sini ijinkan saya menggambarkan pandangan saya tentang kesederhanaan yang saya maksudkan bukan dalam kapasitas saya sebagai pendukung yang Insya Allooh akan tetap istiqomah memilih Pak Jokowi dan Pak JK untuk kepemimpinan nasional nanti (tepatnya : garis kebenaranNya yang mungkin saja masih terhijab dan akan tersibak dalam proses kesejarahan nanti) tetapi sebagai pribadi sesama makhlukNya yang menjalani permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini.

1. Sederhana adalah merakyat (Kesamaan diri di hadapan Ilahi)
Saya salut dengan pandangan autentik Pak Jokowi kala menyatakan ‘Demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat dan melaksanakannya’. Itu adalah bahasa ‘sederhana’ dari pemimpin yang sederhana untuk merakyat (jika tidak ingin dikatakan bijaksana karena di luar jangkauan intelektualitas para akademisi apalagi ‘empati’ para pendengki). Ini adalah bahasa hati nurani bukan paradigma logika akal apalagi sekedar komentar akal-akalan. Blusukan anda (pastilah) bukanlah pencitraan karena anda memandang rakyat bukan sebagai ‘obyek’ tetapi ‘subyek’. Bukanlah kepentingan sesaat untuk memikat tetapi keikhlasan murni untuk berbuat – sebagaimana Rosulullooh SAW pernah berkata: At taqwaa hahunaa – wa yusyiidru ilaa shodrihi tsalaatsa marrotin (Taqwa itu disini - seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Merakyat (antara lain dengan blusukan) adalah aktualisasi universalitas diri menjalani hidayah Ilahi /ketaqwaan/ sebagai jalan bagi setiap pemimpin (bagi dirinya sendiri dan orang lain) untuk  memberdaya hati agar senantiasa hidup tidak sakit apalagi mati. Ini adalah kesederhanaan yang alami bukanlah metode pendekatan ilmiah apalagi trick pencitraan ananiyah. Keautentikan itulah pembeda utama dengan lainnya. Siapapun mungkin akan bisa meniru anda dengan blusukan tetapi rakyat akan merasakan perbedaan yang nyata (walau tak terungkap) jika itu dilakukan dengan kepalsuan bukan dengan ketulusan. Kalaupun itu kemudian disadari sebagai suatu ‘keharusan’, perlu pembiasaan agar terbiasa menjadi ‘keterbiasaan’ nantinya.
Saya pernah menuliskan tentang kesederhanaan ini kala bapak kampanye pilpres dengan gaya blusukan pada sebuah media sosial internet (namun tampaknya saya harus arif menerima jika mereka tidak menganggapnya sebagai ‘layak’ adanya dan menghapusnya.)Saya katakan sebagai berikut :
Tetap ingin sederhana dalam kesederhanaan, ya pak ?
Nabi SAW meneladankan kita kala bertemu dengan umatnya : "seorang hamba yang faqir (bagi nabi : 'orang yang menyadari tidak memiliki apa-apa-. karena bukankah segalanya termasuk diri kita ini sesungguhnya milikNya yang hanya ada karena diadakan olehNya) bertemu dengan saudaranya yang faqir (bagi umat sering dimaknai sebagai wong cilik, rakyat jelata, dhuafa yang terus berkarya)."
Tetap tawadhu, merakyat, ya pak. Jelas akan ada perbedaan (walau samar di hadapan publik karena keterbatasan pengamatan indrawi namun sangat jelas bagi Tuhan untuk melihat yang tersirat di dalam hati) antara ketulusan dengan kepalsuan, keikhlasan dengan pendustaan dan keberfihakan dengan pencitraan. Kata kuncinya sederhana namun sulit tetapi harus dipertahankan sebagai orang yang mengimani Allooh SWT dan kebenaranNya yaitu istiqomah (seperti yang telah bapak lakukan selama ini dan dan yang tetap harus dilakukan seterusnya nanti).
Benar dan tidak salah untuk keberkahan dihadapanNya bagi seorang pemimpin (bagi diri sendiri dan orang lain) untuk tetap jujur, bersih, sederhana dan merakyat. Tidak masalah jika Tuhan memandang baik bagiNya untuk kita : menang atau kalah. Ini hanya permainan keabadianNya yang disebut kehidupan, pak.
Selamat memberdaya diri …. Jangan terperdaya, ya.
Kesederhanaan (tawadhu) sesungguhnya adalah bahasa dharma di setiap agama dan ethika dunia – kesederhanaan senantiasa lahir dari kearifan hati di kedalaman bukan sekedar hadir dari kenaifan hati di permukaan (nantinya akan terbimbing olehNya tidak hanya fundamentally authentic-monotheistic namun akhirnya akan juga universally holistic-panentheistic. So, Jalanilah ilmu yang difahami, maka Tuhan akan melimpahkan ilmu yang belum difahami jika wadah telah siap dan saatnya telah tepat.).
-      Kristen menyatakan :’Barang siapa meninggikan diri maka dia akan direndahkan, dan barang siapa merendahkan diri dia akan ditinggikan.”( Mat: 23 – 12) karena ‘saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.’(Yoh 4 : 23 – 24).
-      Islam menyatakan: At tawadhu’u laa yaziidu illaa rif’ata(n) ; fa tawadho’uu yarfa’kumulloohu. Wal’afuu laa yaziidul ‘abdan illaa ‘izza ; fa’fuu yu’izzakumulloohu. Wash shodaqotu laa yaziidul maala illaa katsrotan – fa tashodaqoo yarhamkumullooh  (HR Dailami & Ashfihani : Rendah hati tidak menambah seseorang melainkan ketinggian; maka merendahlah maka Allooh akan meninggikanmu. Dan pengampunan tidak menambah seseorang melainkan kemuliaan; maka berilah pengampunan maka Allooh akan memuliakanmu. Dan bersedekah tidak menambah seseorang melainkan kelimpahan; maka bersedekahlah maka Allooh akan melimpahkan kasih sayang kepadamu.)
-      Hindu juga menyatakan (maaf saya sederhanakan bahasa mistiknya): Tat Twam Asi (kau adalah aku) karena Aum Sarvam kalv idam Brahman (Esalah – segalanya yang berada dalam kesamaan di hadapan Tuhan).
-      Buddha menyatakan: Dharma Vihara (menjadikan diri sebagai vihara/rumah bagi dharma/kebenaran dalam memberdayakan cinta kasih /metta dengan bersifat karuna – ikut bahagia dalam suka cita orang lain dan muditta – ikut merasakan kesedihan dalam duka cita sesamanya namun tetap dalam upekkha/ keseimbangan batin kala mengalami, mengamati dan mengatasinya). 
Dharma apapun juga (Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dll) sesungguhnya adalah kemurnian aktualisasi nilai bukanlah ‘sekedar’ kefasikan identifikasi label, defisiensi kepentingan apalagi eksploitasi pembenaran. Kesederhanaan adalah aktualisasi keikhlasan amaliah tindakan untuk, dengan dan dalam Tuhan (Lillaah, billaah dan fillaah) dan bukan kedangkalan semu akan pembenaran/pembanggaan kepentingan ‘aku’, ‘kami’ atau ‘mereka’ belaka (ilayyaa, ilaina ataupun ilaihim).
Tanda zaman memang sudah semakin terbuka menampakkan kehendakNya. Apa yang menjadi kehendakNya akan terjadi walaupun manusia berusaha keras untuk menghalangi. Hanya di tanah yang subur benih yang baik akan tumbuh dan berkembang. Pilpres adalah media demokrasi bagi rakyat Indonesia yang bukan hanya sekedar menghadirkan pemenang untuk berkuasa (dengan kebanggaan) tetapi seharusnya juga melahirkan negarawan untuk memimpin (dengan keteladanan). Dengan pandangan yang (semoga masih terasa) sederhana ini saya berharap semua kandidat akan bisa memandang keseluruhan dalam keseimbangan akan universalitas diri yang lebih arif dan luas sehingga benih kenegarawanan sebagai pemimpin nasional akan tumbuh berkembang dengan tepat dan terarah dalam bimbinganNya. Anda sekalian adalah putera-putera terbaik bangsa ini yang diharapkan akan saling asah, asih dan asuh dalam satu episode permainan keabadianNya yang disebut kehidupan dalam ‘kewajaran’ untuk pembelajaran (idealnya kesadaran untuk saling memberdayakan) demokrasi bangsa ini. Demi kebaikan bersama saat ini (pada pilpres 2014) dan perbaikan sesama nantinya (hingga pilpres 2019), keberkahan persaudaraan adalah lebih utama daripada sekedar kemenangan persaingan. Keberdayaan bersama bangsa besar ini hendaknya mengatasi pemenangan kepentingan sefihak saja nantinya. Benar dan tidak salah – tidak masalah : menang atau kalah (karena itu adalah Haq Mutlak Tuhan melalui hak seluruh rakyat yang menentukannya). Segalanya akan baik adanya jika disikapi secara arif dengan keikhlasan untuk menerima hikmah pembelajaran Ilahi dan/atau dijalani secara baik dengan keistiqomahan dalam menjalani amanah pemberdayaan Ilahi. Tuhan bisa saja memberikan kebajikan kepada Jokowi /JK agar bersegera memberdaya bangsa dalam memperbaiki dan membawa kemajuan negeri ini namun Dia juga bisa saja memberikan kebijakan dengan memberikan kesempatan kepada Prabowo/Hatta untuk keamanan negeri ini dan bagi kebaikan semuanya. Singkatnya, sederhana (dalam paradigma merakyat ini) adalah seperti cermin empati universal – memandang orang lain sebagai diri kita sendiri dalam peran/garis keberadaan yang berbeda. Bapak perlu menghargai keberadaan pak Prabowo dengan memandang kesemuanya secara universal tidak sekedar eksistensial apalagi hanya secara individual. Fahamilah dilemma kesulitan mereka dalam menjalani peran DharmaNya kala berhadapan dengan anda. Seandainya beliau tidak berperan sebagai kandidat lainnya pastilah pak Prabowo akan mendukung anda seperti sebelumnya.  Hargailah Pak Prabowo (juga pak Mahfud dan lainnya) perlu menjalani dharmaNya ini sebagai media pembelajaran dan pemberdayaan bagi bapak kelak.  Bapak perlu menghormati (atau minimal memaklumi) pak Prabowo yang berjiwa besar dengan bersedia melindungi kecemasan pembenaran ambisi transaksional dan menampung semunya “marwah” kepentingan koalisinya. Pada kedua belah fihak  ada kebaikan yang berbeda. Permasalahannya adalah kesiapan. Bersegera atau menunda untuk melakukan perbaikan. Sebagaimana kritik kami yang telah dan akan selalu berusaha untuk tetap istiqomah mementingkan kebenaran Ilahi dengan tidak selalu membenarkan kepentingan ‘kita’ (dan juga ‘mereka’), panah serangan fihak lain sesungguhnya adalah panah kehormatan yang akan meruntuhkan dinding pembanggaan diri agar dari penghampaan diri yang benar (Laa ilaaha ilallooh – huwa maujud, ma’bud, maqshud) lahirlah seorang negarawan baru yang dengan tulusnya keikhlasan ilallooh (lillaah, billaah, fiillaah) bersegera mengayomi bangsa dan bersama memperbaiki negeri ini. Ini adalah media (pagar/panah) kasih bukan untuk menghalangi keinginan dari sejarah tetapi melindungi keberkahan pada JalanNya. Layakkan diri untuk itu karena sesungguhnya dalam pandangan Tuhan bersegera untuk memberdaya diri adalah lebih utama daripada menundanya untuk kembali memperdaya diri. Demi kebaikan sesama dan perbaikan bersama, cegahlah kefasikan ini secara bajik dan bijak di hadapan Tuhan. 
Kesederhanaan adalah bahasa universalitas diri. Walau dengan segala kelebihan apapun kita perlu untuk tetap memandang setara terhadap lainnya (Istilah orang Jawa = Mantep tanpo Anggep). Menghargai kelebihan orang lain tanpa mendengki dan menerima kekurangan orang lain tanpa merendahkan. Universalitas diri untuk tetap wajar inklusif tidak mencitrakan eksklusif (Genah tetapi tetap Nglumrah, sadar istiqomah sebagai Ahlus Sunnah namun juga tetap wajar Wal Jamaah membaur, dlsb). Tasamuh (toleran) menerima perbedaan (keberadaan/pandangan) dengan tanpa fasik menzalimi lainnya dan tetap tawadhu (rendah hati) di hadapan Ilahi dalam menghadapi/mengasihi sesama. Kesederhanaan adalah sikap authentic (kewajaran alamiah karakteristik) yang lahir dari sifat holistic (kesadaran tauhid panentheistik).
2. Sederhana adalah Jujur (Keihsanan diri di hadapan Ilahi)
Ada sebuah kisah/hikmah dharma tentang kejujuran pada zaman Rosulullooh SAW tentang seorang pemuda yang semula berandalan dan kemudian juga seorang anak gembala. (Maaf…, ndongeng dulu, pak).
Seorang pemuda datang menghadap Nabi dan menyatakan maksudnya untuk menganut risalah agama yang di bawa beliau namun dia masih belum bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Walaupun sejumlah sahabat semula menentang kelancangan seorang pemuda untuk menganut agama Islam yang dibawa beliau dikarenakan tabiat/akhlaknya yang buruk (sebagaimana yang ‘jujur’ dikatakannya), Nabi Muhammad SAW secara terbuka menerima syahadat ke-‘Islam’-an pemuda tersebut. Beliau katakan : “ Saya salut dengan kejujuranmu. Baiklah, cukuplah kejujuran itu (sementara ini) menjadi awal dari keIslamanmu mulai saat ini.”  Pandangan intuitif kebijakan Nabi akan kaidah hidayah Ilahiah pada pemuda tersebut (yang kemudian menjadi methodology sufisme: takhali – tahali – tajali) kemudian mulai bekerja. Hati ibarat antenna penerima dan pemancar – jika satu sifat baik (baca : kejujuran) tetap mantap dilakukan maka sifat kebaikan yang lain akan diterimanya juga dan kemudian terpantulkan secara adaptif dan authentic terbiasakan demikian pula sebaliknya. Walaupun baru pada tahap kepentingan dan pembanggaan ego (masih naïf), pemuda tersebut akhirnya menghindari diri dari keberandalannya setiap saat dia akan melakukannya dan bahkan kemudian menjalani ibadah setiap saat dia menyaksikan para saudara muslim yang lainnya melakukannya. Pemuda tersebut akhirnya menjadi Muslim yang ‘baik’ sebagaimana para muslim kebanyakan lainnya karena cemas akan teguran dari Nabi SAW jika dia tetap melakukan kesalahan dan harapan akan pujian dari Nabi SAW jika dia dapat menjalani kebaikan.  
Seandainya saja saya mengharapkan anda hanya sebagai pemimpin bagi diri anda sendiri saja dan bukan sebagai Bapak Bangsa ini nantinya (peran sejati aktualiser bukan sekedar jabatan politis structural sebagai Kepala Negara saja) maka mungkin saya tidak akan terlalu merisaukan hal ini dan segera menyudahi tuntunan (tuntutan?) tentang makna kejujuran hingga di sini. Saya cukup memuji (semoga tidak perlu memuja) anda sebagaimana lainnya dan menjadikan anda merasa nyaman  terbuai dengan naifnya kebanggaan dan semunya kepentingan diri. Namun demikian saya merasa tidak adil sebagai seorang pendukung jika tidak memberikan kebenaran yang lebih dalam lagi untuk tetap mengharapkan dan mengingatkan akan pemberdayaan bagi bapak agar meningkat lebih baik lagi sehingga ada baiknya anda juga menyimak kisah kelanjutan berikut ini. Katakanlah ini sebagai amar ma’ruf nahi munkar yang dimaksudkan sebagai pencerahan dan sama sekali bukan untuk penyesatan. Simaklah karena ini Haq untuk mementingkan kebenaran (walaupun anda tetap punya hak untuk mengabaikannya jika sekedar membenarkan kepentingan). Maaf, jika kisah ini walau tetap tidak saya ubah namun agak saya improvisasi agar penghayatan hikmahnya lebih bisa ‘mengena’. 
Lanjut …
“Dengan kejujurannya tersebut pemuda tersebut akhirnya menjadi muslim yang baik dan disukai saudara muslim lainnya.”, kata Nabi SAW. Namun demikian dua sahabat Nabi (ada sebagian riwayat menyebutkan bahwa mereka adalah Abu Bakar Shidiq dan Umar b Khatab) walau cukup tanggap akan hal itu namun tampak kurang puas dengan pujian yang terkesan cukup ‘menghibur’ tersebut dan menanyakan kepada Nabi SAW, “kami menyaksikan dan membuktikannya. Namun demikian apakah kejujuran itulah yang anda maksudkan?.” Nabi SAW bersabda,” Segalanya ada waktunya. Setiap pemberdayaan perlu proses. Walau kejujuran itu tidaklah setepat yang saya maksudkan, namun setidak-tidaknya pemuda tersebut telah cukup menjadi muslim yang baik saat ini dan Insya Allooh dengan hidayahNya dia akan menjadi lebih baik lagi nantinya.” Nabi SAW kemudian menyarankan ke-2 sahabat tersebut untuk ‘belajar’ langsung akan makna kejujuran yang sebenarnya dia maksudkan melalui … seorang anak gembala. (Kedewasaan bukanlah masalah usia tetapi masalah jiwa demikian juga dengan kejujuran, keamanahan dan ketaqwaan).
Singkat cerita, pergilah ke-dua sahabat tersebut ke tempat yang telah diberitahu nabi keberadaan anak gembala yang dimaksud. Anak gembala tersebut memang sederhana tampak tidak istimewa sebagaimana juga penggembala lainnya namun demikian banyak para pemilik domba lebih mempercayakan ternak mereka kepadanya. Walaupun semula agak ragu akan petunjuk Nabi namun mereka berdua kemudian menguji kejujuran anak gembala tersebut.
 “Nak, aku ingin membeli ternak gembalaanmu ini. Bisakah kau menjualnya satu untuk kami ?”, Tanya seorang sahabat menguji anak gembala tersebut. Dengan polos anak gembala tersebut segera menjawab, : “ Maaf, tuan. Semua ternak gembalaan ini bukanlah milik saya. Orang lain mempercayakan saya untuk menggembalakan ternak milik mereka.” Ujian pertama ini berkaitan dengan legalitas kepemilikan (formal perdata). Kejujuran anak ini telah menjaganya dengan mampu memilah akan hak kepemilikan secara hukum – suatu pengakuan legalitas formal dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa adanya hukum stabilitas ketertiban dan keteraturan dalam tatanan kebersamaan akan sulit diwujudkan.
“Nak, jika demikian bagaimana jika aku membeli saja satu ternak gembalaanmu ini dengan harga yang lebih tinggi. Dengan cara demikian kau akan mendapatkan juga keuntungan jika harga jualnya diminta oleh pemilik gembalaanmu ini ?”, Tanya sahabat yang lain menguji kembali anak gembala tersebut. Walau agak kesal namun dengan tetap santun anak gembala tersebut kembali menjawab,:“ Maaf,tuan. Pemilik ternak ini sudah mempercayakan hewannya kepada saya untuk saya gembalakan. Bukanlah tindakan yang baik jika saya harus melanggar amanah kepercayaannya kepada saya.” Jawaban ke-dua dari anak ini meningkat bukan hanya sebatas legalitas hukum tetapi sudah menyangkut moralitas etika – suatu tindakan ethika actual dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum tanpa ethika sangat rentan dengan penyelewengan (mungkin itu sebabnya terkadang sangat sulit bagi rakyat kecil mencari keadilan di lembaga pengadilan dikarenakan ketidak-mampuan mereka dalam menghadapi celah pasal hukum positif yang ada disamping ketidak-sanggupan mereka kala harus melakukan ‘pendekatan taktis’ lainnya). 
Akhirnya ke-dua sahabat itupun maju bersama dan membujuk anak tersebut . “ Nak, sudahlah. Disini hanya ada kita bertiga. Kau bisa mengatakan bahwa satu ternak gembalaanmu telah diterkam serigala. Maka bukankah kita semua akan mendapatkan hasil yang sepadan. Kami mendapat ternak tersebut. Sedangkan kau mendapat laba yang besar. Sedangkan pemilik ternak ini pun akan memaklumi juga dan akan menerima harga yang pantas untuk ternak tersebut.” Mendengar argumentasi ini si anak gembala ini tak dapat lagi menyembunyikan kekesalannya, dan dengan gusar diapun berkata dengan mantap. Satu perkataan dimana dunia dan seisinya sekalipun tidak akan mampu menandingi kebenarannya.. “Fa inallooh, yaa sayiid ….. Lantas dimanakah Tuhan, ya tuan. Di sini tidak hanya kita bertiga. Tetapi Tuhan Yang Maha Jeli tengah mengamati kita dengan seksama apa yang kita bicarakan dan bahkan terhadap apa yang batin tuan rencanakan sejak tadi.”  Subhanallooh … Maha Suci Allooh …. Ini adalah jawaban final dari kejujuran yang Nabi SAW maksudkan. Kejujuran adalah keihsanan diri di hadapan Ilahi. Bukan sekedar legalitas formal ataupun moralitas ethika saja namun integritas ihsan. (Mal Ihsaanu? anta’budallooha ka-annaka tarrohu; fa in lam takun taroohu –fa innahu yarooka. = Apakah Ihsan ?  Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”). Ihsan adalah kejujuran tertinggi yang memungkinkan terjadinya keterarahan perjalanan hidup dan sekaligus keberkahan pemberdayaan keabadiaan diri di hadapan Ilahi. Jujur adalah Ihsan. Anda memandang segala sesuatunya (termasuk diri sendiri) dalam perspektif ketauhidanNya. Sehingga terkadang kecerdasan yang lebih tinggi/dalam/luas bisa saja dicapai (daya tanggap intuitif tidak sekedar daya tangkap intelek … bahkan mungkin juga insight keberkahan ~ Walloohu a’lam bish showabi). Ihsan adalah penghayatan keberadaan diri dalam pengawasan Allooh dan sekaligus pengarahan keamanahan diri dalam perlindunganNya. Laa ilaaha illallooh (huwa maujud, ma’bud, maqshud).  
Fa inallooh, yaa sayiid ?” ~ Itulah juga alasan saya sesungguhnya mengapa saya terkadang merasa tidak perlu memuji anda ketika anda ‘sukses’ (untuk tetap menjaga ketawadhuan bapak di hadapan Ilahi)  namun terkadang malah terpaksa ‘mencela’ anda jika anda khilaf (untuk tetap menjaga keistiqomahan bapak di hadapanNya juga). Saya tidak ingin anda terperdaya dengan permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini sebagaimana Allooh SWT yang mengharamkan penzaliman atas makhlukNya dan antar makhlukNya. Hadits Nabi : Al haya-u minal iman (malu adalah bagian dari iman) – Malu yang dimaksudkan beliau bukanlah sekedar ‘rikuh’ (atau ‘gengsi’ terhadap sesama makhlukNya ~ walaupun itu adalah Nabi SAW) tetapi ‘risih’ (malu karena pada dasarnya kita selalu berhadapan dengan Tuhan – Allooh SWT yang begitu jeli mengawasi setiap makhlukNya : bukan hanya atas tindakan , ucapan yang tersurat/ tersirat  tetapi juga gerak/gerik pembenaran kepalsuan maksud hati .) Dengan sifat kejujuran ihsan ini, maka keamanahan akan terjaga, keistiqomahan akan bisa berjalan dan keikhlasan akan terwujud …… fa insya Allooh, keberkahan akan tercapai juga ( kesuksesan apapun juga pada dasarnya hanyalah pencapaian by product – dampak samping dari perjalanan keberkahan tersebut adanya. Belajar dan kecerdasan, bekerja dan kesejahteraan , berjuang dan keberhasilan adalah cara Robbani penempuhan diri pada JalanNya dalam mencapai kelayakan dalam keberkahanNya bukan hanya pada ketulusan niat awal saja namun juga dalam kebenaran cara penempuhan hingga hasil akhir (sinkronisasi niat, cara, hasil dan dampak sebagaimana disebutkan sebelumnya).  Itulah yang membedakan seorang pemberdaya dengan seorang yang terperdaya.
3. Sederhana adalah Bersih (Keamanahan diri di hadapan Ilahi)
Nabi Muhammad SAW berkata: Alla Kullukum  roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi. ; Fal amiirul ladzii ‘alan naasi ro’in ‘alaihim ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Wa rojulu ro’iin ‘alaa ahlil baitihii ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; wal mar-atu ro’iyatun ‘alaa baitihi  ~ wa hiya mas-ulu ‘anhum ; Wa ‘abdu roo-in ‘alaa maali sayyidihi ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Fa kullukum  roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi ( “Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya, seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka,seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadapnya, setiap kalian adalah pemimpin dan tiap kalian mempunyai tanggung jawab terhadap yang di pimpinnya”. (HR. Abu Daud).  Dalam transendensi keberkahan, setiap kepemimpinan termasuk kepemimpinan nasional pada hakekatnya adalah seperti “sambatan” ketimbang suatu “jabatan”. Seseorang terkadang suatu saat harus/perlu bersedia menjadi pemimpin bukan hanya bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lainnya (jamaah, bangsa, dsb) karena suatu keadaan walau itu sesungguhnya bukanlah obsesi keinginan untuk berbangga saja apalagi ambisi kepentingannya untuk berkuasa atas lainnya. Suatu peran pengabdian bagi kemanusiaan  (baca : amanah rakyat) dan sekaligus kerobbaniahan (baca : ihsan hadratullooh). Itu bukanlah sekedar status kewenangan (apalagi kesewenangan) atas nama kekuasaan yang semu, pembanggaan yang naïf dan kesempatan yang liar untuk pembenaran terhadap penyelewengan yang mungkin sekali akan terjadi jika harkat kemanusiaan dilanggar dan marwah kerobbaniahan tersesatkan.
Abu Bakar berkata pada saat pidato politisnya sebagai kholifah yang pertama: Yaa ayyuhannasu ~ innii qodwuliitu ‘alaikum ; wa lastu bi khoiri kum.  Fa in ro-aitumuunii ‘alaa haqqin ~ fa a’inuunii ; Wa in ro-aitumuunii ‘alaa baathilin~ fa saddiduuni.  Athii’uunii ~ maa athoo’tullooha fiikum ; Faa in ‘ashoituhu ~ fa laa thoo’ata lii ‘alaikum. Allaa inna aqwakum ‘indidh dho’iifu ~ hatta aakhudzal haqqol lahu ; Wa ash’afakum ‘indil qowiyyu ~ hatta aakhudzal haqqo minhu. (Wahai sekalian manusia ~ aku diangkat memimpin kalian : tetapi aku bukanlah yang terbaik diantara kamu sekalian. Oleh karena itu jika kalian dapati aku berada pada jalan yang lurus ~ maka dukunglah aku ; Akan tetapi  jika kalian dapati aku berada pada jalan yang salah  ~ maka segeralah tegakkan aku dalam kebenaranan.  Taatilah aku ~ selama aku taat kepada Allooh dalam urusan kalian ; Tetapi jika aku mendurhakainya ~ maka tiadalah kewajiban kalian mentaatiku. Ketahuilah , bahwa orang yang paling kuat diantara kalian adalah lemah di sisiku ~ dikarenakan haknya akan aku ambilkan dari yang kuat. Dan bahwa orang yang paling lemah diantara kalian adalah kuat di sisiku ~ dikarenakan haknya akan aku ambilkan dari yang lemah.) Setidaknya ada tiga hal yang diutarakan oleh Abu Bakar ra pada pidato tersebut. Pertama penyataan kerendah-hatian yang menyatakan keterpilihan dia bukanlah  sebagai tanda kelebih-muliaan dirinya dari yang lain. Ini bukan hanya ketawadhuan akan keberadaan dirinya dihadapan TuhanNya tetapi juga dihadapan manusia (dengan menghindarkan diri dari ketakaburan terhadap Ilahi yang akan mengesalkan orang lain juga terutama bagi mereka yang tidak mendapatkan kesempatan akan ‘sambatan’ tersebut).  Ke-dua adalah pernyataan kesediaan diri yang menyatakan pendukungan diri kepadanya hendaklah dilakukan dengan cara mementingkan kebenaran bukan sekedar membenarkan kepentingan diri sendiri semata (sehingga memungkinkan amar ma’ruf – nahi mungkar yang benar demi kebijakan bersama dan untuk kebajikan sesama). Ini adalah keIstiqomahan diri untuk senantiasa terjaga dalam kebenaran Ilahi dalam kepemimpinannya kelak (adalah kebodohan jika harus mengorbankan perjalanan keabadian sejati diri dengan mempertaruhkannya dengan kepentingan duniawi sesaat namun berdampak bukan hanya di dunia ini namun di akherat nanti). Ke-tiga adalah penyataan keinginan diri atas visi kepemimpinan yang mengharapkan kemaslahatan bersama bagi semuanya. “Yang kaya makin kaya – yang miskin makin miskin” secara logis memang tidak bisa disalahkan secara alamiah. Namun adalah suatu kebaikan (bukan kenaifan) jika kesenjangan ini perlu diperbaiki sehingga walaupun ‘yang kaya masih bisa tetap menjadi lebih kaya , namun yang miskin sudah seharusnya juga  lebih didukung dalam peningkatan kualitas kesejahteraan hidupnya untuk tidak lagi berada dalam kemiskinan namun segera menjadi kaya sehingga bisa juga membantu yang lainnya dalam kebersamaan demi keberkahanNya.”    
Sementara Umar bin Khatab dalam tindakannya juga memberikan keteladanan dalam menjaga amanah jabatan yang diembannya. Ada yang membandingkan gaya kepemimpinan bapak yang suka blusukan (tuning frequency batiniah dengan rakyatnya) dan menjaga diri untuk tidak koruptif (Umar mengistilahkan taqwa sebagai waro’ -  kehati-hatian  kala menjalani kehidupan) serta ketegasan (berani mengambil keputusan sepanjang itu dipandang benar adanya, berani segera bertindak untuk mewujudkannya dan berani menanggung resiko untuk apa yang telah dilakukannya – walaupun harus dicela para pembelanya atau dimaki para pendengkinya). Tidak masalah untuk yang pertama dan ke-dua, namun untuk ke-tiga perlu bahasan lanjut. Umar bin Khatab sangat mendukung upaya kritis dari rakyatnya untuk menjaganya dari blunder kebijakan (yang walau tidak disengaja/diharapkan olehnya) mungkin bisa saja terjadi dan ini tentunya bukan hanya akan menjerumuskan rakyatnya namun juga akan menyesalkan dirinya kelak (walaupun ini semula diniatkan ridho Ilahi dan bukan karena khouf/roja – ancaman ketakutan/ dambaan harapan dari siapapun atau untuk apapun juga.) Kearifan yang lebih luas diperlukan walau itu adalah demi kebaikan untuk menghindari kenaifan pandangan dan keliaran tindakan nantinya. Ini dimaksudkan agar walaupun kesadaran rela berkorban bagi diri sendiri demi kebersamaan memang ksatria adanya tetapi tega mengorbankan orang lain demi kepentingan lainnya bukanlah sifat utama.
Walaupun saya melihat keteladanan pada diri mereka semua namun demikian saya perlu mengingatkan bapak untuk tetap konsisten dengan pesan yang bijak pak Jokowi kepada pak Ahok dulu (sebelum ‘pertaruhan’ capres) untuk tetap menjadi diri sendiri (yang terbaik bukan hanya di hadapan manusia tetapi yang terutama di hadapan Tuhan). Itu juga berlaku untuk setiap orang (baca: pemimpin) termasuk pak Jokowi sendiri. Keteladanan memang diperlukan sebagai referensi eksternal dalam pembelajaran diri namun suatu saat refleksi internal tetap akan diperlukan untuk pemberdayaan diri juga karena setiap orang menjalani dharmanya masing-masing yang bisa saja berbeda satu sama lain dalam dimensi ruang – waktu kehidupan yang pastinya juga berlainan satu sama lain.
HADITS KEDUAPULUH TUJUH
عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ مُسْلِم]
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ “
[حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث  :
Al birru husnul khuluqi wal itsmu maa haaka fii nafsika wa karihta an yathli’a ‘alaihin naasu
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui  manusia “ (Riwayat Muslim)
Ji-ta tas-alu ‘anil birru ? Na’am.
Istafti qolbaka. Al birru maa-thmaannat ilaihin nafsu wa athmaannaa ilaihil qolbu
Wa ilaa itsmu maa haaka fiin nafsi wa taroddada fish shodri ~ wa in aftaakan naasu wa aftauka
Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda : Engkau datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjawab : Ya. Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya. (Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)
Tentang = Hati
Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam : wa inna fil jasadi mudlghotan idzaa sholahat sholahal jasadu kulluhu wa idzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu alaa wahiyal qolbu. (an nu’man bin basyir / rowahul buchori wa muslim).Artinya:”Bersabda Rosululloh S.A.W : Sesungguhnya didalam jasad itu ada sepotong daging, ketika baik sepotong daging itu maka baiklah jasad keseluruhan nya, ketika rusak sepotong daging itu maka rusaklah jasad keseluruhannya, ingatlah ia itu adalah Hati”.
Nawwas bin Sam’an Al Kilabi berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  “Tidak ada satu hati pun kecuali ia berada di antara dua jari dari Jari-Jemari Rabb semesta alam. Jika Dia ingin memberikannya keistiqamahan niscaya Ia akan berikan keistiqamahan padanya. Dan jika Dia ingin memalingkannya (dari Islam) niscaya akan dipalingkan-Nya dari Islam.” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berdoa:Yaa muqolibal qulub, tsabit qolbii/quluubanaa ‘alaa diinik(a) 
Wahai /Robb/ Hyang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku/kami di atas agama-Mu.
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]
NB =  Sebagai penutup dari pesan sederhana tentang kesederhanaan ini saya kutipkan sebuah hadits hikmah Wejangan Nabi Muhammad SAW kepada shohabatnya (Abu Dzar Al Ghiffari)
Yaa abi dzarrin, jaddidis safiinata ~ fa innal bahro ‘amiiqun. Wa khudiz zaada kaamilan ~fa innas safaro ba’iidun. Wa khoffifil himla ~ fa innal ‘aqobata ka-uudun. Wakhlishil ‘amala ~ fa innan naaqida bashiirun.
Wahai, abu Dzar. Pugarlah kapalmu karena lautnya dalam. Dan bawalah bekal yang sempurna karena perjalananmu jauh. Dan peringanlah beban muatanmu karena bukitnya terjal. Dan ikhlaskanlah perbuatanmu karena pengawasmu sangatlah jeli.
Berdasarkan uraian pada artikel ini saya yakin anda akan bisa memahami ‘hidden wisdom’ (hikmah tersembunyi) dari ini. Caranya ? Istafti qolbaka. Tanyalah pada hati nurani anda – hati yang senantiasa mengarah kepada cahaya kebenaran Ilahi (Ilham fitrah azaliah yang diberikan oleh Tuhan sejak ketiadaan hingga keberadaan makhlukNya). Hanya dengan senantiasa mementingkan kebenaran Ilahi yang mengatasi segalanya,  hati nurani (Qolbu salim = hati yang istiqomah menjalani garis cahaya kebenaranNya – bukan yang sakit apalagi terkunci mati sehingga buta dalam memandang, tuli kala mendengar dan bisu ketika berbicara kebenaranNya dan tidak ada tempat kembali lagi baginya) ini akan  mengarahkan penalaran akal sehat , kecenderungan gerak batiniah (fikiran & perasaan) /tindakan zahiriah (ucapan dan tindakan) kepada kesadaran sejati jiwa insan kamilah yang mantap dalam ridho-Nya (rodhiyah – demi keridhoan-Nya dan mardhiyah - yang diridhoi-Nya). Hati tersebut sesungguhnya memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dalam menjangkau pengetahuan, lebih dalam dalam menyelami kesadaran dan lebih luas dalam merengkuh pengertian. (Gnosis Mistik Hikmah)
JOKOWI PILPRES
Membicarakan kebaikan (bukan mengidolakan) orang lain sebelum tiba saatnya dia berada dalam situasi dan kondisi negatif dalam kehidupannya (tidak sekedar pada situasi kondisi positif belaka) bahkan hingga menjelang akhir kematiannya sebetulnya beresiko juga. Karena manusia walaupun berpotensi baik namun juga cenderung buruk. Bisa saja yang kita puja sekarang akan kita cela pada masa mendatang karena kekhilafan (keburukan dan kesalahan yang bersifat pribadi bukan semata kemalangan atau kegagalan yang bersifat kompleks) selalu saja akan bisa terjadi. Nobody but God is perfect. Namun demikian, sebagai seeker pembelajar kehidupan kita memang harus selalu membiasakan memandang sesuatu secara berimbang dan tidak berlebihan (Istilah orang jawa = 'ora gampang ngentahke /ora langsung mandheke' = tidak mudah mencela, tidak segera memuja ~  seperti kezaliman kaprah yang menjadi kelaziman lumrah saat ini). Setiap pribadi yang berperan dan segala peristiwa yang berlangsung adalah ayat media pembelajaran dari Tuhan untuk memberdaya kita sebagai pengembara keabadian yang melintasi kehidupan dunia ini sesuai dengan amanahNya. Diberkahilah bumi kebersamaan ini atas kehadiran mereka (yang baik tersirat /tersurat , langsung /tidak) telah memuliakan Dharma Tuhan melalui persepsi dan refleksi kehidupannya pada lintasan garis samsara perjalanan keabadiannya yang senantiasa berhadapan dalam pembelajaran dan pemberdayaan Tuhan di sini ataupun di sana, saat ini ataupun nanti).
HADITS KEDUAPULUH EMPAT
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ  ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ   مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ .   يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ    وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .
[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Yaa ‘ibaadii innaa harromtu zhuluma ‘alaa nafsii wa ja’altuhu bainakum muharroma fa laa tazhoolamuu
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman: Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya. (Riwayat Muslim)
Kehidupan fana ini hanyalah lintasan garis keabadian dimana segala tindakan kita akan berdampak pada atsar kesejatian kita berikutnya. Adalah bodoh jika kita bukan hanya tidak memuliakan amanahNya dengan pencerahan kesadaran, harmoni pengertian dan pemberdayaan kebersamaan namun justru mengotorinya dengan ghibah penghujatan, fitnah penghasutan dan namimah permusuhan dalam kehidupan ini. Memang tidak disalahkan untuk membela siapapun juga (untuk menguatkan yang dizalimi dan mencegah penzaliman berikutnya) namun tidak dibenarkan jika itu dilakukan dengan mencela (karena bukankah itu bentuk penzaliman yang beresensi sama juga walau dengan obyek yang berbeda). Jalani saja permainan keabadian yang disebut kehidupan ini secara dewasa dan dengan bijaksana. Semua ini hanyalah media pembelajaran dan pemberdayaan dariNya untuk mengembangkan kearifan kita dalam menerima kenyataan, keahlian kita untuk mengatasi permasalahan dan kebaikan kita untuk menghayati kebersamaan.
Adalah menarik melihat dinamika maneuver politis dan kreativitas dukungan dalam pilpres 2014 ini. Mulai dari hal yang memprihatinkan (fitnah tabloid obor rakyat, ghibah Sara di media sosial, tebar pesona para kandidat yang terkadang berlebihan, saling mencela antara pendukung yang agak kebablasan, dlsb) hingga hal yang menggembirakan (partisipasi aktif rakyat disamping mobilisasi mesin partai koalisi seperti kontribusi melibatkan pendanaan, konser salam dua jari, dll). Tampaknya bangsa ini tengah belajar kembali untuk  memberdaya (atau memperdaya ?) diri sendiri dan saudara sesama putera bangsanya dalam episode kehidupan demokrasi berbangsa dan bernegara. Semula saya masih bisa konsisten dalam  tasamuh/taqiyah untuk hal-hal yang bersifat politik seperti ini dan hanya sekedar mengamati dan menikmati perjalanan pesta demokrasi politik di negeri ini dikarenakan banyak hal yang lebih utama lainnya perlu dikerjakan. Namun kemudian kehadiran kampanye hitam/negative tabloid obor rakyat mulai mengusik ketenangan hati saya. Haruskah saya berdiam diri saya ketika sesama saudara putera bangsa  sudah saling menzalimi (diri sendiri dan orang lain). Semula saya mengira akan ada perlindungan negara ini demi kesetaraan hak bagi yang dizalimi karena cara ini sesungguhnya kontraproduktif  (hanya orang yang sakit hatinya membenarkan penzaliman dari orang yang telah mati hatinya terhadap orang lain yang bisa jadi dalam diamnya lebih hidup hatinya untuk bersabar sebelum bertindak mencegah penzaliman berlanjut dari sesamanya). Walau mungkin penzaliman ini dianggap ‘wajar’ sesuai dengan kelaziman yang ada tetapi ini bukan saja sangat tidak adil namun juga tidak baik bagi kedewasaan dan kebijaksanaan politik di negeri ini (kemenangan/kekalahan yang mulia dengan cara beradab seharusnya lebih diutamakan ketimbang pemenangan/kesalahan yang tercela di dunia pada saat ini dan dampak atsarnya di akherat kelak)..  Di media sosial pembunuhan karakter yang sistematis ternyata semakin berlanjut melalui ghibah SARA. Balasan dari pendukung Jokowi-pun akhirnya muncul dengan isu yang sama terhadap keluarga Prabowo. Dan sial … mengapa akhirnya sayapun ikut masuk juga melerai mereka semua dengan mencoba melindungi yang satu dan mencegah yang lainnya atas ‘keadilan’ (atau kenaifan?) untuk saling melazimkan kezaliman tersebut. Semoga Tuhan bisa memaklumi keberfihakan (terhadap Jokowi?) ini sehingga tidak menjadikan keseimbangan dalam mengamati dan keberimbangan dalam menjalani hidup ini menjadi terganggu akhirnya. Perang darat dan udara di pilpres ini memang berkecamuk di mana-mana (Media Televisi, Media Sosial Internet, Surat ‘pribadi’ dukungan, dsb). Sesungguhnya akan terlalu banyak yang bisa diutarakan tentang hal tersebut pada artikel ini. Namun demikian saya harus bijak untuk memilah masalah yang krusial saja untuk dibahas. Kita fokuskan saja perjalanan Jokowi ini dalam perjalanan Pilpres berikut ini.
1. Saat Pra Deklarasi
Begitu cepat waktu berlalu. Baru tahun lalu saya berencana menuliskan ulasan tentang Jokowi dari sisi kemanusiaan tanpa tendensi politik apapun. Namun tahun ini ternyata beliau begitu cepat meroket (sementara masa bhakti sebagai walikota Surakarta belum selesai, dia akhirnya menjadi Gubernur Jakarta. Masa pengabdian di Jakarta belum tuntas kembali dia menuju ke wilayah yang lebih luas .. sebagai capres NKRI). 
Walaupun pencapresan pak Jokowi terasa agak ‘Nggege mongso’ namun ….Well, Que sera sera… pantha rei (Baiklah, apa yang terjadi terjadilah. Biar semua mengalir apa adanya). Saya mungkin sependapat dengan bu Sutarti (tetangga bapak kala masih kecil) kala dia berkata : “kalau itu memang kehendak Tuhan dia ini harus jadi presiden, ya…biarin aja….” So, biarkan sejarah akan menjawabnya. Seandainya Tuhan melalui pilihan (mayoritas) rakyat menghendaki beliau menjadi pemimpin bersama bangsa ini maka tiada mungkin kekuatan manusia yang akan (tega/bisa) menghalanginya. Demikian juga jika sebaliknya .. Semoga ini tetap akan menjadi pembelajaran saat ini dan juga akan jadi pemberdayaan saat nanti. 
Setelah didesak para simpatisannya, bu Mega (Ketum PDI-P: peringkat 1 Pileg) dan ‘koalisi’ kerjasama tanpa syaratnya (Nasdem, PKB, dsb) akhirnya memandatkan pak Jokowi sebagai capres dan pak JK sebagai cawapresnya. Sementara di fihak lain Pak Prabowo (Ketum Gerindra =  peringkat 3 Pileg) dan  pak Hatta sebagai capres dan cawapresnya didukung koalisi besar “Merah Putih.’ Disayangkan pak ARB (Ketum Golkar = peringkat 2 Pileg) pada akhirnya walau sudah promo jauh hari sebelumnya namun tampak agak telat/ragu bergerak dan tidak jadi mengikuti sebagai kandidat lainnya dan malah bergabung mendukung satu fihak …. suatu kemunduran yang walau mungkin akan mengamankan kepentingan politiknya saat ini namun bisa jadi akan berdampak buruk pada elektabilitas partai pada saat mendatang (Pada waktu sebelumnya Ketum Golkar JK walaupun dipastikan tetap kalah namun tetap bertanding menghadapi SBY. Walaupun akhirnya kalah seperti diperkirakan semula namun sikap ksatrianya ini sangat dihargai publik dan ini setidak-tidaknnya juga berpengaruh pada pencapaian pileg tahun ini yang cukup lumayan sebagai runner-up sama sebagaimana pada awal reformasi dulu). Walaupun sebelumnya saya berharap kehadiran ARB namun garisNya nenentukan berbeda. Pertarungan dua kandidat (Jokowi & Prabowo sebagaiman harusnya …. bukan Jokowi vs Prabowo seperti kelihatannya) sangat rentan dengan persaingan yang lebih sengit dan tidak sehat bagi pembelajaran demokrasi kebersamaan bangsa dan pemberdayaan aktualisasi kepemimpinan nasional bukan hanya dalam proses pemenangannya (saling mencela, ghibah bahkan fitnah yang bukan hanya mengakibatkan cela dunia namun juga dosa akherat terkadang tidak ragu dan tanpa malu dilakukan hingga munajat do’a untuk ‘memaksakan/mengarahkan’ Tuhan untuk membenarkan kepentingan ‘ukhrowi’ yang walau sesungguhnya hanya dalam level pembenaran kemenangan duniawi semata) namun juga dalam keberkahan selanjutnya (upaya kecurangan bahkan pencurangan publik, pembanggaan kemenangan, kedengkian kekalahan hingga ‘agenda’ perselisihan, penjegalan, penyelewengan dan perselingkuhan yang bukan hanya menjerumuskan kader namun juga menelantarkan rakyat, membocorkan biduk negeri dan menghancurkan bangsa besar ini). Lebih dari 3 kandidat sebetulnya akan lebih baik andaikan saja para pembuat kebijakan tidak picik membuat produk regulasi yang menguntungkan bagi mesin partai politiknya belaka dan penyelenggara demokrasi tidak licik main proyek demi memperlama/memperbesar anggaran demokrasi. Satu putaran bisa saja tetap dilakukan walaupun pemenang kontestan tidak harus ‘ideal’ 50 % plus satu – karena sesungguhnya yang penting bukanlah sekedar siapa pemimpinnya nanti tapi bagaimana cara kepemimpinan nanti dilaksanakan. Kandidat independenpun bisa ikut (Adalah Haq bagi Tuhan untuk mempersilakan rakyat dalam menentukan kelayakannya berdasarkan penalaran akal sehatnya, ketulusan hati nuraninya, dan kesadaran fithrah jiwanya) untuk merealisasi kesetaraan hak dalam hukum dan pemerintahan. Walaupun tentu saja filter untuk menentukan figure yang ‘mantep’ (memang mempunyai kapasitas dan dukungan massa dalam pandangan publik) tidak sekedar ‘anggep’(hanya karena ‘bermimpi’ sudah bisa memimpin hanya dengan obsesi menjadi  dan ambisi berkuasa semata) perlu dilakukan juga untuk menghindari berlimpahnya kandidat yang mendaftar dan perpecahan keberlanjutan dalam ‘faksi kebersamaan’ /penyesalan mempermalukan ‘kebangaan diri’  di kemudian hari . Diharapkan, setelah paska pemilihan apapun juga yang dilaksanakan, paradigma sinergi kebersamaan demi pemberdayaan dan kemaslahatan  lebih mengemuka ketimbang koalisi transaksional yang rentan penyelewengan/perselingkuhan ataupun oposisi antipatis yang rentan penjegalan/ perselisihan dalam memperdaya bangsa dan membawa kemudharatan bersama. Demi keberkahan Ilahiah, wakil rakyat harus utamakan rakyat – jangan makan rakyat, memperdaya bangsa dan menghancurkan negara jika ‘cari makan’ atas nama ‘rakyat’ (harusnya: beribadah kepadaNya dengan mengabdikan diri sebagai pengemban amanah) pada seluruh warga bangsa di negara Indonesia ini …. Vox populi, Vox Dei.           
 2. Saat Deklarasi
Walau sebagai pelaksana tidak ada yang meragukan kemampuan pak Jokowi, namun sebagai pembicara tampaknya masih perlu pengasahan dan pengalaman lagi. Pada saat deklarasi (maaf) walaupun saya pendukung pak Jokowi namun di media sosial saya harus adil dan fair dalam menilai prilaku yang ada secara obyektif  tanpa tendensi pribadi. Walau saya tetap mendukung keautentikan dan spontanitas Jokowi namun saya harus akui bahwa pada saat deklarasi itu sikap dan pidato Prabowo lebih bijak dari sisi estetika dan rhetorika. Sikap kenegarawanan – apakah itu hanyalah sekedar pencitraan ataupun memang benar demikian adanya – adalah mutlak untuk dilakukan. Memandang persaingan dalam konteks persaudaraan, dan sportivitas kesediaan menerima jika ternyata nantinya (mayoritas) rakyat lebih memilih pak Jokowi sebagai pemimpin bersama rakyat walau beliaupun berusaha memenangkan pilpres tersebut (dan hendaklah demikian pula sebaliknya).Secara pribadi saya tidak mempermasalahkan ’feng shui’ bilangan apapun juga karena setiap angka bisa memiliki simbolisasi apapun juga. Namun demikian ada yang menarik tentang ungkapan filosofis dualisme akan undian nomor dua yang didapatkan. Walaupun rhetorika silogismanya mungkin kurang tepat demikian, namun saya suka aspek harmoni sebagai konklusinya (lebih bersifat Taoistik yang harmonis dalam memandang dualisme keberadaan ketimbang zoroastrianisme yang menekankan pertentangan aspek dualitas tersebut). Dalam hidup ini memang diperlukan integrasi dalam merengkuh perbedaan sebagai keseluruhan (equilibrium pada alithea – keselarasan dalam kebenaran) agar kita tetap seimbang dalam harmoni berpandangan dan berimbang kala melakukan sinergi tindakan. Perlu kearifan dalam kebaikan, keasihan dalam keadilan dan kebijakan dalam ketegasan agar keberkahan tidak dipandang sebagai kelemahan bagi penzaliman nantinya.
3. Saat Debat
Rosulullooh SAW ada menyatakan pada umatnya walaupun tidak melarang perdebatan namun berusaha untuk menghindarinya walaupun berada dalam fihak yang benar (untuk menghindari kemudharatan debat kusir, upaya merekayasa rasionalisasi pembenaran kepalsuan, mempermulia diri dengan menjatuhkan lainnya, dsb).
Namun demikian debat kandidat sesungguhnya bukanlah sesuatu yang buruk selama itu dimaksudkan sebagai media pembelajaran dan pemberdayaan bagi demokrasi politik di negeri ini. Ini adalah media yang baik bukan hanya untuk pengenalan dan silaturahim bagi para kandidat kepada publik untuk mengajukan visi/misi program yang akan dilakukannya pada masa kepemimpinan mereka kelak namun juga media argumentasi untuk saling asah, asih dan asuh antara kandidat atas hal tersebut. Debat dilakukan sebanyak 5 kali.
DEBAT I =CAPRES/CAWAPRES(Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum) Senin (9/6/2014) dengan moderator Zainal Arifin Mochtar (Dosen Hukum UGM).
DEBAT II = CAPRES (Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial)
Minggu (15/6/2014) dengan moderator Ahmad Erani Yustika (Guru Besar Universitas Brawijaya)
DEBAT III = CAPRES = Politik Internal dan Ketahanan Nasional
Minggu (22/6/2014) dengan moderator Hikmahanto Juwana (Guru Besar Universitas Indonesia).
DEBAT IV = CAWAPRES  = Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK
Minggu (29/6/2014) dengan moderator Dwikorita Karnawati (Wakil Rektor UGM)
DEBAT V= CAPRES/CAWAPRES = Pangan, Energi, dan Lingkungan.
Sabtu(5/7/2014) dengan moderator : Sudharto P. Hadi (Rektor UNDIP)
Begitu banyak dinamika yang terjadi dan sesungguhnya menarik untuk diulas namun demikian untuk menjaga kebersamaan ada baiknya untuk tidak perlu scoring penilaian masing-masing kandidat demi menjaga kenyamanan antar fihak dan membina suasana damai yang perlu dibangun menjelang akhir proses pilpres 2014 ini. Setiap kandidat memiliki kelebihan yang harus diakui dan kelemahan yang harus diterima apa adanya. Lagi pula yang utama adalah bukanlah apa yang mereka katakan tetapi bagaimana tindakan mereka nantinya.

 3. ISTIRJA’AH / ISTI’ANAH
Hidup bagaikan pelangi yang kaya warna yang membiaskan aneka ragam paradigm Realitas kebenaran yang tersirat  pada fenomena kenyataan yang tersurat. Fenomena tersebut merefleksikan keaslian dan juga kesemuan, kebenaran dan juga kepalsuan tergantung dengan kebenaran dan ketepatan cara bagaimana kita memandangnya. Disadari atau tidak sesungguhnya kita semua adalah para Truth Seeker (pencari kebenaran) dan Dharma Sekha (penempuh keabadian) yang belajar dari Tuhan - Satya Guru Abadi- melalui siapapun juga dan apapun saja dalam perjalanan kehidupan ini. Permasalahannya adalah seberapa baik kita mampu untuk senantiasa memahami kenyataan, menghayati kebenaran dan menjalani ketaqwaan pada garis cintaNya. Tuhan adalah Dzat Mutlak yang imanensi keluhuranNya melingkupi segala sesuatu walaupun memang transendensi kekudusanNya tak akan mampu terjangkau siapapun juga. Dunia dan akherat hanyalah terminology peristilahan bagi Fenomena dimensi yang terpilah bukanlah Realitas esensi yang terpisah. Pada hakekatnya (baik disini maupun disana - baik sekarang ataupun nanti) kita senantiasa berhadapan denganNya. Segalanya berproses, berlanjut dan juga berdampak pada saatnya.
Ada yang menarik pada debat capres/cawapres terakhir ketika pak Jokowi memanjatkan do’a sapu jagat Islami (QS 2 Al Baqoroh: 201) sebelum mengakhiri salam 2 jari penutupnya, sebagai berikut :
201) Waminhum man yaquulu rabbanaa aatinaa fii ddunyaa hasanatan, wafii l -aakhirati hasanatan, waqinaa 'adzaaban naar ; 201) Ulaa-ika lahum nashiibun mimmaa kasabuu walaahu sarii'u lhisaab
201)  dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka". 202) mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Sebagai muslim secara pribadi saya tidak memandang  do’a ini sebagai aneh adanya jika diucapkan oleh saudara muslim lainnya walaupun ‘keberanian’ ini – saya rasa – tampaknya cukup  mengejutkan (walau tidak dimaksudkan untuk mempermalukan apalagi sekedar pencitraan) bagi para pencelanya yang sepanjang waktu di manapun berada selalu  “istiqomah”  menjatuhkannya dengan ghibah bahkan fitnah SARA demi ‘amanah’ tersirat pembenaran upaya transaksi kepentingannya di pemerintahan kelak. Di sini saya tidak ingin membahas fitnah dan ghibah yang salah arah tersebut apalagi mencari-cari kesalahan lughoh/fiqih dari do’a tersebut (yang kita  sadari hanyalah akan  mempermalukan diri dengan cela dunia dan membebani diri dengan dosa akherat yang Allooh SWT yang Maha Jeli atas segala tindakan zahiriah/batiniah makhlukNya tentunya tidak akan mudah terpedaya untuk menerimanya hanya dengan ‘kesungguhan’ ratapan istighfar maupun salaman yang mantap belaka kecuali dengan taubat nasuha yang tulus dan ishlah tamhuha yang sadar untuk mengimbangi mizan amalan dan memperbaiki dengan iffah penebusan dalam akhlak dan amaliah ketaqwaan berikutnya). Di sini saya akan mengkaji sejumlah nash yang berkaitan dengan tahap ke-tiga pensikapan tindakan yang perlu disarankan .... istirja’ah (keshabaran penerimaan) atau isti’anah (permohonan petunjukNya). Dua istilah yang pada hakekatnya sama yaitu qona’ah – penerimaan (tawakal setelah ikhtiar) untuk tetap bershabar dalam ‘mushibah’ dalam kegagalan (jika kalah) dan istiqomah (kemantapan diri dalam petunjukNya) untuk menjalani amanah (jika menang).  Do’a adalah permohonan, pengarahan dan pemberkahan. Permohonan adalah munajat keinginan seorang hamba yang menyadari keterbatasannya sebagai makhluk kepada Tuhannya; pengarahan adalah konsistensi tindakan untuk melayakkan diri dengan apa yang dimunajatkannya; pemberkahan adalah keberlanjutan tindakan dalam sinkronisasi kebenaran selanjutnya. Do’a sapu jagat tersebut memohonkan kita pada kebaikan dunia, akherat dan penghindaran azab neraka. Namun demikian kita perlu arif dalam memahami hakekat akan kebaikan (hasanah) Ilahiah yang terkadang bisa saja agak berbeda dengan pandangan keinginan insaniah.
Bagi Tuhan segalanya (peristiwa, keberadaan, dlsb) adalah baik adanya sebagai hikmah pembelajaran keabadian dan inayah pemberdayaan kehidupan bagi setiap makhlukNya (QS 21: 35). Kehidupan dunia sesaat mungkin saja hanya memandang apa yang kita miliki dan nikmati namun demikian progress keabadian akherat sesungguhnya mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi dan tindakan apa yang perlu untuk menjalaninya (QS 2: 216).  Keberkahan in process yang diupayakan lebih utama dari sekedar by product kesuksesan yang didapatkan dalam menempuh perjalanan keabadiannya dalam hidup ini (QS 103: 1 – 3).
Referensi Hujjah =
QS 21 : Surat Anbiya = 35
kullu nafsin dzaa-iqotul mawti wa nabluukum bisy syarri wal khoyri fitnatan wa-ilaynaa turja'uun
35) tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
QS 21 : Surat Baqoroh : 216 =
Kutiba 'alaykumul qitaalu wa huwa kurhul lakum.  Wa 'asaa an takrohuu syay-an wa huwa khoyrul lakum ;  wa 'asaa an tuhibbuu syay-an wa huwa syarrul lakum. Walloohu ya'lamu , wa-antum laa ta'lamuun.
[2:216] Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
QS 103 : Surat Al ‘Ashr = 1 - 3 =
1) Wal ‘ashr(i); 2) Innal insaana lafii khusr(in) ; 3) illal ladzina aamanu,wa ‘amilush shoolihati,;wa tawaashou bil haqqi,wa tawaashou bish shobr(i).
1) demi masa ; 2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati/memberdayakan dalam mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.

Tadabur ayat =
[103.1] Pemberdayaan Waktu 
Allooh SWT berfirman dengan menggunakan sumpah atas sesuatu yang sangat berharga yang telah diamanahkannya kepada kita namun sering terlalaikan pemberdayaan kemanfaatannya secara optimal dalam kehidupan kita : yaitu Al Ashr (waktu). Waktu bersifat linear – dalam artian : dia terus melaju ke muka dan tak pernah berbalik ke belakang. Waktu yang telah berlalu tak mungkin bisa kita ulang kembali. Selain itu, jatah waktu kehidupan setiap manusia adalah sangat terbatas (Tiada pesta yang tak berakhir demikian juga kehidupan kita di dunia ini. Dalam hidup hanya satu yang pasti bahwa kita pasti mati.). Sedangkan kematian itu sendiri walaupun bersifat kodrati, tidak bisa dihindari namun kedatangannya adalah misteri. Untuk itulah diperlukan kebijaksanaan, keseimbangan dan keselarasan dalam memanfaatkan waktu (baca: garis keabadian hidup). 
[103.2] Keterpedayaan
Nabi Muhammad S.A.W pernah menyatakan sebagian besar orang tertidur dan bermimpi dalam hidupnya dan baru bangun dan terjaga ketika dia sudah mati. Ketika waktu hidup telah terlewat, ketika segalanya sudah terlambat. Manusia adalah makhluk yang walaupun secara alamiah berkecenderungan buruk namun berpotensi baik. Manusia diberkahi akal-budi dan hati nurani yang memungkinkannya memenuhi potensi kemuliaan fitrah jiwanya sepanjang dia mampu memberdayakan akal-budinya dalam garis ketaqwaan yang diilhamkan kepadanya dan tidak justru malahan terperdaya oleh kecenderungan buruk naluri hawa-nafsunya sendiri. Ketidak-mengertian dalam memahami kebenaran abadi, ketidak-berdayaan dalam kemelekatan kehidupan duniawi, dan ketidak-perdulian untuk pemberdayaan kelanjutan ukhrowi telah menyebabkan mereka terperdaya dalam kesia-siaan bukan hanya dalam menempuh dampak kehidupan saat ini namun juga dalam melanjutkan atsar keabadiannya nanti.
Dalam Buddhisme avidya samsara kebodohan ini dikarenakan tilakhana kemelekatan (lobha kemelekatan terhadap yang disukai, dosa penolakan terhadap yang dibenci dan moha keacuhan terhadap yang tak dilekati) sehingga menghalangi panna phasa (kontak bijak) terhadap realitas kebenaran yang tersirat dalam fenomena kenyataan yang tersurat.     
[103.3] Keberdayaan
Keberdayaan bagi mereka yang sholihun li nafsi wa muslihun li ghoirihi (Pribadi yang bukan hanya memiliki kebaikan pada dirinya namun juga membawa kebaikan bagi sesama lainnya) yaitu bagi yang beriman dan beramal sholih serta juga saling mengingatkan/ memberdayakan dalam kebenaran dan keshabaran. Dengan landasan arkanuddin (rukun agama: iman, islam, dan ihsan) yang kaffah mereka melaksanakan arkanul amal (rukun amal: ittiba, ikhlash dan mahabah) yang benar baik hablum minallooh/minan nas dan saling memberdayakan dengan sesamanya dalam kebenaran arkanul ‘ilmu (rukun ilmu: mempelajari, melaksanakan dan mensiarkannya) dan keistiqomahan arkanush shobr (rukun sabar dalam menerima musibah. menjalani keta’atan, menghindari kemaksiatan).
Senantiasa ada hikmah kebijaksanaan akan kebenaranNya yang tersirat dari hibrah fenomena kenyataan yang tersurat dalam setiap peristiwa/keberadaan bagi setiap makhlukNya sebagai penjelajah keabadian dan penempuh kehidupan ini untuk bersikap secara benar dan bertindak dengan bijak karena pada hakekatnya segala sesuatunya (baik atau buruk) hanyalah media ujian dariNya (QS 2: 155 - 157). Jadi, Amor Dei, Amor Fati … jika cinta Tuhan, cintailah GarisNya – Cukuplah Tuhan sebagai saksi bagi Ihsan dan pelindung untuk istiqomah (QS 3: 173 ) sebagaimana iftitah komitmen peribadahan diri hanya kepadaNya (QS 6: 162) karena memang diperlukan akal sehat, hati nurani dan kemantapan jiwa dalam mensikapi dan menjalani permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini (QS 89: 27 – 30)
Referensi Hujjah =
QS 2 Al Baqoroh : 155 – 157 :
155) wa lanabluwannakum bisyay-in minal khowfi wal juu'i wa naqshin minal -amwaali wal -anfusi wats tsamarooti wa basy-syirish shoobiriin ; 156) alladziina idzaa ashoobat-hum mushiibatun qooluu : “ innaa lillaahi wa -innaa ilayhi rooji'uun ; 157) ulaa-ika 'alayhim sholawaatun min robbihim warohmatun wa ulaa-ika humul muhtaduun.
155)  Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Sesungguhnya kita semua berasal dari Allooh dan sesungguhnya kepadaNya kita akan kembali” ; 157) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS 3 Ali  Imron 173: 
Alladziina qoola lahumun naasu innan naasa qad jama'uu lakum fakh-syawhum fazaadahum iimaanan wa qooluu hasbunaallaahu wa ni'mal wakiil
[3:173] (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".
QS 6 Al  An’aam 162   
Qul Inna sholati, wa nusuki ; wa maa yahya,wa maa maati lillaahi robbil ‘alamin.
Sesungguhnya sholatku,ibadahku; hidupku, dan matiku hanya untuk Allooh Tuhan semesta alam
QS 89 Al Fajr : 27 – 30 :
27) Yaa ayyatuhaan nafsul muthmainah ; 28) Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah;  29) Fad khulii fii ‘ibaadii ; 30) Wad khulli jannati
27) Hai jiwa yang tenang.; 28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. 29) Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, 30) dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Sebagaimana fatihah pembuka untuk senantiasa mengingatkan komitmen iman kesaksian akan kemuliaan Tuhan, munajat keistiqomahan dalam islam dalam tujuan peribadatan/permohonan petunjuk dan munajat permohonan agar senantiasa terbimbing dalam jalan lurusNya untuk sekaligus mampu memahami kebenaran tanpa kesesatan dan menjalani ketaqwaan tanpa kemurkaanNya dan penzaliman kepadaNya (QS 1 : 1 – 7) maka hendaklah ketaqwaan islamiah abadi terus dijalani disamping  menjaga kebersamaan dan memberdaya kebenaran dengan seruan keteladanan akan kebajikan, kesantunan dan kebijakan untuk menghindari diri dan lainnya dari kemungkaran/penzaliman/penyesatan (QS 3: 102 – 106). Terakhir kali, teruslah bermuhasabah dan bermujahadah dalam pemberdayaan kerobbaniahan diri agar kesejatian diri tidak terlepas dari Sumber keabadianNya dalam menempuh kehidupan fana ini (QS 59 : 18 – 20)
Referensi Hujjah =
QS Al Fatihah : 1 - 7: Ini adalah rangkaian ayat pembuka (fatihah)
1) Bismillaahhir rohmaanir rohiim; 2) Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; 3) Arrohmaanir rohiim; 4) Maaliki yaumiddiin; 5) Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; 6) Ihdinash shiroothol mustaqiim ; 7) Shiroothol ladziina an’amta  ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi  ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.)
1) dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. ; 2) segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam; 3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.; 4) yang menguasai di hari Pembalasan. 5) hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan; 6) Tunjukilah Kami jalan yang lurus,; 7)  (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
QS Ali Imron : 102 – 105 : Ini adalah rangkaian ayat hujjah istiqomah & ukhuwah
102) Yaa Ayyuhalladziina aamanut taqullooha haqqo tuqootihii ~ wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.;103) Wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’aw ,wa laa tafaroquu; wadzkuruu ni’matalloohi ‘alaikum idz kuntum adaa-an ~ fa’allafa baina quluubikum,fa ashbahtum bi ni’matihii: ikhwaanaa ; wa kuntum ‘alaa syafaa hufrotim minan naari~ fa anqodzakum minhaa; Kadzalika yubay-yinulloohu lakum aayaatihi la’allakum tahtaduun.; 104) Wal takun minkumu ummatuy yad’uuna ilaal khoiri,wa ya-muruunaa bil ma’ruufi,wa yanhauna ‘anil munkar; Wa ulaa-ika humul muflihuun. 105) Wa laa takuunuu kalladziina tafarroquu wa akhtalafuu mim ba’di maa jaaa-a humul bayyinah. Wa uulaa-ika hum ‘adzabun ‘azhiim.
102) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. 103) dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 104) dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. 105) dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,
QS 59 Al Hasyr = 18 – 20: Ini adalah rangkaian ayat muhasabah & mujahadah
18) Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha. wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; 19) wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; 20) Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.
18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ; 19) Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. ; 20) Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.

B. Jika Kemenangan Pada Prabowo
HADITS KEDELAPAN BELAS
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Ittaqillaaha haitsu maa kunta ~  Wa atbi’is sayyi-atil hasanata tamhuhaa, Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasanin
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda :
Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada,  iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “
(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).

Seandainya saja prioritas pada pengamanan, kemudahan dan kepentingan (sebagaimana naluri ini inginkan) mungkin saya akan jatuhkan kepastian pilihan di sini (daripada merepotkan dan menyusahkan diri dengan mengikuti nurani untuk memilih kemungkinan pengharapan dan pembuktian perjuangan pada lainnya). Toh, sebenarnya permasalahannya bukan pada siapa pemimpin bersama bangsa ini namun yang utama bagaimana cara kepemimpinan nasional ini dilakukan nantinya. Akan tetapi, biarlah semuanya terjadi. Walaupun tidak membela namun saya juga tidak haq untuk mencela jika kemudian Tuhan (melalui pilihan mayoritas voters negeri ini) menentukan fihak ini sebagai pemenangnya. Keikhlasan untuk arif menerima segala sesuatu sebagai media pembelajaran keabadian dan proses pemberdayaan kehidupan dari Tuhan haruslah juga ditegakkan (bukan hanya saya tetapi juga kepada seluruh warga bangsa termasuk yang terlibat di fihak ini dan lainnya) demikian juga jika kemudian ternyata terjadi sebaliknya. Ini hanyalah sekilas episode permainan keabadianNya yang disebut kehidupan agar kita lebih mengenal kebijakanNya yang tersurat dan kebajikanNya yang tersirat.
Saya akui saya bukan politisi (walau memang tidak mengerti/menyukai intrik maneuver di dalamya tetapi semoga tetap tidak perlu membenci dan berusaha untuk sekedar memaklumi) namun saya salut dengan dengan kemantapan pertahanan fihak Prabowo di permukaan. Dalam debat pilpres dan kampanye tampaknya fihak ini lebih bijak untuk ‘cari aman’ sehingga akan lebih mudah dalam merealisasikannya nanti (semoga istilah ‘lebih mudah’ ini tidak diartikan sebagai ‘lebih ada celah’ nantinya). Dengan mengajukan rhetorika konseptual dengan orasi yang tepat (kemakmuran rakyat, pencegahan kebocoran, kemandirian bangsa,dst) dan cukup dengan membatasi diri dengan menawarkan slogan pemberdayaan yang sudah menjadi ketentuan untuk dilanjutkan (pemberdayaan bumi air tanah, peningkatan kesejahteraan, dana desa 1 miliar, dlsb) secara effektif dan effisien telah mengesankan sebagai program yang secara familiar terdengar lebih realistis ‘membumi’ ketimbang menawarkan inovasi program lain yang akan membebani diri untuk dituntaskan juga nantinya. Walaupun saya tetap istiqomah mendukung Pak Jokowi (karena simpati kepribadian, empati kemanusiaan dan pengharapan perbaikan sebagaimana tersebut di atas) namun demikian secara pribadi saya harus jujur mengakui untuk juga salut pada figure Pak Prabowo. Lepas dari tuduhan sekedar trick pencitraan di permukaan, figure Prabowo saat ini (sebagai ‘korban media’ yang semula ‘direndahkan’ karena memory masa silam) ‘di luar dugaan’ tampil memikat sehingga tidak mengherankan jika kemudian berdampak signifikan pada peningkatan elektabilitasnya (lepas dari thesis akan kuantitas besarnya dukungan simpatisan koalisi merah-putihnya dan antithesis dampak buruk serangan sistematis atas ‘pembunuhan karakter’  Jokowi selama ini). Saya mencatat ada 3 hal positif yang dilakukan dan ditunjukan Prabowo.
1. Saat Pra Deklarasi
Budaya demokrasi yang tidak sehat (kurangnya kepercayaan rakyat, apatisme golput, pragmatisme voters, dlsb) serta beaya politik yang tinggi (dalam registrasi, eksposisi,transaksi jual-beli suara)  telah mengakibatkan politisi dan mesin politik menjadi opurtunis untuk memembenarkan kepentingannya belaka. Benih negarawan yang diharapkan dari setiap wakil rakyat untuk mengemban amanah demokrasi akhirnya berubah menjadi mentalitas pedagang. Itulah kenyataan yang terjadi di lapangan. Memang tidak haq untuk dibenarkan, namun ‘kesalahan’ ini secara arif juga perlu dimaklumi keberadaannya. Marwah amanah berubah menjadi marwah aman … ah (memperdaya diri demi kepentingan yang lebih menguntungkan ketimbang tetap istiqomah memberdaya diri dalam keterbatasan). Bukankah sudah dimaklumi dengan paradigma pembenaran (walau diakui bukan realitas kebenaran yang seharusnya) bahwa dalam politik tidak (perlu) pendirian yang abadi kecuali kepentingan diri (Palmertson). Walau sesungguhnya kelak akan kita sadari akan dampak buruk transaksi ini, pohon-pohon besar yang me’lindungi’ ini suatu saat justru akan menjadi benalu yang akan menggerogoti pemerintahan, memperbesar penyelewengan dan meruntuhkan bangunan besar bangsa dan negara. Lepas dari masalah kesadaran atau kepicikan maupun ketulusan atau kelicikan yang terjadi, pameo ‘1000 kawan tidak cukup,1 lawan terlalu banyak’ sangatlah effektif untuk mencitrakan diri dan koalisi ini sebagai kekuatan yang besar di permukaan (walau mungkin akan rapuh dalam keberkahan pemerintahannya kelak). Walaupun kemungkinan untuk sedikit berharap bahwa setiap rekanan koalisi akan tahu diri untuk menjaga kehormatan dalam kebersamaan ini namun demikian hendaklah pemerintahan Prabowo nantinya tidak ‘dikorbankan’ sebagaimana yang dialami SBY sebelumnya (semoga Gerindra tidak menjadi Demokrat II – sebagai partai yang terlalu dini kala berkuasa namun belum cukup dewasa untuk memilah keamanahan dalam gelimang kesempatan yang rentan dengan penyelewengan). Keperwiraan Prabowo untuk bersedia menampung kegalauan dan tentu saja transaksi kepentingan rekan koalisinya (dengan segala resikonya di kemudian hari) perlu juga dihargai sebagaimana ketegaran Jokowi untuk konsisten dalam kerjasama pemerintahan yang lebih mantap di kemudian hari (walau dengan keterbatasan dukungan pemenangan saat ini dan tampaknya juga hambatan dalam ‘rezim’ pemerintahan presidentiilnya kala berhadapan dengan ‘mafia’ parlementer nantinya) sebagai dilemma utama yang harus diamati, dialami dan diatasi nantinya.      
2. Saat Deklarasi
Sebagaimana saya katakan sebelumnya di media sosial saya harus adil dan fair dalam menilai prilaku yang ada secara obyektif  tanpa tendensi pribadi. Walau saya tetap mendukung keautentikan dan spontanitas Jokowi namun saya harus akui bahwa pada saat deklarasi itu sikap dan pidato Prabowo lebih bijak dari sisi estetika dan rhetorika. Walaupun memang ada su’u zhon (buruk sangka) bahwa yang dilakukan oleh Pak Prabowo hanyalah basa basi dalam rangka pencitraan diri sebagai negarawan belaka namun saya yakin itu sungguh demikian adanya pada saat itu dan semoga itupun terbuktikan pada saat berikutnya. Demikian komentar saya pada sejumlah media sosial
3. Saat debat
Tentang debat sudah diutarakan di atas. Tak ada scoring penilaian masing-masing kandidat karena bagi saya pribadi yang utama adalah bukanlah apa yang mereka katakan tetapi bagaimana tindakan mereka nantinya. Sebagai seorang lulusan akademisi saya juga mengerti esensi dan seni debat, namun demikian ketidak sungkanan pak Prabowo untuk setuju dan mendukung terhadap pak Jokowi pada sesi ekonomi kreatif bukanlah suatu kekalahan (intelektual) tetapi justru suatu kemenangan (spiritual). Sportivitas dan keautentikan pak Prabowo lebih mendengar kata hati (ilham ilahi) daripada mengikuti instruksi timses agar selalu berbeda pandangan (walau dalam kebenaran?)lebih membuat respek kita daripada kecakapannya berpidato maupun kecakapan wawasan dan pemaparan program lainnya.
Namun demikian sebagaimana waktu ; kekuasaan adalah pedang bermata dua jika tidak dipergunakan sebagaimana mestinya untuk memberdayakan bangsa ini maka pastilah akan memperdayakan kita semua. Besar pengharapan untuk tetap terbuka dibandingkan kekhawatiran untuk tetap terjaga agar dengan kearifan figure kenegarawanan yang mulai tumbuh pada figure Prabowo ini dia tidak perlu ‘berkorban’/ ’dikorbankan’ lagi jika amanah kepemimpinan nasional negeri ini nantinya dipercayakan kepadanya. Sebagai sesama putera bangsa, walaupun bagaimana juga saya merasa perlu (jika tidak ingin dikatakan juga tetap wajib) untuk melakukan sumbang-saran demi kebaikan kita bersama sebagai bangsa. 

1. Jangan ulangi kecenderungan kesalahan sejarah lama yang sama
HR Bukhori – Muslim : Unshur akhooka zhooliman au mazhluuman. Qoola : Unshur mazhluuman ~ fa kaifa anshuru zhooliman ? Qoola : Uhjuz ‘an zhulmihi ~ fa dzalika nashruhu.  ( Tolonglah saudaramu baik yang menganiaya maupun yang dianiaya. Diantara sahabat bertanya : Kami dapat menolong jika dia dianiaya ~ bagaimana kami dapat menolongnya jika dia menganiaya ? Nabi SAW menjawab : Kau cegah dia dari tindakan penganiayaannya ~ maka dengan demikian kamu menolongnya dari penganiayaan)
L’histoire ceripet (kata Necker?) …. Sejarah cenderung terulang (?) karena kita suka membenarkan kesalahan serta melazimkan kezaliman pandangan/ tindakan orang lain agar kita dapat memperdaya nurani kita (?) untuk melazimkan kezaliman dan membenarkan kesalahan yang sama juga. Koalisi  Merah Putih walau besar namun sesungguhnya sangat rapuh karena banyaknya kelompok kepentingan yang berada di dalamnya. Walau memang beaya politik partai pada pemilihan untuk peraihan suara sebelumnya mungkin memang besar namun hendaknya jangan menjadikannya alasan bagi pembenaran akan perlunya kebocoran anggaran dan transaksi penjatahan yang tidak benar nantinya. Bagi peran tanggung jawab yang proporsional mungkin saja bisa tidak terlalu disalahkan (kewajaran berpolitik ?) namun dampak penyelewengan kekuasaan yang bukan saja hanya membelenggu kinerja koalisi namun dapat juga meruntuhkan bangunan agung kebersamaan bangsa dan keberdayaan negara tentu saja akan riskan untuk dibenarkan. Janganlah terjadi perselingkuhan antara ‘rezim’ presidensiil dan ‘mafia’ parlementer nantinya walaupun kekuatan koalisi yang akan semakin besar nantinya dalam berkuasa bagi upaya kritis oposisi yang sangat lemah baik di pemerintahan dan di parlemen. Walaupun saya yakin mungkin akan ada penolakan sinergi dari fihak lain (terutama : PDI-P tampaknya) hendaknya niatan baik pengajuan demi perbaikan kebersamaan untuk pemberdayaan bangsa dan negara secara bersama-sama tetap perlu dilakukan karena Indonesia bukan hanya Gerindra dan koalisinya saja (walaupun mungkin bisa berbangga dan dapat leluasa berkuasa dengan 60 % kekuatan di parlemen dan bahkan 100 % di pemerintahan nantinya).  

2. Perlunya saatnya Ishlah Perbaikan Bersama
Rasullah Saw. bersabda:
 عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ثلاث من كن فيه حاسبه الله حساباً يسيراً و أدخله الجنة برحمته قالوا : لمن يا رسول الله ؟ قال : تعطي من حرمك وتعفو عمن ظلمك وتصل من قطعك. رواه الحاكم.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda: tiga perkara yang ketika ada dalam diri seseorang maka Allah SWT. akan menghisabnya dengan hisab yang mudah dan memasukkannya ke dalam Surga dengan rahmatNya. Sahabat bertanya: bagaimana itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab: kamu memberi kepada orang yang menghalangimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutusnya. (HR. Al-Hakim).
Tampaknya demi keberkahan perjalanan bangsa dan negara ini untuk waktu selanjutnya, perlu diadakan semacam agenda empati bangsa dan ishlah nasional untuk penuntasan ganjalan permasalahan masa lalu. Walaupun sesungguhnya ishlah perbaikan lebih mulia dimulai dari kebesaran jiwa (mahabah) fihak yang dirugikan (sebagaimana diatas) namun demikian adalah lebih utama jika itu didahului dengan kerendahan hati (tawadhu) dari fihak yang ‘dianggap’ bersalah. Tak perlu kepicikan perlunya ada pengorbanan/ dikorbankan lagi (dan juga bukan kelicikan upaya untuk menyudutkan/ mengakali orang lain untuk rela berkorban atau tega mengorbankan lainnya demi pembenaran kepentingan dan pembelaaan kesalahan diri/faksi yang tersirat ?)
Ini tidak hanya berkaitan dengan upaya rehabilitasi ‘keterlanjuran’ sejarah permasalahan HAM namun juga renegosiasi untuk nasionalisasi asset negara dan permasalahan lainnya yang mungkin saja akan selalu diungkit dalam percaturan politik negeri ini selanjutnya. Terlalu berat tantangan ke depan bangsa ini jika setiap waktu selalu dibebani dengan duka/cela masa lalu saja. Tuntaskan dengan empati bangsa, ishlah nasional, dan rehabilitasi kebersamaan namun juga harus dengan keterbukaan perbaikan dan keikhlasan penerimaan dari seluruh putera bangsa agar kemudian kita bisa berorientasi ke masa depan dengan bekerja sama mengatasi masalah bangsa secara bersama.
3. Perlukah saatnya mempersiapkan Regenerasi 
Nabi Muhammad SAW berkata: Alla Kullukum  roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi. ; Fal amiirul ladzii ‘alan naasi ro’in ‘alaihim ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum (“Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannnya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya. HR. Abu Daud).
Kepemimpinan adalah suatu kebutuhan bukan hanya saat ini namun juga nanti. Kesadaran kaderisasi/ keberlanjutan regenerasi terasa lebih bijaksana daripada ketamakan berkuasa untuk menghindari chaos kepemimpinan pada masa mendatang, Adalah perlu keteladanan dalam kepemimpinan nasional sebagai warisan dan juga panduan bagi kepemimpinan bagi perjalanan generasi berikutnya. Perlu penciptaan iklim yang sehat bagi kemunculan kader terbaik bangsa untuk di’wakaf’kan sebagai pengemban amanah publik yang tidak tersandera oleh pembenaran kebanggaan/kepentingan partainya disamping upaya pembelajaran dan pemberdayaan demokrasi sehat (tidak membenarkan mentalitas pragmatisme : money politic, mafia parlementer, rezim presidential,  dsb) ,  pembudayaan kampanye positive nantinya (tidak melazimkan kezaliman ‘pembunuhan karakter’ dan inovasi akal-akalan kecurangan pemenangan, dsb) disamping kedewasaan dalam mensikapi dan menjalani bersama-sama proses demokrasi secara bijaksana (bagi publik/media/timses(?) = tetap bersabar menunggu untuk menghargai legitimasi legalitas penyelenggaraan untuk menetapkan hasil resmi walau hasil asli mungkin sudah diketahui – tidak perlu : nggege mongso/ngentahke – mandheke/ ; Bagi yang kalah (?) = tetap legowo menerima jika ternyata jumlah mayoritas voters bukan pada fihaknya dan perwiro memberikan selamat atas keberhasilan dan dukungan demi kebersamaan terhadap yang kebetulan meraih jumlah mayoritas voters ; sedangkan bagi menang (?) = tetap tawadhu tidak usah ‘umuk’/’kluruk’ (berbangga dan takabur menyombongkan diri) karena akan memacu/memicu fihak lainnya ‘sumuk’/’ngamuk’ (gerah kesal dan marah menghancurkan) untuk kemudian menganggap kemenangan itu sesungguhnya adalah kemenangan bagi semua (bukankah ada sekian persen rakyat yang memilih kandidat lainnya juga) dan merengkuh seluruh elemen bangsa sebagaimana layaknya seorang negarawan (karena garisNya telah menjadikannya sebagai pemimpin bersama bagi seluruh bangsa ini) untuk menjaga kebersamaan sesama dan bersama membangun keberdayaan bagi semuanya.    

PESAN TERAKHIR untuk JOKOWI 
www.kawalpemilu.org   Real Count C1 = 99,39 % (kurang 0,51 %)
Prabowo Hatta = 58.664.360 (47,17 %)  Jokowi JK = 65.685.780 (52,82 %) ;
Persepi = Audit kredibel, tidak perlu tunggu hasil resmi KPU ?
Saya harus konsisten dengan mementingkan kebenaran Ilahi diatas segala wacana pembenaran kepentingan belaka (walaupun itu pada fihak dimana kita berada) sebagaimana yang saya katakan pada saat mensikapi hasil survey beberapa waktu yang lalu Sebagai berikut :
Data survei hanyalah kalkulasi statistik perkiraan yang didasarkan pada sejumlah responden yang (tidak su'u zhon) bisa saja sudah diatur/atau teratur/ berdasarkan pesanan/kebetulan sehingga hasilnya dapat dimanipulasi/terkonklusi. Yang utama adalah fakta sesungguhnya di lapangan secara keseluruhan (semua voters) bukan hanya terbatas pada responden survei bukan hanya saat lalu dan sekarang tetapi juga nanti. Secara pribadi saya tidak terlalu merisaukan hasil survey yang dilakukan (mungkin karena orientasi saya selama ini adalah keberkahan bukan pemenangan). Satu hal yang mungkin kita lupakan adalah validitas representasi dari populasi yang dilakukan apakah memang authentic adanya atau sekedar manipulative.  Fihak Jokowi – JK sebagian besar adalah relawan bukan bayaran ditambah dengan koalisi kekuatan partai yang ramping (walau memang akan kuat nantinya karena relative bersih dari transaksi koruptif) namun pada saat ini harus diakui tidak sekuat fihak Prabowo – Hatta sehingga harus diakui sangat minim dari segi kekuatan pendanaan untuk mengkampanyekan keberadaannya apalagi untuk agresi pembanggaan elektabilitas. Walau saya lebih suka kepastian daripada sekedar persepsi keyakinan dalam memandang kebenaran atas kenyataan yang sesungguhnya namun demikian kita juga perlu memperhatikan kemungkinan tersebut jika memang demikian adanya. Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Jika saat ini turun itulah waktu kita harus terbuka (muhasabah & mujahadah) untuk memperbaiki diri, jika saat ini naik inilah saat kita tetap terjaga (tidak lengah/jumawa) untuk meningkatkan diri lagi.
Jangan berputus asa – teruslah beusaha. Sebetulnya (QS 12: 87) 1) saya tujukan kepada mereka yang sejak semula panic mencari-cari cara menegakkan diri dengan menjatuhkan lawan dengan penghalalan aneka cara (kampanye hitam dan negative) namun virus ‘kekafiran/kefasikan’ tampaknya menjalar/menular ke fihak sini juga untuk ikut-ikutan (imma’ah). Kembalilah sederhana – sembada dan prasaja lagi. Yang utama teruslah bertindak dengan benar demi keberkahanNya dan insya Allooh kesuksesan akan mengikutinya. Ada dua kekuatan lain yang bahkan lebih besar namun belum bekerja secara nyata selama ini selain kekuatan mesin partai dan responden pendukung yang kalian dan mereka kalkulasikan, yaitu : kesadaran rakyat (terutama swing voters yang tidak terjangkau statistic dan justru populasi terbesar di luar lingkaran kepentingan politik di negeri ini) dan terutama Kuasa keIlahian (jangan pernah lupakan ini – (QS 59: 18 – 20) 2)).  Di bulan suci Ramadhan ini segalanya bisa saja terjadi dimana dengan keshobaran ;  benih kebaikan yang lemah namun direstui bumi (rakyat) karena diridhoi olehNya akan menjadi kuat dan semoga bukan sebaliknya.(QS 2: 2493) atau QS 3:123 4) 
Yang penting bukan bagaimana awalnya kita tetapi bagaimana akhirnya nanti. Orientasikan diri untuk selalu mementingkan kebenaran demi perjuangan/ keberkahanNya (hingga 2019 nanti) dan jangan cemaskan diri hanya sekedar membenarkan kepentingan memenangkan/mengalahkan (pilpres tahun 2014 ini) belaka. Jujur saja saya lebih cemas jika kita tidak istiqomah hingga tahun 2019 nanti daripada keikhlasan mengalah di tahun 2014 ini karena Tuhan pastilah menginginkan kita semua sebagai bangsa untuk bersegera memberdayakan diri sebagaimana harusnya ketimbang menunda memperdayakan diri seperti sebelumnya (QS 13: 11) 5). Transformasi perbaikan, Transparansi keterbukaan dan Transendensi keberkahan sudah seharusnya tegak secara haq di negeri ini.
Salam 2 jari – bangkitlah lagi menguatkan diri. Bukan hanya demi kebajikan kita untuk istiqomah memperbaiki diri dan memberdayakan kemajuan negeri ini tetapi juga demi kebijakan mereka untuk ikhlash tidak menzalimi diri sendiri dan memperdayakan bangsanya nanti. 
REFERENSI =
1)        QS 12 Yusuf : 87 =
“ Yaa baniyya, idzhabuu fa tahassasuu min yuusufa wa-akhiihi wa laa tay-asuu mir rowhillaahi. Innahu laa yay-asu min rowhillaahi illaal qowmul kaafiruun.”
[12:87] Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
2)        QS 59 Hasyr :  18 – 20 = 
18) Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha. wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; 19) wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; 20) Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.
18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ; 19) Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. ; 20) Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.
3) QS 2 Baqoroh : 249 =
Fa lammaa fashola thooluutu bil junuudi, qoola: “innallooha mubtaliikum bi naharin fa man syariba minhu ; fa laysa minnii. Wa man lam yath'amhu; fa-innahu minnii. illaa mani ightarofa ghurfatan bi yadihi.”  Fa syaribuu minhu illaa qoliilan minhum. Fa lammaa jaawazahu huwa, walladziina aamanuu ma'ahu qooluu : “laa thooqota lanaal yawma bi jaaluuta wa junuudihi.”  Qoolalladziina yazhunnuuna annahum mulaaquulloohi : “ kam min fi-atin qoliilatin gholabat fi-atan katsiirotan bi-idznillaahi. Walloohu ma'ash shoobiriin.”
[2:249] Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
3)        QS 3 Imron : 123 =
Wa laqod nashorokumulloohu bi badrin, wa-antum adzillatun. Fat-taquullooha la'allakum tasykuruun
[3:123] Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
4)        QS 13 Ra’d : 11 =
lahu mu'aqqibaatun min/m bayni yadayhi wa min kholfihi ~ yahfazhuunahu min amrillaahi. Innallooha laa yughoyyiru maa bi qowmin – hattaa  yughoyyiruu maa bi-anfusihim.  Wa-idzaa aroodalloohu bi qowmin suu-an ~ fa laa marodda lahu ; wa maa lahum min duunihi min waal(in).
[13:11] Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum – sehingga  mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Tambahan Penguatan =
Pilpres di bulan Ramadhan nanti ini adalah penentuan.
Akankah ada keikhlasan ilallooh (lillaah, billaah, fillaah) sesungguhnya untuk mementingkan kebenaran pemberdayaan Badar ?
Ataukah kemunafikan membenarkan kepentingan Uhud (ilayaa, ilainaa, ilaihim) memperdayai bangsa ini lagi ?
Siapkah bangsa ini bersegera memperbaiki negerinya sendiri hingga Tuhan layak melimpahkan bangsa ini dengan perbaikan dan kemajuan dalam keberkahanNya ?
Atau haruskah kita menundanya lagi untuk membiarkan kefasikan semakin lancang melecehkanNya lagi dalam  membenarkan kesalahan dan melazimkan kezaliman di negeri ini ?
Benar dan tidak salah itulah (seharusnya) jalan keberkahan kita demi amanah keabadianNya dalam kehidupan ini. Menang atau kalah itu urusan nanti. Adalah Haq Tuhan melalui hak rakyat untuk menentukannya. Walau menang yang diberkahi untuk segera memberdaya untuk perbaikan diri dan kemajuan negeri kami harapkan namun kami juga akan bisa menerima kekalahan demi ridhoNya (lebih baik kalah mulia daripada menang tercela ~ bukan hanya pada awalnya namun juga nantinya. Semoga Tuhan tidak mengazab bangsa ini sebagai bangsa yang sudah beranjak tua namun tidak mau dewasa tetapi memandangnya sebagai bayi yang tidak buta namun belum mampu membuka matanya akan Realitas kebenaranNya yang bukan hanya tersirat pada fenomena kenyataan namun juga tersamarkan fatamorgana kefasikan).
Terus memberdaya diri dan jangan terperdaya apalagi memperdayai – demi atsar keberkahan perjalanan permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini.
Salam dua jari untuk keberkahan (dan juga untuk kesuksesan yang Insya Allooh mengikutinya) pasangan Jokowi – JK ke segala penjuru kaki langit di seluruh negeri

Tanda zaman memang sudah semakin terbuka menampakkan kehendakNya. Apa yang menjadi kehendakNya akan terjadi walaupun manusia berusaha keras untuk menghalangi. Pilpres adalah media pembelajaran dan pemberdayaan politik bagi negeri ini bukan sekedar mencari pemenang untuk berkuasa namun negarawan yang diberkahi untuk mengayomi bangsa ini. Sebagaimana keimanan harus dibarengi dengan keihsanan sehingga keislaman akan kaffah sejati, kebaikan dan keahlianpun harus dibarengi dengan kearifan agar bukan kenaifan dan keliaran yang terjadi. Walau mungkin ada sejumlah fihak yang menyatakan akurasi dari hasil quick count agak berbeda (lebih obyektif / tidak  subyektif ?) dengan data survey elektabilitas. Namun saya tetap menegaskan untuk tetap menghargai ‘aturan resmi’ yang ada. Intinya tunggulah saat lembaga resmi umumkan hasil murni sesungguhnya (tetap kawal agar hasil tersebut benar adanya walau mungkin tidak sesuai dengan harapan atau perkiraan sebelumnya) dan segera memulai hubungan persaudaraan kembali diantara fihak yang sebelumnya ‘berseteru’ karena rakyat, bangsa dan negara ini memerlukan kita semua dalam kebersamaan, keberdayaan dan kebersatuan …. Indonesia. Adalah lebih bijak bagi semua fihak untuk menjalani ini dengan kesadaran dan dalam kewajaran. Ini adalah refleksi dari tabayun, tasamuh dan tawadhu yang sesungguhnya. Tabayun maksudnya kita menerima kepastian akan kebenaran dari kenyataan yang ada dengan tanpa berapriori satu sama lain. (Kepastian yang sudah jelas nyata lebih diutamakan ketimbang perkiraan yang bisa saja salah). Tasamuh maksudnya kita toleran menghargai perbedaan keberadaan/pandangan dan menghormati perasaan/keadaan fihak lainnya. (tepo saliro/tanggap rasa = jangan ‘umuk’ apalagi ‘keluruk’ jika tidak ingin saudara kita lainnya ‘sumuk’ bahkan ‘ngamuk’). Tawadhu artinya kita berrendah hati akan kebijakan Tuhan yang tersirat melalui pilihan rakyat. (Tidak semua voters yang tidak memilih kandidat lantas diartikan pasti tidak menyukai kandidat tersebut karena bisa saja terjadi karena dia berada dalam lingkaran kepentingan yang berbeda atau dalam sudut pandang yang berlainan). Namun demikian tidak disalahkan (bahkan mungkin seharusnya dianjurkan) bagi setiap fihak untuk melakukan pengawalan suara … tidak semata-mata demi kepentingan pemenangannya sendiri saja namun demi keberkahan pelaksanaan proses pembelajaran dan pemberdayaan demokrasi di negeri ini … agar bukan hanya pada saat ini namun pada saat nanti tidak akan ada lagi penzaliman dan kecurangan yang mungkin terjadi dan akan terulang kembali sebagai suatu kelaziman atau bahkan ‘kepatutan’ yang perlu dikembangkan dan dilestarikan sebagai budaya peradaban bangsa yang ‘adiluhung’.
Vox populi, vox Dei …. Pada hak suara rakyat yang diberikan ada Haq suara Tuhan yang harus ditegakkan. Melalui demokrasi pemilihan sesungguhnya diharapkan melalui kedaulatan rakyat untuk bebas memilih sesuai dengan hati nuraninya sendiri (tanpa terpaksa karena ancaman, terbelenggu dalam lingkaran dan terpedaya dengan penyesatan) maka Transendensi keberkahan suara Kebenaran Ilahi akan dapat diimplementasikan. Namun demikian kondisi ideal yang memungkinkan hadirnya suara murni nurani rakyat ini tampaknya memang akan sulit dilaksanakan dikarenakan senantiasa ada lingkaran kepentingan yang secara alamiah akan terbentuk dan berusaha meraih kepentingannya. Dan itu wajar adanya dalam kompleksitas kebersamaan manusia sebagai zoon politicon (makhluk sosial) dan karenanya kita akan menerima suara asli voters sebagai acuan dari demokrasi yang bisa dilakukan sebagai alternative yang memang dirasakan lebih manusiawi karena kesetaraan terhadap setiap warga pemilih ketimbang alternative lainnya (system dynasti kerajaan atau bahkan kepemimpinan eksklusif semacam khilafah dan lainnya) walaupun memang tidak dapat dipastikan nantinya bahwa kekuatan mayoritas yang demokratis selalu identik dengan kebenaran kualitas akan kepemimpinan yang lebih baik . Disamping itu diperlukan kultur demokrasi yang sehat dan system penyelenggaraan yang kredibel untuk menampung demokrasi tersebut sehingga memungkinkan keberkahan atas kebenaran dan kenyataan yang terjadi apa adanya. Walau saya bisa menerima keberadaan quick count atau survey elektabilitas lainnya dalam pemilihan namun demikian adalah benar adanya jika demi kebajikan dan kebijakan bersama kita tetap menyerahkan ketetapan dari penyelenggara (TPS hingga KPU) untuk menunjukkan kredibilitas amanah kepercayaan (kebenaran Ilahiah dan keresmian lembaga) yang diberikan kepadanya untuk melaporkan kepastian hasil nyata yang sebenarnya terjadi di lapangan tanpa rekayasa apalagi tipu-daya dari semua voters yang ada (tidak sekedar perkiraan statistic pada sejumlah sample populasi yang dipandang sudah layak ditentukan sebagai ‘representative’ saja). Namun demikian walau legalitas penyelenggara memang harus dihargai demi legitimasi kebersamaan saya juga menghargai upaya real count kenyataan (bukan ‘real count’ keinginan apalagi pesanan) berdasarkan hasil resmi penyelenggara sebagai bagian partisipasi aktif bagi transparansi publik adanya untuk mengawal keberkahan bukan hanya produk namun terutama proses demokrasi di negeri ini. Kepastian hasil resmi yang asli apa adanya dari semua voters disamping kebenaran proses demokrasi yang berlangsung adalah indicator bukan saja kesuksesan namun juga keberkahan bagi negeri ini.     
Seandainya hasil pilpres nanti menjadikan Pak Prabowo sebagai pemenang hendaknya fihak Pak Jokowi tetap legowo, ucapkan selamat dan berikan pendukungnya untuk juga mendukung dalam pemerintahan mendatang demikian pula jika terjadi sebaliknya. Seandainya Pak Jokowi yang ternyata terpilih (maaf  demi keberkahan berikutnya) selain melaksanakan janji politik sebelumnya maka saran bagi fihak pak Prabowo juga berlaku kepada bapak Jokowi walaupun dalam paradigma pandangan yang agak berbeda sesuai dengan latar keberadaan yang ada. Kemenangan hanyalah awal bukan akhir tujuan. Sebagaimana kemerdekaan adalah awal bagi pemberdayaan bangsa dan kesejahteraan rakyat dalam kedaulatan negara, kemenangan (pilpres) hanyalah titik mula bagi perjuangan demi keberkahanNya berikutnya dalam kebersamaan seluruh unsur bangsa dan untuk keberdayaan bagi semua. 

1. Jangan ulangi kecenderungan kesalahan sejarah lama yang sama
Walau  mungkin kurang tepat dan agak terasa dini untuk menyatakan jangan ulangi kesalahan sejarah yang sama pada ‘new comer’ (pendatang baru) atau  pemain lama yang sudah terbukti / teruji sebelumnya namun saya sependapat dengan pak Prabowo agar kita tidak perlu ‘kemresik’ (merasa suci) karena pada dasarnya potensi untuk buruk bisa saja terjadi pada siapapun juga. Perlu ketawadhuan agar keistiqomahan pada jalanNya nanti tetap diberkahi dan bisa terjaga. Adalah bijak untuk tidak hanya belajar dari kesalahan orang lain pada masa lalu agar kesalahan yang sama tidak perlu terjadi pada diri sendiri pada saat ini dan di kemudian hari namun juga agar senantiasa waspada akan kemungkinan keterpedayaan diri untuk hal yang bersifat baru pada saat nanti. Penyelewengan mandat amanah kepercayaan rakyat bisa saja terjadi di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Walaupun ekspektasi kepercayaan publik besar dikarenakan kerjasama yang dibangun adalah tanpa syarat sehingga tidak mungkin ditekan oleh kelompok kepentingan manapun juga namun demikian blunder penyelewengan kekuasaan tetap saja akan bisa terjadi (baik disengaja atau tidak). Untuk itulah keistiqomahan dalam memandang segala sesuatunya secara benar dan seimbang dan menjalaninya dalam keberimbangan dan kebijaksanaan perlu diperbaiki (jika dirasa masih buruk dan tetap ditingkatkan walau dianggap sudah baik).
Kepemimpinan nasional adalah amanah bukan anugerah ataupun musibah. Presiden bukan hanya kepala Negara tetapi juga Bapak Bangsa yang harus mengayomi semua. Rangkul lagi seluruh elemen bangsa dalam kebersamaan dan keberdayaan Indonesia. Harmoni kebersamaan yang baik dan sinergi kerjasama yang benar perlu diutamakan. Anda bukan lagi petugas kader dari suatu partai  ataupun kandidat dari suatu koalisi tetapi sudah dipercaya sebagai negarawan bagi seluruh rakyat. Integritas kepemimpinan nasional sebagai putera bangsa adalah lebih utama mengatasi segalanya. Walaupun kita tetap harus menghargai dan tidak melupakan asal mula kita namun demikian ada saatnya pada setiap kedudukan dalam pendakian bahwa kita harus melepas keterikatan pada fase satu agar dapat melekat dengan benar pada yang tanggung jawab yang lebih tinggi dan luas. Perlu kearifan dari partai/koalisi untuk tidak menyandera kader/kandidatnya dengan kepentingan dirinya saja bukan saja demi kebaikan dirinya namun juga demi keadilan semuanya. Dengan tetap mementingkan kebenaran maka keberkahan Ilahi akan diraih dan kesuksesan sebagai pencapaian by product in process juga akan diperoleh (bukan hanya bangsa/negara namun juga semuanya termasuk partai/koalisi akan menerima keberkahanNya dengan lebih benar adanya bukan hanya saat ini tetapi juga saat nanti …. Jika bukan sebagai kredibilitas reputasi pencapaian nama baik  pada hidup di alam fana ini, insya Allooh sebagai amalan jariyah yang berlimpah di akherat kelak).    
 Negeri ini adalah Bumi Tuhan bagi setiap putera bangsa bukan hanya saat ini tetapi juga saat nanti. Kedaulatan NKRI adalah harga mati. Kalau perlu buat rame (istilah pak Jokowi) jika ada yang mengusik NKRI … tidak sejengkal tanahpun (istilah pak Prabowo) boleh hilang terlepas dari bumi persada ini. Negeri ini adalah titipan Tuhan untuk tetap ada sebagai amanah keabadian bagi generasi mendatang dan akan terus lestari dalam keberkahanNya – negeri ini bukanlah warisan para pendiri bangsa sehingga bukanlah hak yang haq untuk menggadaikannya terlalu lama apalagi menjualnya untuk selamanya. Nasionalisasi asset bangsa dengan pemilikan pada BUMN tampaknya akan lebih baik nantinya daripada renegosiasi kelompok kepentingan belaka. Indikator peningkatan asset negeri pada setiap periode kepemimpinan nasional dan semakin terakselerasinya tujuan nasional bangsa dalam mewujudkan masyarakat adil makmur materiil spirituiil sebagai model keteladanan pada masa kepemimpinan berikutnya perlu dilakukan pada periode ini dan mulai saat ini. Anggaran surplus berkembang (pengembalian sisa dana kegiatan yang tak hak diminuskan dan tak haq untuk dikosongkan agar berimbang apalagi ditambahkan pembocoran/penekorannya) yang memungkinkan effisiensi pengeluaran dan pengembangan input pendapatan (melalui pemasukan laba BUMN, Dana Bangsa/Infaq Hibah disamping pemasukan pajak) tampaknya memang perlu dibudayakan keterbukaan transparansinya kepada publik. Kesegeraan transformasi dalam merealisasi program yang realistis dan taktis terencana dan terkontrol pada setiap pembangunan nyata perlu diutamakan ketimbang penelitian/perumusan konseptualisasi proyek mercusuar belaka yang akan memboroskan waktu, membocorkan dana dan memperdaya negeri ini. Transendensi keberkahan dalam meningkatkan pemberdayaan kualitas hidup rakyat (pendidikan, kesehatan, pekerjaan, transportasi, infrastruktur, wira usaha, dsb), pembangunan negeri (policy kebermanfaatan kebijakan pemekaran/penggabungan wilayah pembangunan, control tanggung jawab pemerintahan pusat NKRI terhadap ‘federasi’ otonomi daerah), memantapkan ketahanan nasional (dengan kemandirian dan keberdayaan bangsa) disamping kesiagaan pertahanan dan keamanan (Hankamnas, Hankamrata, dsb), membawa kebaikan dan perbaikan bagi sesama (mediasi konflik internasional dengan menghargai penegakan kedaulatan bangsa, perdamaian wilayah kebersamaan dan keberdayaan sesama bangsa termasuk kebijaksanaan bukti pasti atas janji pengakuan palestina merdeka sebagai permasalahan kemanusiaan dunia bukan atas dasar sentimen agama atau antipati rasial belaka),  penuntasan masalah di Surakarta & Jakarta sebagaimana juga di seluruh wilayah Indonesia lainnya perlu dilanjutkan lewat istana negara (alangkah baiknya jika pilkada serentak juga diagendakan nantinya berbarengan dengan pemilihan lainnya bukan hanya demi effisiensi anggaran dan effektivitas waktu namun terutama untuk ‘fair play’ mencegah kesenjangan/kecurangan kader pejabat & birokrat publik incumbent nantinya), pemberdayaan negara maritime (Hankam wilayah persada dirgantara di bumi Nusantara, kebermanfaatan ekonomis distribusi/transportasi antar pulau,dll). Intinya demi keberkahan Ilahi maka setiap program harus dilakukan, setiap janji perlu dibuktikan, setiap visi/misi wajib diwujudkan. Yang lama dan sudah terbukti/teruji baik dampaknya  bisa dilanjutkan ;yang baru perlu ditelaah kelayakan, kemanfaatan, dan kesegeraannya secara matang sebelum dilaksanakan secara mantap demi kelancaran, kesuksesan dan terutama keberkahanNya.   

2. Perlunya saatnya Ishlah Perbaikan Bersama
Walaupun sesungguhnya ishlah perbaikan akan lebih utama (walau ‘ewuh’) jika itu didahului dengan kerendahan hati (tawadhu) dari fihak yang ‘dianggap’ bersalah. Namun demikian akan lebih mulia (dan juga terasa mudah) jika dimulai dari kebesaran jiwa (mahabah) fihak yang ‘merasa’ dirugikan. Tak perlu kepicikan perlunya ada pengorbanan/dikorbankan lagi (dan juga bukan kelicikan upaya untuk menyudutkan/ mengakali orang lain untuk rela berkorban atau tega mengorbankan lainnya demi pembenaran kepentingan dan pembelaaan kesalahan diri/faksi yang tersirat ?).
Upaya fasilitasi bagi rekonsiliasi nasional akan kebersamaan dan kebersatuan seluruh elemen bangsa dan para tokoh negeri adalah sangat mutlak diperlukan demi kebaikan dan perbaikan bangsa ini di waktu mendatang. Perlu kearifan bagi semuanya untuk menerima garisNya yang telah terjadi dan tak mungkin ditarik kembali. Apa yang terjadi di masa lalu memang akan selalu menjadi penyesalan pada masa nanti bagi para pelakunya namun hendaknya jangan menjadi pembebanan yang tak berkesudahan dalam perjalanan sejarah bangsa ini hingga selamanya. Hendaknya itu digunakan sebagai ‘koco brenggolo’ (cermin hikmah) bagi kita saat ini untuk tidak gegabah membenarkan kesalahan dan ceroboh melazimkan kezaliman pada saat ini bukan hanya untuk mencegah cela dunia dan noda ukhrowi bagi pelakunya namun terutama demi kebaikan sesama dan perbaikan bersama nantinya.

3. Perlukah saatnya mempersiapkan Regenerasi 
Estafet kepemimpinan adalah suatu keharusan pada saatnya nanti. Sebagaimana tersebut sebelumnya : Kesadaran kaderisasi/keberlanjutan regenerasi terasa lebih bijaksana daripada ketamakan berkuasa untuk menghindari chaos kepemimpinan pada masa mendatang, Adalah perlu keteladanan dalam kepemimpinan nasional sebagai warisan dan juga panduan bagi kepemimpinan perjalanan bagi generasi berikutnya. Perlu penciptaan iklim yang sehat bagi kemunculan kader terbaik bangsa untuk di’wakaf’kan sebagai pengemban amanah publik yang tidak tersandera oleh pembenaran kebanggaan/ kepentingan partainya disamping upaya pembelajaran dan pemberdayaan demokrasi sehat (tidak membenarkan mentalitas pragmatisme : money politic, mafia parlementer, rezim presidential, dsb) dan pembudayaan kampanye positive nantinya (tidak melazimkan kezaliman ‘pembunuhan karakter’ dan inovasi akal-akalan kecurangan pemenangan, dsb) disamping kedewasaan dalam mensikapi dan menjalani bersama-sama proses demokrasi secara bijaksana (bagi publik/media/timses (?) = tetap bersabar menunggu untuk menghargai legitimasi legalitas penyelenggaraan untuk menetapkan hasil resmi walau hasil asli mungkin sudah diketahui – tidak perlu : nggege mongso/ngentahke – mandheke/ ; Bagi yang kalah (?) = tetap legowo menerima jika ternyata jumlah mayoritas voters bukan pada fihaknya dan perwiro memberikan selamat atas keberhasilan dan dukungan demi kebersamaan terhadap yang kebetulan meraih jumlah mayoritas voters ; sedangkan bagi menang (?) = tetap tawadhu tidak usah ‘umuk’/’kluruk’ (berbangga dan takabur menyombongkan diri) karena akan memacu/memicu fihak lainnya ‘sumuk’/ ’ngamuk’ (gerah kesal dan marah menghancurkan) ; untuk kemudian menganggap kemenangan itu sesungguhnya adalah kemenangan bagi semua (bukankah ada sekian persen rakyat yang memilih kandidat lainnya juga) dan merengkuh seluruh elemen bangsa sebagaimana layaknya seorang negarawan (karena garisNya telah menjadikannya sebagai pemimpin bersama bagi seluruh bangsa ini) untuk menjaga kebersamaan sesama dan bersama membangun keberdayaan bagi semuanya.     


Epilog
HADITS ? Uzlah nihayah
Hadits Keempat Puluh
عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .
[رواه البخاري]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Kun fiid-dunyaa kaa-annaka ghoribun au ‘aabiru sabiilin
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ (Riwayat Bukhori)
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي لاَيُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
Al mu-minul~ladzii yukhoolithun naasa wa yashbiru ‘ala adahum a’zhomu ajroon milladzii laa yukhoolithun naasa wa laa yashbiru ‘alaa adzahum.  “Orang Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar menghadapi gangguan mereka itu lebih besar ganjarannya dari orang Mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka,” ( Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Al-Bukhari, Ahmad, dan Abu Nuaim).
Para mantan rekan mistisi mungkin mencela (namun saya yakin untuk menjaga kemurnian batinnya mereka pastilah hanya sekedar menyayangkan atau cukuplah memaklumi saja) artikel ini dikarenakan saya mungkin dianggap terlibat terlalu jauh (tidak sekedar terkait namun terasa sudah terikat pada hal duniawi … politik lagi … wah, payah kalau tidak mau dikatakan parah). Namun demikian dengan tanpa maksud membela apalagi mencela jika kemudian saya menyatakan bahwa hal ini mungkin tetap perlu (walau tidak harus ?) dilakukan untuk sekedar sumbang saran bagi kebajikan sesama dan kebijakan bersama sebagai warga bangsa. Walau diam tanpa kemelekatan memang akan lebih memungkinkan kita untuk dibenarkan dengan tidak melakukan kesalahan (termasuk juga kebaikan?) namun itu juga bukan suatu keutamaan jika kita membiarkan avidya kebodohan/pembodohan  terus terjadi tanpa merasa ikut bertanggung jawab dan mencoba untuk ambil bagian saling asah, asih dan asuh untuk mencerahkannya. Walaupun memang keterlibatan mungkin cukup jauh namun semoga kemelekatan tidaklah dalam sehingga upekkha nishkarma – keseimbangan batin dan keikhlasan hati tetap terjaga. Kehidupan fana ini hanyalah lintasan garis keabadian dimana segala tindakan kita akan berdampak pada atsar kesejatian kita berikutnya. Jalani saja permainan keabadian yang disebut kehidupan ini secara dewasa dan dengan bijaksana. Semua ini hanyalah media pembelajaran dan pemberdayaan dariNya untuk mengembangkan kearifan kita dalam menerima kenyataan, keahlian kita untuk mengatasi permasalahan dan kebaikan kita untuk menghayati kebersamaan. So,…. jika saja artikel ini ternyata memang tidak cukup membantu – semoga ini tidak akan dipandang sebagai mengganggu adanya. (Lagipula saya juga tidak suka jika terlalu lancang untuk menggunakan hak bicara secara tidak haq terlebih setelah baru saja mengalami dan perlu menjalani ishlah perbaikan kedinasan dan kehidupan). 
Walaupun tidak su’u zhon (buruk sangka karena mudah-mudahan memang tidak demikian seharusnya) – sebagaimana suara rakyat biasa lainnya – suara ini walau mungkin hanya terkesan sederhana namun semoga saja kemudian (tidak) akan segera menghilang terabaikan. Ini hanyalah suara keheningan dari sebagian besar swing voters negeri ini yang berada di luar kepentingan politik praktis (kandidat, timses dan lingkarannya) untuk menjaga dan membawa  diri dengan tetap berpartisipasi (tidak golput) dan sekedar kelayakan (kewajaran atau kesadaran ?) menggunakan hak pilih untuk menjalani kehidupan demokrasi di negeri ini dalam mengaspirasikan harapan rakyat yang sebenarnya sangat sederhana :
-        Berdayakan kami dengan ikhlasnya keteladanan (namun jika tidak mau) janganlah perdayakan kami dengan kepalsuan pencitraan belaka.
-        Mudahkan kami dalam penghidupan di negeri ini (namun jika tidak mau) janganlah persulit kami dengan ketentuan yang terlalu menyusahkannya.  
-     Bantulah kami dalam perjalananan keabadian hidup ini (namun jika tidak mau) janganlah bebani kami tanggung jawab kesalahan karma kolektif pada akhirnya.
Setiap program harus dilakukan, setiap janji perlu dibuktikan, setiap visi/misi wajib diwujudkan. Karena setiap suara kami adalah amanah bagi kepercayaan yang walau bukan anugerah untuk kesewenangan namun semoga ini bukanlah juga musibah yang terlalu merepotkan.

HADITS KEDUA BELAS
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
[حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا]
Terjemah hadits :
Min husni islaam mar-i tarkuhu maa laa ya’niihi
Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya
(Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya)
Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).

Wasalam.

POSTING = di blogspot.com , Google Account , Facebook

Teguh.Qi - Sharing Forever

Senin, 07 April 2014

SUMBANG SARAN MANAJEMEN NETBOOK


SUMBANG SARAN MANAJEMEN NETBOOK
Seperti berkendara, jika kemampuan kendaraan kita biasa saja, maka kita sendirilah yang seharusnya  perlu meningkatkan kecakapan (keahlian dan kepekaan) kita sebagai pengendara untuk mengatasinya. Hardware bisa canggih, Software boleh mutakhir namun Manware seharusnya juga mampu secara bijak dan lihai memberdayakan setiap sarana yang tersedia (termasuk computer, laptop, netbook, dlsb). Kehidupan ini mengajarkan saya banyak hal (dan saya yakin akan tetap selalu demikian adanya) tentang ini.
Saya hanya guru desa biasa yang tidak memiliki bekal memadai lewat kuliah/kursus informatika dan oleh karenanya, sering menemui banyak permasalahan berkaitan dengan permasalahan ini. Sehingga adalah sangat perlu bagi saya dengan kerendahan hati dan kesungguhan diri untuk terus belajar melalui siapapun dan dari apapun juga untuk bukan hanya mencari solusi tehnis terhadap permasalahan yang saya hadapi untuk segera diatasi namun juga untuk mengembangkan strategi taktis memberdayakan diri dalam segala keterbatasan yang saya miliki. Media internet terutama para blogger yang sangat bergairah men-share ilmu, info dan data file mereka sangat membantu proses ini. Untuk itu saya berterima kasih dan sebagai rasa syukur saya juga berusaha untuk mengimbangi dengan membalas budi dengan men-share kebajikan yang sama juga di sini pada saat ini. Melalui Blog Internet, kita akan saling berbagi untuk saling asah, asih dan asuh memberdaya diri selamanya. 
Sekedar flashback pengenalan diri saya akan bercerita dulu. Sebelumnya saya memiliki laptop (cukup hebat menurut ukuran saya dari segi fisik dan harga tentu saja). Namun dikarenakan ketidak-ahlian dan ketiada-bijakan saya laptop tersebut rusak hanya dalam waktu 1.5 tahun (IC VGA Mainboard terbakar). Kinerjanya yang full bahkan over (20 jam sehari semalam) untuk mengerjakan tugas sekolah,social kemasyarakatan. kedinasan, sanggar MGMP dan juga kuliah Paska ditambah dengan kegaptekan dan kecerobohan saya dalam merawat dan meruwat laptop tersebut tampaknya jadi alasan utama bagi Tuhan untuk memberikan hikmah pelajaran dalam sekolah keabadian yang bernama kehidupan ini. Kehidupan adalah sekolah actual kita semua yang agak berbeda dengan sekolah formal biasanya. Jika di sekolah formal kita biasanya diberikan pelajaran kemudian setelah itu baru diujikan pengetahuan tersebut maka di sekolah kehidupan ini agak terbalik kita diberikan ujian dulu yang namanya permasalahan untuk kita alami sebagai pengalaman untuk kemudian setelah kita amati dan terima secara bajik dan bijak untuk kemudian kita atasi sesuai dengan kehendakNya. Semoga keberkahan atas niat pembelajaran ini bisa diterima dan usaha pemberdayaan ini bisa dicapai dan kesuksesan juga mengikuti. Saat ini saya hanya memiliki satu netbook (kreditan namun Insya Allooh sudah akan lunas) yang coba saya rawat dan ruwat dengan formula baru yang saya terima dariNya lewat apapun juga dan siapun saja (termasuk internet). Formula utama yang saya share (reload – hasil pemberian orang lain atau upload – hasil olahan pengalaman pribadi) untuk bisa anda download antara lain sebagai berikut =    
A.    CARA MENGUBAH USB FDD MENJADI BOOTING WINDOWS DVD
B.     CARA INSTAL  WINDOWS 7 dengan USB FDD
A.    INSTALASI SOFTWARE PASCA WINDOWS 7
NB =
Usahakan selalu manajemen file (baik master program ataupun data dan media) dalam folder – sub folder untuk kemudahan pencarian dan kerapihan pandangan. Netbook saya terdiri atas 3 partisi (dimana partisi C khusus untuk Windows system dan Program Files saja dengan data document sedikit ; sedangkan partisi D hanya terdapat 3 folder besar dengan subfolder rinci di dalamnya untuk : Data , Media, dan Input lain ; sementara partisi E terdapat 3 master folder : Software, Games dan file Ghost untuk system netbook). Master program dan juga dokumen sebaiknya sudah dikemas dalam folder dan lebih baik lagi jika dijadikan Image (gunakan : Power Iso) atau minimal terkompres (gunakan : WinRar) untuk menjaga keamanannya. File (Exe untuk setup aplikasi dan juga data dokumen office terutama doc dan mungkin juga xls) cenderung mudah tercemar oleh virus dan berubah /rusak  atau bahkan tidak disadari menjadi media bagi perusakan system windows.
NB Untuk share Software       
B.     MASUKAN DATA
Master data (Folder files Dokumen, Software ataupun Multimedia) sebaiknya juga dikemas dalam bentuk Image (gunakan : Power Iso) minimal terkompilasi dalam folder beserta sub folder nya (untuk  untuk menjaga keamanannya. File (Doc, Xls ) cenderung mudah tercemar oleh virus dan rusak atau bahkan mungkin tidak disadari akan  menjadi media bagi perusakan system windows.
NB  Untuk share Document
C.    KESIAGAAN  DARURAT
Tiada system yang sempurna, jika system itu terlalu sempurna maka system tidak akan jalan. Ini adalah ungkapan informatika yang sering saya camkan saat ini. Sebagaimana hardware computer yang memiliki batasan umur teknis dan ekonomisnya dimana karena keausan kinerja elektronisnya akan tiba saatnya dia akan malfungsi (bekerja namun tidak normal lagi seperti semula) hingga berakhir dengan disfungsi (tidak mampu bekerja lagi karena sudah rusak berat) maka software akan demikian juga halnya. Dimana perlu sikap bijak untuk mengantisipasi dari kerusakan yang sangat mungkin terjadi, antara lain dengan cara instalasi ulang atau dengan restorasi yang sudah seharusnya disiapkan sebelumnya. Dulu saya biasa memakai cara yang pertama (lebih fresh namun sangat memakan waktu disamping tenaga dan biaya). Namun kemudian saya lebih suka cara terakhir karena waktu yang relatif lebih singkat (bandingan 5 jam lebih untuk Instalasi = 1 jam kurang untuk restorasi). Ini relatif lebih bijak dilakukan terutama saat kita repot (bukan hanya perlu namun juga diburu waktu untuk menyelesaikan tugas penting sementara kondisi komputer parah, hang dan tidak bisa digunakan) dan juga demi effisiensi waktu, tenaga dan biaya .   
RESTORE SISTEM TANPA GHOST
CARA ME-RESTORE SISTEM  TANPA GHOST 
RESTORE SISTEM DENGAN GHOST
CARA MEMBUAT BOOTING GHOST USB
CARA ME-RESTORE DENGAN GHOST 

SUDAH FINALE

02 KOMENTAR VLOG 
dari Blog Akun maxwellseeker@gmail.com 
02 MaxwellSeeker atau https://maxwellseeker.blogspot.com 
Minggu, 15 Mei 2022 KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022)
REHAT 17052022/IDEA/NEWEST/02 TS MaxwellSeeker 15052022 KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022).docx
REHAT 17052022/IDEA/NEWEST/02 TS MaxwellSeeker 15052022 KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022).pdf

KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022)

KOMENTAR VLOG TQ

https://www.youtube.com/watch?v=AS1-63yNlUY
upload video terbaik. rahasia esoteris samatha bhavana via metode anapanasati dan satipathana sutta akhirnya terungkap juga ke publik. terima kasih atas pencerahannya. (Truth Seeker)
GANTI : transkrip F4
saya bukan Buddhist jadi mohon maaf dan tolong direvisi jika ada kesalahan dalam penulisannya.
Teguh Kiyatno
Teguh Kiyatno, terima kasih atas transkripnya. Sādhu...sādhu...sādhu
Ya ... Sebagaimana DBS yang men-share video “Samma-Dhamma” tersebut, saya juga hanya melakukan hal yang seharusnya bisa saya lakukan dengan men-share file transkrip tersebut. By the way, (maaf, jika pra-asumsi saya salah)  … Dikarenakan kemurnian Sila, kehandalan Samadhi dan kemantapan Panna adalah master-plan bukan hanya bagi kedewasaan psikologis eksistensial namun juga untuk pencerahan spiritualitas versi Buddhist maka untuk pencapaian kemantapan Panna, selain landasan kemurnian moralitas Sila, adalah sangat diperlukan kehandalan bhavana … meditasi untuk merealisasikan proses sejati pelayakan ‘diri’ (realisasi insight > refleksi intuitif > konsepsi intelek). So, bisakah DBS meng-upload panduan meditasi sebelum dan sesudah hari ke 7 tsb (via video atau file) agar gambaran kami untuk rangkaian tahapan perkembangan realisasi tersebut bisa lebih jelas ? Terima kasih.

https://www.youtube.com/watch?v=3IJKtaXx50g
Thanks for always uploading great videos .... Spiritualitas adalah masalah aktualisasi keikhlashan bukan defisiensi kepamrihan. mementingkan kebenaran universal sejati bukan membenarkan kepentingan eksistensial semata. pencerahan spiritual aktual tdk sekedar kedewasaan psikologis konsep. Ah... seandainya saja ini sudah tercapai sebagai tataran diri dan bukan sekedar wawasan idea saja.
Teguh Kiyatno bahasanya 😱👍😃

https://www.youtube.com/watch?v=6govpLZGsjM
Terima kasih untuk DBS yang kembali mengupload video Ashin Kheminda tentang meditasi via bahasan Mahāsatipaṭṭhāna Sutta sesi awal ( Uddeso - 1 Kāyānupassanā - Ānāpānapabbaṃ) setelah sebelumnya sesi 3 Cittānupassanā ..... Semoga kemudian juga mengupload utk sesi 2 Vedanānupassanā dan 4 Dhammānupassanā .... Sangat diharapkan sebagai referensi taktis penempuhan bagi para meditator.

https://www.youtube.com/watch?v=XS2lA36lEF0
Komentar Maharathi Dihapus (tidak tepat / bijak/ ethis bagi seeker utk menyela apalagi mencela) : Berbicara memang harus benar namun tidak semua yang benar perlu diungkapkan.
: Ada 3 Maharathi baik (Bhisma, Drona dan Karna) yang mengesalkan Khrisna yang dikarenakan faktisitas keberadaannya berada di fihak Kurawa . Guru Pandawa/ Kurawa adalah Drona bukan  Bhisma kakeknya atau Karna saudaranya.
Ganti :
Thanks for always uploading good videos. I Anumodana.

https://www.youtube.com/watch?v=LZieU3M-aoI
Anumodana. Terima kasih atas Samma Dhamma yang ditayangkan. Walau masih ada 2 parami puncak berikutnya (metta dan Upekkha) namun sudah agak semakin jelas dan murni desain yang bisa lengkap utuh difahami dan semoga juga dapat segera dijalani. Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha. (Segala sesuatu yang memiliki unsur akan hancur, capailah kebebasan dengan tekun). rupam sunyata, sunyata iva rupam. ....... Tadyatha : gate gate paragate parasamgate bodhi svaha. (wujud adalah shunyata, shunyata adalah wujud ... lampauilah segalanya hingga kesadaran pencerahan agung pantai seberang). Sangat informatif dan inspiratif terutama kisah angsanya ... semoga kita tidak menjadi mara bagi kehidupan diri kita sendiri apalagi terhadap lainnya sehingga maya (ilusi samsara - istilah sanskrit hindu) tersadari dan mana (kebodohan atta - samyojana 8 pali) terlampaui. Maaf komentarnya panjang dan kacau.
Terima kasih atas komentar-komentarnya yang telah diberikan selama ini. Kami menunggu komentar-komentar yang lainnya. Sekali lagi terima kasih. Sādhu...sādhu...sādhu
Tampaknya …. 10 Parami adalah daun teratai di permukaan kolam yang perlu ditumbuhkan (bukan untuk menghalangi namun untuk melindungi perkembangan spiritualitas) agar 10 samyojana teratasi dan bunga pencerahan layak terealisasi. Walau mungkin masih hidup berada dalam kolam lumpur samsara namun karena tersinari mentari nibbana Dia senantiasa terjaga dan bijaksana (Buddha & Dharma)walau seisi samsara masih terbenam dalam tidur dan mimpi (atta & tanha). Maaf jika intuisi saya salah karena wawasan intelektual saya tentang Buddhisme masih kurang apalagi tataran meditatif insight saya (jujur saja)nol besar.

https://www.youtube.com/watch?v=O4pqM1cTxDQ
Maaf sangat terlambat berkomentar ... semoga tidak terlalu mengacau. Jujur saja, keterbatasan rasio fikiran dan idea bahasa selalu terbentur di sini. Metta sebagai pilar Brahma Vihara  adalah bahasa ilahiah hati dimana akal perlu tahu diri akan batasnya. Ini adalah hal dimana obyektifikasi pengamatan intelek kadang kacau menjangkaunya dan bahkan orientasi penghayatan intuisi tidak mudah menyadarinya. Karena metta adalah berkah ketulusan bagi kesadaran batin yang meniscayakan diri mentransformasi ke-aku-annya yang terbatas untuk melebur secara harmonis dan sinergis dalam ke-esa-an yang lebih luas …. Interconnected Universal Equilibirium. Parami mendasar dan menyasar bagi kerendahan hati untuk meleburkan diri dalam keseluruhan dan menghampakan diri dalam keanattaan. From ‘somebody’ (ilusi VVIP) to “Everyone”  (Oneness) into “NOTHING ? “ (Emptiness = kekosongan sunyata, kesejatian anatta karena segalanya tidak solid sebagai arus perubahan yang terus mengalir … anicca ?). Desain tauhid/ kosmik bagi universalisasi diri yang mengutamakan keseluruhan  dan mementingkan kebenaran holistic semesta bukan sekedar membenarkan kepentingan sensasi dan fantasi pribadi/ golongan saja. ( metta > sneha > kama = agape > filia > eros = metta pema > gehasita pema > tanha pema ?). Tanpa ketulusan tindakan  parami mengatasi kilesa (nekhama atas samsara?), kecakapan jhana menekan nivarana (hingga Samadhi/ samapatti ?) dan kecerahan lokuttara menghapus anusaya (bagi sekha/ariya atas sakaya-ditthi, mana+avijja ?) tampaknya sulit bahkan mustahil memahami, menjalani dan merefleksikannya secara utuh murni tanpa asava. Namun demikian metta adalah factor pelayakan yang harus ditempuh demi tumbuh berkembangnya  pencerahan spiritual dan kedewasaan psikologis bagi setiap penempuh kebenaran dalam kehidupannya ,walau sebagaimana viriya dan panna , pemurnian  melalui puncak  parami terakhir /upekkha/ sangat perlu disandingkan untuk membuat keberadaannya seimbang dalam kesadaran dan pergerakannya berimbang dengan kewajaran. Pencerahan keberdayaan/ pencapaian  kebahagiaan umumnya berbanding lurus dengan mantapnya kebijaksanaan dan handalnya keberimbangan  namun biasanya berbanding terbalik dalam guncangan kemelekatan dan juga silapnya keterpedayaan. Stabilitas keseimbangan / vitalitas keberimbangan  mungkin memang bukan segala-galanya … namun tanpa itu, tidak akan ada yang tumbuh berkembang sempurna atasnya karena sangat rapuh, mudah goyah atau bahkan bisa jadi justru salah arah. Handa dani Bhikkhave amantayami vo Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha “Oh para Bhikkhu, ku beritahukan kepadamu bahwa, segala sesuatu yang muncul dari perpaduan faktor pembentuk sewajarnya mengalami kehancuran. Sempurnakanlah tugas kalian  dengan tanpa lengah.”(Ovadapatimokkhadipatha)….. nasehat inti terakhir oleh, untuk dan dalam setiap ‘diri’ via sabda Buddha Gautama menjelang parinibbana.

https://www.youtube.com/watch?v=E2StS9yNkYs
Anumodana, Bhante Kheminda & DBS. Tergenapi sudah bahasan 10 Parami. Cukup berlimpah referensi yang diberikan pada sessi ini (upekkha atas dualisme lokadhamma 8, waspada spiritual materialism ego diri – chogyam trungpa ?, mahasaropama sutta, lomahamsa jataka, input abhidhamma (Tatramajjhattatā sais kuda dg sati sampajanna / yoniso manasikara ?), esensi anatta (kemurnian sejati 'diri' yang tiada perlu ilusi keakuan?) , makna gnosis Paṭhama Buddha Vacana, sabbannuta nana ; distorsi batin, etc) sehingga perlu rekonstruksi mozaik desain agar integrasi wawasan lebih tepat , orientasi penghayatan lebih benar dan aktualisasi tindakan penempuhan lebih murni …. apapun by-product realisasi yang layak diterima sebagai kammassaka pada setiap proses perjalanan diri nantinya. Terima kasih untuk pemberdayaan diri yang mendewasakan dan mencerahkan. Mohon maaf jika komentar kami selama ini tidak berkenan.

https://www.youtube.com/watch?v=NQwJGSY2JY0
jika tidak ada lanjutan video/audionya (karena tampaknya masih belum selesai).... apa ada transkrip atau informasi tentang ceramah tersebut.... judul / tema , waktu dan tempatnya. Hunting via google, bro (?). Anumodana ... terima kasih atas perhatiannya.
wah kepotong yah bro.... coba nanti saya cek kembali.... trims
sudah dicek, memang terpotong dari audio cdnya, judulnya kebahagiaan, tempatnya di muntilan, waktunya tidak ada keterangan.
ya sudah... Walau bagaimana juga .... anumodana tetap bermudita mengapresiasi atas upaya/ punna /parami menayangkan ceramah audio Samma Dhamma Bhante Pannavaro ini. Sekali lagi terima kasih dan mohon maaf jadi merepotkan, ya .... (bro ?)

https://www.youtube.com/watch?v=M4YuG5XXAvs
Anumodana turut bermudita mengapresiasi dan terima kasih atas upload ceramah dhamma Bhante Pannavaro. Kedewasaan psikologis dalam berpandangan, berpribadi dan berprilaku memang sangat mutlak untuk mengembangkan pencerahan spiritual. Demikian juga pencerahan spiritual dengan kedewasaan psikologis nantinya. Salam Namo Buddhaya untuk Bhante Jyoti Dhammothera di Vihara Mendut dan para rekan Buddhist peserta Manggala Dharma.
+Teguh Kiyatno Terimakasih, semoga bermanfaat, Anumodana

https://www.youtube.com/watch?v=2xDJbfQ5yt4
Anumodana, Bhante. Anatta (tanpa inti diri) adalah terma Buddhism yang unik dan tak diketemukan pada sistem agama, etika, mystics baik eksoteris maupun esoteris di mana saja. Anatta memungkinkan terjadinya aktualisasi murni dan realisasi sejati tanpa upaya kenaifan identifikasi pembanggaan diri apalagi keliaran eksploitasi pembenaran kepentingan belaka. Walaupun masih sulit difahami namun itulah yang harus kita sadari untuk dijalani.

https://www.youtube.com/watch?v=b-PWjt04g3M
Anumodana. Thanks for the explanation of Shunyata ..... (Prajna Paramita Hrdaya Sutra).

https://www.youtube.com/watch?v=dtbl5aWKMm0
Is there anybody who has English subtitle or Indonesian translation for the episode. I am really impressed the expressions of the dialogue between Khrisna and Karn. But ... I can not understand the Indian language used here. I feel there is a great wisdom .... about the illusion of samsara , the wisdom of kshatria or whatever ethical philosophy of our human life existed here. Please, just for the sake of goodness.

https://www.youtube.com/watch?v=axx_qzx9bPY
Anumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS.  Oghatarana sutta (penyeberangan banjir) adalah sutta krusial bagi para teratai kehidupan di kolam keruh abadi samsara dalam mengatasi ogha 4 (kama, bhava, ditthi, avijja) untuk senantiasa terjaga dan terarah baik karena keniscayaan level pencapaian Ariya Buddha atau masih dalam tahap penempuhan Neyya Savaka. Walau secara label duniawi kami hanyalah padaparama dhamma seeker di luar sasana, besar harapan kami agar oghatarana sutta secara lengkap tuntas terbahas via abhidhamma dan kitab komentar tidak seperti Mahasatipathana Sutta yang masih kurang dalam bahasan Dhammanupasana lalu. Perlu trigger pemicu dan pemacu untuk memadukan mozaik pengetahuan agar desain Dhamma lengkap utuh terpadu untuk merealisasikan kedewasaan psikologis instinctive, kecerdasan perspektif intelektual, ketanggapan penghayatan intuitive disamping tentu saja walau sulit mutlak diperlukan kelimpahan parami pendukung, keberadaan talenta sebagai tihetuka pugala dan ketuntasan pencerahan insight melampaui faktisitas imanent lokiya samsara : dimensi duniawi , surgawi – laduni , ilahiah Brahma – anagami suddhavasa hingga realitas transenden lokuttara nibbana untuk bukan hanya mampu menjalani namun juga mengatasi dan melampaui ogha samsara ini . Menjadi selalu terjaga dan terarah dalam mimpi samsara memang perlu proses untuk progress dan tidak bisa instant secara dependen namun segalanya perlu dilayakkan mulai disini, saat ini dan dalam diri ini sebagai faktisitas yang kita miliki …. appamadena sampadetha.
Terima kasih atas semua komentarnya, Pak. Mahasatipatthanasutta memang tidak diselesaikan ceramahnya karena pertimbangan tertentu. Akan tetapi Ashin Kheminda akan menuliskannya secara lengkap dalam buku satu hari nanti. Buku Mahasatipatthanasutta dengan komentar dan subkomentarnya sudah dijadikan salah satu daftar buku yang akan diterbitkan oleh DBS. Harap bersabar menunggu. Apabila menginginkan buku2 karya Ashin Kheminda silakan mengisi form ini: melalui link: bit.ly/DBSbook DBS akan mengirimkan buku2 tersebut ke alamat Anda.
Ya... Maaf jika komentar kami terkesan 'tranyakan' dan merepotkan. Data sudah kami kirim via Gmail.Terima kasih.

https://www.youtube.com/watch?v=zSOt6yCBrSs
Anumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas Dhamma Desana pembahasan Oghatarana Sutta ini. Sangat berguna dalam memperluas dan mempertegas cakrawala wawasan pengetahuan yang tanpa ambiguitas dissonansi kerancuan apalagi dikotomi pemisahan. Keberadaan kitab komentar (atthakatha, tika dan anutika sebagai referensi kebijaksanaan pengetahuan dari para Ariya Savaka) dan abhidhamma (‘psikologi metafisik’: ilmu ‘jiwa’ tanpa jiwa tentang Fenomena Imanen seluruh wilayah keberadaan nama rupa hingga Realitas Transenden tataran lokuttara kasunyatan sebagai referensi introspektif kesadaran diri untuk pengetahuan pariyati , dalam patipati penempuhan dan demi pativedha pencapaian) dalam pembahasan Sutta sangat membantu dan hendaknya diapresiasi positif sebagai upaya benar yang sadar dan tulus para penempuh (terutama Neyya Buddhist) untuk melayakkan wawasan dan tataran dirinya pada JMB 8. Spiritualitas memang memutlakkan integritas autentik dan totalitas holistic dalam keseluruhan aspeknya (‘adhikari ?’ – istilah mystics : pelayakan “being deserved” bukan hanya dalam konsistensi wawasan  pengetahuan namun juga dalam proses penempuhan dan output pencapaiannya) oleh karenanya Setiap pemberdaya hendaknya tidak terpedaya untuk selalu melayakkan penempuhan dirinya secara benar, tepat dan bijak agar sesuai dengan kemurnian orientasi tujuan seharusnya. So, kontroversi rimba pendapat di kalangan para Buddhist (bahkan para Bhante V ?) bukan hanya tidak arif namun justru tampak naïf dan ini bukan hanya sangat merugikan keharmonisan dan keberlangsungan Dhamma Sasana ini saja namun terutama (dalam  istilah ogharatana sutta) akan menyeret /menghanyutkan bahkan bisa jadi justru akan menenggelamkan pertumbuhan perkembangan spiritualitas pribadi masing-masing. Maaf jika kritik keprihatinan/kepedulian ini perlu kami ungkapkan walau saya yang sesungguhnya dalam label peran eksistensial duniawi berada di luar sasana  perlu tahu diri ,tahu malu dan tahu sila untuk intervensi atas problem internal ini. Sangat disayangkan jika Lokuttara Dhamma yang sesungguhnya dalam pandangan para truth seeker memiliki jangkauan pemberdayaan yang bukan hanya meliputi namun juga mengungguli dan melampaui religi dan mistik lainnya ini terdegradasi sebagai mistik lokiya belaka atau sekedar menjadi agama pengharapan / ethika kepercayaan biasa saja atau bahkan menjadi adhamma atau non-dhamma sebelum siklus masanya.
Susah ganti :
….  Sangat disayangkan jika Lokuttara Dhamma yang sesungguhnya dalam pandangan para truth seeker memiliki jangkauan pemberdayaan yang bukan hanya meliputi namun juga mengungguli dan melampaui religi dan mistik lainnya ini akan segera terdegradasi mengapung sebatas mistik lokiya "saja" (pencapaian unio mystica brahma, svarga kamaloka, lokiya abhinna, etc) atau terhanyutkan sekedar sebagai tradisi ritual formal agama pengharapan / ethika kepercayaan biasa saja atau bahkan tenggelam menjadi non-dhamma/adhamma (?)sebagaimana kecenderungan alamiah permainan delusi selancar samudera samsara ini sebelum siklus surut masanya tiba .... Tanpa harus melupakan kewaspadaan untuk selalu memberdaya dan saling memberdayakan maka kebijakan/ kebajikan untuk saling dewasa menerima keberagaman tetap diutamakan bukan hanya untuk menjaga/ membina kebersamaan namun terutama untuk mencegah rangkaian keterpedayaan (kenaifan/ keliaran) yang cenderung akan datang eksternal/internal. Ini adalah Dhamma yang sangat dewasa yang bukan hanya perlu disikapi dengan dewasa namun perlu dijalani secara dewasa.

https://www.youtube.com/watch?v=q9cvudk0Vrk
Saddhu 3x ... Anumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas Dhamma Desana yang sangat informative dan inspirative dari 4 session Oghatarana Sutta ini untuk memperluas pemahaman dan memperdalam kesadaran para Dhamma Vihari. Keberadaan kitab komentar dan abhidhamma dalam pembahasan Sutta sangat membantu dalam mengembangkan wawasan pengetahuan untuk meningkatkan tataran penempuhan pada JMB 8 secara penuh sehingga progress pencerahan transcendental bisa direalisasikan dan dampak kedewasaan universal bisa direfleksikan sebagai keniscayaan (konsistensi permanen by product magga phala nibbana ?). Dengan pemahaman atas Niyama Dhamma Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya secara bijaksana sebagai kewajaran adanya dan dengan kesadaran atas Lokuttara Dhamma ini semoga kita semua senantiasa memberdaya diri dengan sebaik-baiknya sebagai kelayakan padanya.. Tampaknya addukha (ketidak-menderitaan, ketidak-terpedayaan, ketidak-mengkhayalan) berbanding lurus dengan kebijaksanaan kita untuk senantiasa arif dan suci dalam merealisasikan kebenaran realitas hingga universal-transendent dan berbanding terbalik dengan kemelekatan kita yang naïf dan liar terhadap fenomena keberadaan yang sebatas immanent-eksistensial saja. Jika dipadukan dengan Dhamma Desana tentang Annata Lakhana Sutta lalu (plus Bahiya Sutta ?) mungkinkah perlu sikap batin yang lebih mendalam lagi semacam (meminjam istilah paradoks mystic advaita Taoisme) ‘wei wu wei’ (the action of nonaction) – Just action, without 'acting', since (there is actually) no actor … meng’ada’ secara sadar dan tulus dalam tindakan murni (~ kiriya ariya > punna kusala ?) sebagaimana kesedemikiannya keniscayaan akan kasunyatan, tanpa terlalu mengada-ada secara naif demi keakuan dan kemauan apalagi dengan liar terlalu mengada-adakan untuk pengakuan dan pembenaran kepentingan(?). Tiada standar ganda dalam Alitheia Parama Dhamma yang bukan hanya universal namun transendental ini. Segalanya (termasuk tindakan/ucapan, fikiran /pandangan dsb) senantiasa bergema dan cepat atau lambat akan berpotensi berdampak menuju kembali ke sumbernya. Walau secara konsep Dia secara empiris mungkin tidak mudah terakui dan sebagai symbol Dia externally tidak perlu dilekati secara fanatis apalagi dimanipulasi namun internally secara esensi bukan hanya perlu difahami secara holistik namun harus dijalani secara autentik .. Walau mungkin terlambat/ masih tersesat/ memang lambat namun semoga tetap tidak terlalu lengah terlelap untuk masih tetap perlu banyak belajar dan berlatih agar menjadi lebih terjaga lagi. Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Sangat ditunggu Dhamma Desana/ Dhamma Class tentang Dhammacakkapavatana Sutta menjelang Waisak nanti. Anumodana atas Mahakusala Parami semua Dhamma Dana yang diberikan … Selamat Tahun Baru 2019 dan semoga kebahagiaan/kedewasaan untuk menerima segalanya sebagai media pemberdayaan adanya , kewaspadaan untuk tetap terjaga tak terpedaya dan kebijaksanaan untuk senantiasa semakin terarah dalam memberdaya bisa diaktualisasikan dan direalisasikan selanjutnya …. Namo Buddhaya. Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta. Appamadena Sampadetha. Dhammo Have Rakkathi Dhammachari. Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhi Svaha.

https://www.youtube.com/watch?v=z1mMrR6Fwj8
Anumodana , Bhante Santacitto dan DBS atas pembahasan mendalam lintas sutta plus kitab komentar tentang kumarapanha sutta cukup mengesankan dan sangat menegaskan kebulatan desain atas kandungan kompleks paradoks konsep terminologis ahara 4 (yang ternyata tidak sedangkal verse sutta seperti yang kami perkirakan sebelumnya). Kebijaksanaan transedental dalam faktisitas keterlibatan eksistensial tanpa perlu kemelekatan esensial khas Buddhisme kembali menunjukkan keunggulan klasnya yang walau tetap meliputi namun mampu melampaui delusi permainan konsep samsara ini. Buddha dan Buddhisme sungguh merupakan figure dan system yang sangat unik dan menarik. Buddha tanpa menafikan factor mistik parami dan level tihetuka pugala bawaannya secara genius mampu memanfaatkan keberadaan mediocre sugati-dugati alam dunia sebagai manusia dengan mampu men-triangulasi pengetahuan/pengalaman , merealisasi pencapaian/penembusan dan memformulasi kaidah paradigma yang bukan hanya terbuka (untuk realisasi pembuktiannya) namun juga terjaga ( dalam konsistensi kebenarannya ) jika telah difahami secara utuh dengan benar, bijak dan tepat. Besar harapan kami pada saat mendatang Alagaddupama sutta (sutta ular air) juga dibahas mengingat bukan hanya memahami idea pandangan benar namun juga cara mensikapi pandangan secara benar adalah kemutlakan yang perlu dijalani dalam selancar penempuhan lokuttara dhamma ini. Sehingga saddha (kebijaksanaan pandangan awal bagi realisasi pembuktian tidak sekedar sanna pembenaran indoktrinasi ‘blind faith’) yang dibangun sebagai pondasi pada JMB 8 dapat teraplikasi tumbuh berkembang berkelanjutan dalam Panna kesejatiannya (pra & paska pencerahan) serta terhindari kekonyolan eksternal militansi – fanatisme primordial, pembenaran eksploitasi identifikatif yang cenderung terjadi pada religi/mistik yang masih (sudah / memang?) berada di level lokiya dhamma.

https://www.youtube.com/watch?v=snnxTWzeeD8
Anumodana Bhante Santacitto dan DBS atas Dhamma Class Kumara Panha Sutta … Sayang baru terbahas 4 dari 10 pertanyaan yang walau tampak sederhana namun ternyata sangat mendalam dari Buddha Gotama yang dijawab Arahat Sopaka (1 ahara /samaditthi sutta 4: kabalika, phassa, manosancetana, vinnana/ 2 nama-rupa /simile pancakhanda phema sutta & Magic of Mind kalakarama sutta – Bhante Nanananda / , 3 Vedana /sukha-dukkha-asukhamasuka/,  4 Cattari ariyasaccani / KM 4 ; Visuddhi Magga : Sankhata = 1 pengertian Dukkha Samsara, 2 Tanha penyebab Dukkha, 3 JMB 8 untuk melampaui Dukkha via menembus pengetahuan dan pembebasan sejati & Asankhata = 4 Realisasi Nibbana) … Padahal kami masih menunggu hingga akhir pertanyaan ke 10 Faktor atribut Arahat (Mahacattarisaka Sutta= JMB 8 bagi para siswa penempuh + 2 khusus level arahata : Sammāñāṇassa & sammāvimutti ? ) dan berharap input Rathavinita-sutta (dasar 7 jalan Kesucian Visuddhi Magga Buddhagosa ? ) juga dijelaskan sbg 'bridge' atas kesenjangan referensi kami pada tayangan retreat pabajja DBS / Sayalay Uttara sudah membahas sampai pada tahap penembusan materiality / mentality ?/. Namun demikian dikarenakan faktisitas yang ada,  kami tetap bersyukur telah mendapatkan informasi berharga dari sesi ini. Namo Buddhaya. Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta

https://www.youtube.com/watch?v=tPAi5_mgmWE
Pembahasan yg sangat dinantikan, telah terwujud. https://youtu.be/2MExiXR7md8
Anumodana Bhante Ashin Cakkapāla dan DBS dan Terima kasih juga kepada Bapak Hermannurhadi atas sharing Blog & Vlog anda … Jujur saja semula saya sering tersenyum kecut kepada diri sendiri di hadapan misteri senyum harmoni visuddhakarunanana Buddha rupang dikarenakan terkadang begitu rumitnya memahami ‘jalan fikir’ Nya dan lebih sangat sulitnya menembus ajaranNya (bukan hanya yang tersurat dan bisa diungkap tetapi juga yang mungkin masih tersirat dan perlu disingkap), namun video anda tentang aktualisasi spiritual di atas (maaf … tidak mencela) membuat saya bisa terhibur dan tersenyum lebar sejenak /karena saya sempat kaget dengan kopiah muslim yang bapak kenakan, isi pembicaraan dan salam akhir yang diucapkan/ … saya respek dengan antusiasme kepolosan, kesadaran dan ketulusan bapak untuk saling berbagi kepada sesama dalam perjalanan keabadian ini. Izinkan saya menyerap isi blog dan vlog bapak untuk kemudian (dalam kelelahan dan pelapukan di usia senja ini) jika memungkinkan saya juga akan berbagi tentang referensi dan refleksi tentang permainan keabadian yang disebut samsara kehidupan ini … delusi mimpi - yang jika mampu walau sejenak - kita perlu terjaga akan kesejatian segalanya.
Terima kasih atas respek & respon dari iseng saya pak @Teguh Kiyatno. Saya simpatisan Buddhism, kenapa? karena karma lampau saya menyebabkan saya hidup saat ini hidup di lingkungan Non Buddhism (isteri, anak & lingkungan). Namun patut disyukuri karena saya mengenal ajaran Dhamma skrg ini, dan ajaran tsb mudah didapat skrg melalui Inet (YouTube, Blog & Situs Web). Dan Inet itulah yg dpt mengisi waktu luang saya utk iseng membuat Blog & Vlog Suka2, syukur2 bs menginformasikan kpd khalayak ramai non Budhism bhw ada pengetahuan lain yang berbeda (padahal pengetahuan tsb adalah kesunyataan), agar mrk bs lbh wellcome dg perbedaan, bs memaklumi yg lain, lbh bijak & tdk salah (keblinger) dlm mengamalkan ajaran agamanya. Terima kasih juga jika bpk berkenan sekali2 hadir di Blog & Vlog saya. Salam.

https://www.youtube.com/watch?v=Eb-BeHYCLag
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan publik 6 sessi Dhamma Class kajian Āsīvisopama Sutta ini. Semula kami merasa sutta ini agak intimidatif namun kemudian kami bisa menerima sutta yang memang karakeristik yang beralur tema dukkha ini sangat informatif dan inspiratif pada akhirnya. Terlebih lagi bahasan kali ini juga ditambahkan proses pencerahan 16 nana melalui penembusan materiality - mentality yang kami tunggu. (plus jawaban bhavanga pada meditasi retreat peserta) Sama seperti perlunya segera terjaga dari tidur bermimpi & mengigau maka Nibbana Pencerahan sesungguhnya adalah hak bagi semuanya untuk disadari / difahami (baik Sangha Bhikkhu / umat awam bahkan setiap makhluk dalam samsara ini).... Perkara mereka akan mau menempuh dan mampu menembusnya itu terserah pribadi masing-masing /Dilemma faqir para pembabar : Walau mungkin tidak disalahkan untuk tidak memberitahu kepada yang belum layak menerima namun tidaklah bisa dibenarkan untuk menyembunyikan kepada yang memang layak menerimanya (bukan hanya karena 'under-estimate' kemampuan namun karena 'urgency' keperluan yang bersangkutan)/ Namo Buddhaya


https://www.youtube.com/watch?v=OfvYT8o2Wds
Munafik arahat palsu Bahiya 1 43:32 kukuh teguh dalam kemunafikan. 1:02:01 arahat palsu
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu..
PROLOG  
Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
STATISTIK ?  
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
BAHIYA SUTTA ?  
Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
EPILOG
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.2

https://www.youtube.com/watch?v=2UxXn_4I5wE&t=1186s
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta hingga akhir ini. Banyak referensi informative yang berguna bagi para truth seeker untuk mengembangkan wawasan pengetahuannya dan semoga hendaknya menjadi refleksi inspirative bagi para Dhamma Vihari untuk meningkatkan tataran penempuhannya.2
Teguh Kiyatno, terima kasih sudah mengikuti seri ceramah ini. Sādhu...sādhu...sādhu1
"2:50" mulai desana
"3:50" skala prioritas kehidupan, antara lain kebajikan 10: Dhamma Savana kajian kitab suci.
"6:51": permohonan Bahiya kepada Buddha untuk Dhamma desana bagi pencapaian jhana - magga - phala.
"8:35" tradisi etis kata 'kami' > saya  
"9:43" kematangan indriya spiritual 5 /saddhā & panna, viriya & samādhi , sati /+sampajjana ?/= reseptivitas batin /perlu wadah yang layak bagi penembusan & pencerahan (boddhicitta ?)
"12:20" Samvega ketergugahan /kemendesakkan faktisitas kehidupan atas ketidak-pastian ketika tibanya kematian (baik karena prilaku diri atau bukan).
"15:11" kesadaran (kejujuran dan ketulusan) = kemurnian media bagi peniscayaan keberdayaan.
"15:53" alasan penundaan Dhamma Desana Buddha Gautama kepada Bahiya (kitab komentar) : demi kasih sayang , untuk respek Dhamma
"18:07" Panduan direct-insight Buddha Gautama kepada Bahiya Daruciriya : Oleh karena itu, Bāhiya, kamu harus melatih demikian — “Di dalam apa yang terlihat akan ada yang terlihat semata; di dalam apa yang didengar akan ada yang didengar semata; di dalam apa yang dikenali akan ada yang dikenali semata; di dalam apa yang diketahui akan ada yang diketahui semata.” •“Bāhiya, kamu harus melatih demikian dengan sungguh-sungguh. Bāhiya, ketika—untukmu—di dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat semata… di dalam apa yang diketahui hanya ada yang diketahui semata… •… oleh sebab itu kamu, Bāhiya, bukan karena itu. Ketika kamu, Bāhiya, bukan karena itu maka kamu, Bāhiya, tidak di sana. Ketika kamu, Bāhiya, tidak di sana maka kamu, Bāhiya, tidak di sini tidak juga di sana; tidak di antara keduanya. Hanya inilah akhir dari dukkha
"19:29": transedensi penempuhan via latihan simultan adhi sila, adhi citta & adhi panna . JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = Samma "saddha" 2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) – Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) – Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi) /Dhammacakkhapavatana sutta / + Samma Panna 2 : Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti) / Mahacattarisaka Sutta/) ?
 "21:26" Panna Phasa (kontak bijak ) dalam meditasi insight ? merealisasi karakteristik anicca, dukkha, annata atas 6 obyek (indrawi 5 & batin 1) via proses kognitif dalam rangkaian kesadaran pada landasan semata sehingga tanpa persepsi reaktif lobha, dosa & moha demi parinna (pengetahuan akurat yang harus diketahui & diinvestigasi pada proses citta niyama tersebut) termasuk bhavanga.
"53:36" definisi anicca - dukkha - annata. Anicca ketidak kekalan fenomena : muncul - lenyap tak kembali lagi. dukkha penganiayaan muncul - lenyapnya fenomena. Anatta tanpa terkendali diri.  
"56:39" magga pembebasan meditatif : tiada lagi terserap mengidentifikasi karakteristik fenomena alamiah kesadaran dalam lobha, dosa dan moha tsb sebagai "diri" (aku - milikku)
"1:06:33" fenomena melihat karena gabungan empat kondisi alamiah tanpa diri semata : sehatnya indra mata, adanya obyek bentuk yang masuk dalam jangkauan mata, ada cahaya dan ada perhatian.
 "1:09:07" persepsi identikatif "ini milikku, ini aku, ini rohku" karena adanya tanha (nafsu keinginan), mana (kesombongan) , ditthi (pandangan salah).
"1:11:11" pandangan tegas Theravada tidak adanya alam antara paska kematian . misinterpretasi pandangan mencapai nibbana di interval (Theravada merujuk hanya bagi anagami di suddhavasa yang kemudian mampu mencapai nibbana )
"1:16:24" kemunculan magga citta & Phala citta Bahiya
"1:17:09" nibbana : anupadisesa & saupadisesa :; parinibbana : kilesa parinibbana - khanda parinibbana
"1:18:57" dampak karma buruk masa lalu untuk kewafatan masa kini Arahat Bahiya. Samana Dhamma Bhikkhu (pariyati - patipati). pencurian pata civara pacceka Buddha pada masa tiada Buddha. kerbau yakhini.
 "1:26:16" dhammapada 101 & etadaga khippābhiññāna
"1:29:17" Sasana ini tidak menyulitkan. Kepatuhan Bahiya untuk tidak menyulitkan.
 "1:30:22" Nibbana vs Lokantarika. Kegelapan tidak dapat eksis pada Dhamma yang tidak memiliki rupa.
"1:32:53" jawaban pertanyaan : dukkha disebabkan anicca anatta juga? Walau tidak menolak adanya fenomena sukkha, namun secara hakiki sukkha bisa berubah (muncul -lenyap) dan terkondisi juga oleh karenanya bisa diartikan dukkha (logika pada anatta lakhana sutta). tiada fenomena muncul lenyap pada realitas Nibbana.
"1:36:37" Dhamma desana selesai
@Dhammavihari Buddhist Studies terima kasih atas Dhamma desana tsb. Maaf semoga ini tidak dianggap tranyakan jika saya menanyakan "1:11:11"  tentang antara bhava .... Grand Design Samsara memang delusif (seperti labirin fatamorgana yang tidak selalu mencerahkan namun bahkan sering terkadang menyesatkan) namun tidak chaotik (dalam artian konsistensi niyama dhamma penyangganya). Puluhan tahun yang lalu saya pernah membaca buku (mungkin Anand Khrisna ?) yang membahas Bardo Thodol Chen Mo /Vajrayana Tibetan/ bahwa Guru Padmasambhava ada mengatakan bahwa proses pencerahan masih memungkinkan menjelang kematian dengan cara melampaui bardo ?(walau mungkin akan sangat sulit bagi puthujana non-meditator untuk melampauinya dalam kondisi naza dimana kesadaran melemah untuk segera jatuh dalam arus bhavanga yang semakin menguat mengiringi gati nimitta yang semakin jelas ). Dan bagaimana pandangan Theravada dan kitab komentar tentang keberadaan Buddhasetra Amitayus/Amitabha - surga sukhavati Mahayana ( 48 Maha-Pranidhana ikrar suci Bhikshu Dharmakara di bawah bimbingan Buddha Lokesvararaja : Nanya Sutra) ? . Maaf kami memang tampak masih mencari "celah" karena kebersihan kilesha hanya bisa dilakukan magga phala nibbana bukan sekedar jhana samatha apalagi ritual upacara semata maka alam antara di samsara ini yang memang sangat kondusif dan bhava samsara yang jelas reseptif untuk pencerahan Nibbana memang benar yang tegas dinyatakan Theravada hanya 5 alam suddhavasa dari 31 alam kehidupan ( tinggal 5 dari 10 samyojana yang belum ? ) sebagaimana anagami Brahma Sahampati. ( komentar balasan  tampaknya di’hide’ …. Sangat bijak  untuk menghindari resiko dan dampak jika harus dibiarkan terpublikasi)
Komentar berikut (?)
Bahiya 2 :
Bhante Kheminda : asava asal avijja ? … advaita mandala : mentari nibbana dalam biasan pelangi samsara ?
Bhikkhu Boddhi : makhluk karena proses kimiawi (kosmik : rupa jivitindriya + nama cetasika … ahara Lokantarika & cittta abhasharra ?).  It is just a play.. mentari dibalik pelangi. Tak ada yang perlu dilekati apalagi dibenci. Walau tetap perlu keterlibatan namun harus dengan kebijaksanaan. Orientasi keabadian adalah keberdayaan penempuhan … Melampaui bukan menjauhi. Senyum harmonis sabbanutta nana Buddha untuk yang tersirat dari apa yang tersurat.
Mahacattarisaka sutta 1 :
Mahacattarisaka sutta 2 :

https://www.youtube.com/watch?v=ZUylYtGfJmM
Anumodana Bhante Ashin Kheminda & DBS atas tayangan 4 sessi Dhamma Desana  Mahācattārīsakasutta yang cukup sarat dengan referensi informative / refleksi inspirative di dalamnya.
Terima kasih telah memilih sutta yang sesungguhnya merupakan Desain Global Dhammadhipateyya Buddhisme dalam transedensi penempuhan simultan (adiduniawi > duniawi) JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = Samma "panna" 2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) – Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) – Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi) /Dhammacakkhapavatana sutta/+ Samma Panna 2: Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti) / Mahacattarisaka Sutta/).
Selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2563 BE/2019 M. Namo Buddhaya bagi Beliau yang telah murni terjaga sebagai Samma Sambuddha , yang telah membabar Ariya Dhamma (lokuttara > lokiya) tiada noda dan yang telah mencapai parinibbana (kilesa + khanda) tanpa cela

https://www.youtube.com/watch?v=Z2cLyiZDPHE
Anumodana Bhante Ashin Kheminda & DBS atas tayangan Dhamma Desana menarik Pengkajian Kitab Suci (PKS?) Alagadupamma Sutta paska Dhamma Dipateyya kualitas Arahat 10 Mahacatarisaka sutta dan Dhammacakhapavatana sutta Waisak lalu..
Sesungguhnya banyak sekali referensi informative dan refleksi inspirative yang kami dapatkan dari 2 sessi awal ini. Namun dikarenakan keterbatasan faktisitas masih rendahnya keberdayaan intelgensi (intelek,& intuisi – insight x instink), masih ribetnya harmonisasi keberadaan eksistensial padaparama grihasta di luar sasana (muslim), masih belum bijak meluangkan prioritas kepadatan waktu yang tersedia serta masih-sulitnya mengungkapkan idea dalam rangkaian kata/kallimat yang tepat dan ringkas maka tidak mungkin tuntas kami ungkapkan segera dan seketika.
Prolog :
Orientasi mendasar dan mendalam (obsesi internal > ambisi eksternal) truth seeker hanyalah menemukan Parama Dharma (Dharma Sejati Azali yang Abadi ?) Realitas Kebenaran Tunggal tersirat yang mewujudkan keberagaman label & level fenomena keberadaan yang ada (tentu saja sesuai dengan batas jangkauan referensi dan realisasi  intelgensi yang mampu dicapainya) sebatas immanent /lokiya/ atau  transcendent /lokuttara/ , dalam level instinctif ,intelektual, intuisi hingga bahkan insight sebagaimana yang dalam pandanganBuddhisme kembali ditemukan manusia istimewa Siddharta mencapai Samma Sambudha yang kemudian dengan ketulusan VisuddhakarunaNana dari keluasan Sabbanuttanananya Beliau sampaikan sebagai panduan taktis penyadaran, penempuhan dan penembusan kepada para Ariya Savaka … Dhamma pembebasan yang relative sama juga yang akan dibabarkan Samma SamBuddha Maeteyya paska Tusita dan yang juga kelak ditempuh pacceka Buddha (Devadatta paska kebangkitannya dari neraka avicci, Mara papimma Namucci paska penyadaran Bhante Upagupta di zaman Ashoka padanya), dst.
Setiap dari kita sebagaimana bhava samsara yang lainnya pada hakekatnya adalah para truth seeker yang masih heboh dengan pagelaran ‘dagelan nama-rupa’ samsara ini, permainan mentari yang terbiaskan (terpantulkan) dibalik biasan keberagaman aneka pelangi … terlelap bermimpi dan melantur belum terjaga bahkan bukan karena tidak mampu namun belum sadar untuk terjaga.
So, tanpa menafikan tetap perlunya menjalankan harmonisasi tanggung jawab atas lakon eksistensial  yang diperankan , perlu diperhatikan bahkan seharusnya diutamakan transendensi esensi spiritual kelanjutan nanti.
Kebijaksanan antisipatif untuk oroentasi tanpa niatan intimidasi
Awas ! walau memang ada effek kosmik dari apapun yang kita lakukan (tindakan/ ucapan/ fikiran/ perasaan) namun senantiasa ada dampak karmic untuk itu … terlalu melekat tanpa kebijaksanaan akan membawa penderitaan (stress duniawi – rebirth : apaya : tirachana karena kebodohan – niraya akibat kemarahan. Petta ? tanpa keharmonisan universal Brahma Vihara Upekha Mudita sulit layak sebagai paradatujivika biasanya cenderung pada 3 jenis peta lainnya (karena pamrih ketamakan, pelekatan kebencian, kedangkalan pandangan, etc).
Ini adalah Dhamma yang dewasa dan perlu disikapi dan dijalani secara dewasa.  Perlu kebijaksanaan antisipatif untuk waspada terjaga dari segala kemungkinan Keberdayaan tidak sekedar kepercayaan. Kelayakan bukan pelagakan …
Perlu Adhi Sila kemurnian prilaku ( baiknya : aktualisasi murni tanpa eksploitasi tiada identifikasi demi kualitas kusala parami > punna (transaksi pahala) … Peniscayaan Keniscayaan – rintisan karir pengembangan keterarahan sikap batin ariya yang menyadari tilakhana dan menjalani hidup bijaksana berkesadaran Panna Phasa x tanha vedana – Uncommon wisdom ‘Kundalini’ Paticca Samupada)
Lagi … Dana Sila bagus? belum pasti surga kamavacara dicapai (inoptative dampak karma kehidupan lampau bisa jaditidak instant pada kehidupan berikut karena tabungan karmic kehidupan lampau sebelumini – Mahakammavibhanga sutta). Bisa surga ? tidak langgeng tanpa keselarasan Brahma Vihara Metta Karuna, penghindaran issa machariya  kebajikan jatah punna kusala habis apalagi jika hanyamengumbar nafsu kesenangan saja bisa jatuh ke asura  lagipula surga masih akan terkena pralaya setelah dunia …
perlu meditasi Adhi Citta kemurnian Samadhi !
Terus .. Bisa meditasi ? Belum jaminan bisa ke alam Brahma perlu stabil untuk mengatasi naza , melampaui bhavaanga dan melintasi bardo. Bisa Brahma ? Perlu Jhana 4 untuk aman daripralaya … untuk memperkokoh ketenangan + arupa jhana keheningan memperluas jangkauan   Awas kemelekatan abhinna & arupa jhana  + penyimpangan asanasata jhana 4 (pembebasan adalah pencerahan bukan penyangkalan / keterlelapan) . Belum terbebaskan dari samsara? ….
Perlu Adhi Panna kebijaksanaan 
Lanjut ? Tembus tilakhana (vipassana ~ mahavipasssana ? ) – pelayakan silsilah bagi keniscayaan kesucian  magga phala Nibbana. (sotapanna – sakadagami – anagami – arahata). Selesai. Keniscayaan terniscayakan. tindakanpun Kiriya tanpa karma (senantiasa kusala x akusala). kualitas spiritual Tidak terlekati > mampu tidak melekati > tidak mau melekati.  Terjaga > tersadar > terlelap.
Parinibbana kilesa hingga parinibbana khanda tiba.
So, melalui aktualisasi murni tanpa eksploitasi tiada identifikasi orientasikan pada tujuan Nibbana … maka jikapun belum sempurna masih ada kemungkinan yang lebih baik yang mungkin dicapai. (Brahma Jhana 4 Suddhavasa : lolos samsara > Brahma Jhana 4 Vehapala : lolos pralaya > Brahma Jhana 3 : tahapan moksha ?  > Brahma Jhana 2 Abhassara:  kembali samsara > surga hikmat Laduni 3 (antara lain Tusita) > surga nikmat indrawi 3 (antara lain surga sengketa Tavatimsa)…
Kita seperti anak nakal  dengan aneka peran bhava khanda pengembaraan ini  (avisopama sutta mengibaratkan sebagai pencuri ?). Esensi murni yang tidak mengerti kesejatiannya atas kesunyataan ini . Buddha jatuh (Laten Deitas kemurnian yang terlelap dalam mimpi atta samsara) > Brahma jatuh (Laten Deitas fantasi keakuan Ilahiah yang terpancar dari sumbernya – Unio Mystics : Emanasi Tanazul – Taraqi /Kasih Universal  ) > Dewa jatuh (Laten Deitas yang jatuh dari kenikmatan surgawi – Religi : Transaksi Tuan - Hamba) :  
Referensi & Refleksi
1. Analisis : Rasionalitas Kebenaran Samana Dhamma atas rasionalisasi pembenaran Bhikkhu Aritha ?
Semula , saya berharap.
Vimutti Sangha ~ Ariya Sangha  Buddha Sasana ~ Replika Suddhavasa ? (Brahma
Sahampati > petapa Upaka, upasaka Tapussa  & Bhallika , mistisi Alara Kalama Uddaka Rāmaputta, Pancavagya ) : reseptivitas anagami (jhana 4 murni vs rupa asanasati / nama vehapala : tak terjangkau pralaya , aman dari samsara tinggal nibbana : lampaui nivarana 5 tinggal perkuat  pancindriya 5 atasi 5 samyojana 10, tak lagi terjerat sayap lobha dosa tinggal moha : transcendental > universal x eksistensial).
Tebhumaka : Adhi Sila kamavacara + Adhi Citta Bhavana (rupavacara ketenangan + arupavacara keheningan) + Adhi Panna (nana visuddhi 16 vs nanakilesa 10 : Magga Phala Nibbana )
Selibat ? peniscayaan keniscayaan (persiapan & kesiapan Ariya : Anagami & Arahata – Buddha Savaka). Pembebasan bukan hanya karena kearifan , keahlian  namun kesucian (keniscayaan transcendental > universal > eksistensial).
So, maksud tersirat kebijakan vinaya  selibat (pindapatta, etc ?).effektif bagi samana dhamma yang lebih intensif (pariyati , patipati untuk pativedha). Bunga di taman yang tepat lebih mudah berkembang daripada teratai di rawa berlumpur (rentan terbenam) ?
2. Pensikapan Dhamma sebagai media penempuhan hingga bukti pemastian kemurnian risalah bukan sebagai dogma pandangan.
Semula . sanna vs panna (Bhante Punnaji : Sutta Nipata )
Ternyata : Pariyati 3. Bahasan
4. Papanca Dhamma : enam pelekatan
analisis intuiitif mirroring : Tanha - Mana - Ditthi ~ lobha , dosa, moha
Bahasan Lintas Dhamma : Tat Twam Asi (Kaidah Universal Hinduisme) - anda lah Dunia  (Jiddu Khrisnamurti ? / Aliran Theosofi ? / Filsafat eksistensial Barat : JP Sartre?) -
5. Sabbanutta Nana atas Realitas / keteledanan welas asih kepada Savaka atau pencela ?
Segalanya anicca, dukkha dan annata .. tak perlu melekati apalagi membenci.
Awas paradox intuitif x berfikir linear ? Janganlah marah jika mencelaku ? (: mencela yang tercela saja salah –mana (kesombongan perbandingan atta) apalagi yang tak sepantasnya dicela karena ketulusanNya  (kezaliman - Kamikaze kebodohan) 
Tanya :
1. Asava sumber avijja ? (Abhidhamma teaser – Sutta ?).
Osho : Advaita paska Nibbana ? / Brahma Vidhya : Saguna – Niskala ?./
Keungulan pragmatis level keberdayaan Ariya Buddha seandainya terjadi anomaly chaotic > empiric delusif.
Saran
1. Mukhtashor Fiqih (akidah syariat ) / Hikmat (kaidah Tarekat ) Buddhisme > obsesi ideal translasi Pali Ina 1000 tahun ?
Perlu ikhtisar global pedoman taktis Buddhist ( termasuk/terutama umat awam).
Tanpa niatan mementahkan samvega bagi process by product kusala parami yang dilakukan demi ketuntasan product referensi perlu diprioritaskan panduan ringkas praktis (effisiensi waktu, urgensi kemendesakan usia bagi patipati > pariyati, etc) 
Identik Tipitaka (Ringkasan Utama – Referensi – Ulasan  dst)
Deduktif > induktif , Inti – uraian , sketsa visual – rincian verbal.
Sample seperti panduan negeri Buddhist Myanmar kepada warganya (pariyati-patipati-pativedha untuk umat awam /lay people, house holder/), dsb
Link referensi (Google Drive , Blog khusus ?)
DST 
Epilog ( komentar tampaknya didelete. Terima kasih untuk menghindari resiko dan dampak jika harus dibiarkan terpublikasi)

https://www.youtube.com/watch?v=w-QhMDG_vHY
"12:59" pernyataan awal samsara tidak diketahui ? Tampaknya bukan hanya kejujuran autentik Buddha "30:00" namun kebijakan holistik Buddha untuk membatasi simsapa yang perlu diketahui Ariya Savaka atas kemendesakan positivis penempuhan pencerahan ketimbang terjebak dalam referensi spekulatif rimba pendapat yang walau mungkin tidak disalahkan untuk 'pemuasan akal' (semisal konsep intelektual advaita vedanta, saguna - nirguna Brahma Vidhya) namun tidak dibenarkan jika kepuasan pengetahuan intelektual itu justru akan menghalangi penempuhan spiritual yang seharusnya diutamakan. Beliau yang telah mampu melampaui roda samsara dan merealisasi Nibbana tampaknya memahami ini. Realisasi autentik kesadaran, kecakapan dan kelayakan Ariya secara pragmatis lebih effektif .... Keteladanan Samma Saddha Bhante Arahat Upagupta di zaman Asoka. "17:35" kemunculan avijja dari asava 4 (sammaditthi sutta ?). kilesa laten samsarik anusaya pariyuthana vitikama /derivat asava : anusaya - nivarana - kilesha ?/ "29:57" Bhava cakka "31:12" avijja padhana 3 vatta

https://www.youtube.com/watch?v=Vtlc9N-P9-U
Anumodana sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami (Dasapunnakiriyavatthu : dhammadesana, etc) Bhante Kheminda + DBS & youtube. Banyak referensi dan refleksi atas kajian kitab suci Bhārasutta dan Susimasutta.

https://www.youtube.com/watch?v=PExHl6vuep8
Anumodana Bhante Ashin Kheminda & Happy Anniversary DBS. Terima kasih sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami dhammadesana via media youtube ini. Banyak referensi dan refleksi atas kajian hingga saat ini. Semoga jika tidak memampukan kesegeraan realisasi (plan A) masih memungkinkan peningkatan kualifikasi (plan B) setidaknya pemantapan orientasi (plan C) bagi para penempuh Saddhamma ini untuk waktu selanjutnya.
"1:00:01" kalimat penutup ini sangat mengesankan dan cukup melegakan saya. Semula saya memperkirakan pembabaran Dhamma dengan gaya agama walau akan memperkuat kemantapan eksistensialnya namun cenderung akan memperlemah keterarahan transendentalnya. Papanca kecenderungan defisiensi pembenaran kepentingan via identifikasi untuk eksploitasi lokadhamma bisa menyimpangkan kemurnian pergerakannya. Tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). Buddhisme adalah Dhamma penempuhan yang mengutamakan keberdayaan autentik bukan agama penganutan yang mendoktrin kepercayaan fanatik. Saddha adalah awal keterbukaan untuk penempuhan bagi pembuktian kebenarannya (bukan hanya karena memang telah tercapainya Ariya magga namun dampak by product kedewasaan dan keberkahan yang didapatkannya dalam perjalanannya). Untuk penempuhan hingga pencerahan sangat diperlukan bukan hanya kebenaran idea pandangan, namun juga cara pensikapan , arah penempuhan dan mode pengarahan yang tepat dan layak hingga tujuannya. Semoga dengan ini kekhawatiran/keprihatinan alm YM Bhante Punnaji tidak (segera?) terjadi.

https://www.youtube.com/watch?v=urnAcmkFJm8
Terima kasih untuk tayangan video ini, pak Hermanuhadi . Bukan hanya sangat informative namun sangat inspirative bagi kami para seeker. Hanya sedikit yang cukup peka dan jeli memahami tipis /halusnya scenario samsarik permainan kehidupan ini. Lao Tse ada menyatakan jika kita hanya pintar maka kita sesungguhnya  masih bodoh. Pemberdayaan talenta intelgensi seharusnya tidak sekedar melampaui instinctive untuk mencapai intelektualitas (tanpa maksud merendahkan  karena inipun cukup wajar dan sangat perlu untuk harmonisasi keduniawian). Adalah perlu mengembangkan intuisi dan insight bagi pelayakan realisasi transenden yang lebih murni/sejati , pengarahan aktualisasi yang lebih bijak/bajik dan pemantapan orientasi yang lebih handal/mantap baik dalam kehidupan ini maupun berikutnya dalam segala keterbatasan dan pembatasan yang harus diterima, dikasihi dan dilampaui sebagaimana kesedemikianannya keterjagaan yang seharusnya terniscayakan. Terus tertidur dalam mimpi samsarik walau terkadang mengasyikan namun itu adalah permainan kesemuan belaka. Segeralah bangun adalah  suara keheningan Niyama Dhamma yang kemudian diungkapkan oleh beliau yang telah terjaga.  
Saya salut bukan hanya karena kefahaman dan kesadaran ini  namun terlebih lagi karena kepolosan dan ketulusan bapak Hermanuhadi untuk berbagi yang belum bisa (tidak berani?) saya lakukan. Dipersimpangan jalan walau saya berusaha untuk empathy demi harmoni namun kurang holistic untuk autentik (munafik?) sehingga tidak cukup gentle untuk mengungkapkan pandangan kebenaran yang sesungguhnya sangat diperlukan bukan hanya untuk diri saya sendiri namun juga bagi semuanya. Kita memang hanya layak mendapatkan apa yang kita berikan (kebaikan atau keburukan termasuk pembabaran pandangan/ kebenaran ini). Dengan harapan bahwa jika saja saya tidak bisa segera menemukan kebenaran itu sendiri saat nanti maka kebenaran akan kembali menemukan saya dalam ketersesatan perjalanan untuk melanjutkan kembali penempuhan di saat nanti tampaknya saya merasa perlu berbagi pandangan dan referensi paradigma paramatha yang walau secara intuisi sesungguhnya sederhana dalam kemurnian namun secara intelektual rumit untuk difahami, secara instinktif sulit dijalani dan  apalagi secara insight sulit direalisasi.
A LETTER FROM A SEEKER (sepucuk surat dari seorang pencari)
Terima kasih banyak atas komentar bpk yg baik, saya membacanya sampai 3 x utk bisa memahaminya. Terima kasih. Semoga semua mahkluk berbahagia.


https://www.youtube.com/watch?v=PExHl6vuep8&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=18&t=3601s


Anumodana Bhante Ashin Kheminda & Happy Anniversary DBS. Terima kasih sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami dhammadesana via media youtube ini. Banyak referensi dan refleksi atas kajian hingga saat ini. Semoga jika tidak memampukan kesegeraan realisasi (plan A) masih memungkinkan peningkatan kualifikasi (plan B) setidaknya pemantapan orientasi (plan C) bagi para penempuh Saddhamma ini untuk waktu selanjutnya.
"1:00:01" kalimat penutup ini sangat mengesankan dan cukup melegakan saya. Semula saya memperkirakan pembabaran Dhamma dengan gaya agama walau akan memperkuat kemantapan eksistensialnya namun cenderung akan memperlemah keterarahan transendentalnya. Papanca kecenderungan defisiensi pembenaran kepentingan via identifikasi untuk eksploitasi lokadhamma bisa menyimpangkan kemurnian pergerakannya. Tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). Buddhisme adalah Dhamma penempuhan yang mengutamakan keberdayaan autentik bukan agama penganutan yang mendoktrin kepercayaan fanatik. Saddha adalah awal keterbukaan untuk penempuhan bagi pembuktian kebenarannya (bukan hanya karena memang telah tercapainya Ariya magga namun dampak by product kedewasaan dan keberkahan yang didapatkannya dalam perjalanannya). Untuk penempuhan hingga pencerahan sangat diperlukan bukan hanya kebenaran idea pandangan, namun juga cara pensikapan , arah penempuhan dan mode pengarahan yang tepat dan layak hingga tujuannya. Semoga dengan ini kekhawatiran/keprihatinan alm YM Bhante Punnaji tidak (segera?) terjadi.
Terima kasih untuk tayangan video ini, pak Hermanuhadi . Bukan hanya sangat informative namun sangat inspirative bagi kami para seeker. Hanya sedikit yang cukup peka dan jeli memahami tipis /halusnya scenario samsarik permainan kehidupan ini. Lao Tse ada menyatakan jika kita hanya pintar maka kita sesungguhnya  masih bodoh. Pemberdayaan talenta intelgensi seharusnya tidak sekedar melampaui instinctive untuk mencapai intelektualitas (tanpa maksud merendahkan  karena inipun cukup wajar dan sangat perlu untuk harmonisasi keduniawian). Adalah perlu mengembangkan intuisi dan insight bagi pelayakan realisasi transenden yang lebih murni/sejati , pengarahan aktualisasi yang lebih bijak/bajik dan pemantapan orientasi yang lebih handal/mantap baik dalam kehidupan ini maupun berikutnya dalam segala keterbatasan dan pembatasan yang harus diterima, dikasihi dan dilampaui sebagaimana kesedemikianannya keterjagaan yang seharusnya terniscayakan. Terus tertidur dalam mimpi samsarik walau terkadang mengasyikan namun itu adalah permainan kesemuan belaka. Segeralah bangun adalah  suara keheningan Niyama Dhamma yang kemudian diungkapkan oleh beliau yang telah terjaga.  
Saya salut bukan hanya karena kefahaman dan kesadaran ini  namun terlebih lagi karena kepolosan dan ketulusan bapak Hermanuhadi untuk berbagi yang belum bisa (tidak berani?) saya lakukan. Dipersimpangan jalan walau saya berusaha untuk empathy demi harmoni namun kurang holistic untuk autentik (munafik?) sehingga tidak cukup gentle untuk mengungkapkan pandangan kebenaran yang sesungguhnya sangat diperlukan bukan hanya untuk diri saya sendiri namun juga bagi semuanya. Kita memang hanya layak mendapatkan apa yang kita berikan (kebaikan atau keburukan termasuk pembabaran pandangan/ kebenaran ini). Dengan harapan bahwa jika saja saya tidak bisa segera menemukan kebenaran itu sendiri saat nanti maka kebenaran akan kembali menemukan saya dalam ketersesatan perjalanan untuk melanjutkan kembali penempuhan di saat nanti tampaknya saya merasa perlu berbagi pandangan dan referensi paradigma paramatha yang walau secara intuisi sesungguhnya sederhana dalam kemurnian namun secara intelektual rumit untuk difahami, secara instinktif sulit dijalani dan  apalagi secara insight sulit direalisasi.
A LETTER FROM A SEEKER (sepucuk surat dari seorang pencari)
Terima kasih banyak atas komentar bpk yg baik, saya membacanya sampai 3 x utk bisa memahaminya. Terima kasih. Semoga semua mahkluk berbahagia.


https://www.youtube.com/watch?v=9b75jJJEpgI
Dhammavihari Buddhist Studies 13,1 rb subscriber
Saddhu 3x, Bhante Ashin Kheminda atas bahasan kajian kebenaran Saddhama yang relative cukup ‘berani’ tentang Brahmajala Sutta. Cukup terperinci pembahasan mengenai 62 lokiya sankhata dhamma yang dikategorikan sebagai miccha ditthi (pandangan salah  yang dangkal & tidak mendalam/mendasar) berdasarkan realisasi asankhata lokuttara Dhamma dari Buddha Gautama.
Sayang sudah dicukupkan pembahasannya dalam 6 sessi ini…. Padahal kami masih menunggu bahasan krusial pada awal dan akhir  sutta ini untuk juga dibahas , antara lain mengapa Beliau melarang Ariya SavakaNya untuk tidak marah jikaDiriNya dan AjaranNya dicela (Dalam pandangan kami ini bukan hanya karena ekspresi tulus Visuddha-KarunaNya demi focus aktualisasi spiritualitas mereka semata namun juga refleksi kearifan Sabbanuta-NanaNya akan dispersi keberagaman dimensional pandangan yang memang bisa memungkinkan adanya) dan juga larangan bagi para Bhikkhu untuk tidak perlu terlalu mengembangkan lokiya abhinna apalagi menggunakannya sebagai sarana penghidupan/ kekuasaan  (ada korelasi kosmik on process/ by product  antara kesadaran, kelayakan dan kecakapan dalam penempuhan/ penembusan spiritualitas untuk melepas demi tetap senantiasa berkembangnya transendensi kemajuan dan tidak begitu  melekat pada tahap pencapaian  personal tertentu yang  justru berakibat bagi kemandegan, kemunduran bahkan kejatuhannya). Ini mungkin hal utama untuk menjaga etika sila disamping tentu saja samma ditthi atas saddha para neyya Buddhist dalam penempuhannya sebagaimana kami sesungguhnya juga mendapat referensi pengetahuan dari dhamma desana yang telah dipaparkan sampai sejauh ini.
Well..tidak mengherankan jika Scientist sekaliber Albert Einstein (walau dalam kehidupannya tetap harmonis dalam tradisi yahudinya) sebagai Truth Researcher > Faith Believer sangat respek dan menaruh harapan akan Dhamma Kosmik ini bagi masa depan peradaban manusia dalam etika kebersamaan, progress keberdayaan dan wisdom kesemestaan ini yang mendasarkan pada orientasi autentik kemurnian bukan sekedar hipokrisi pencitraan dalam menggapai kualifikasi yang tentunya nyata dan  realisasi yang  pastinya sejati… ini memang bukan hanya kesadaran yang sekedar perlu difahami namun juga kewajaran untuk seharusnya juga dijalani.
Namo Buddhaya… dan untuk kesekian kalinya anumodana bermudita citta atas tetap diadakannya pembabaran Dhamma dari Blog/Vlog Channel DBS dan juga lainnya di masa pandemic global Corona saat ini.2

https://www.youtube.com/watch?v=j0HB6UP22cM&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=20&t=2726s

Terima kasih dan sangat mengapresiasi sharing tayangan gnosis wisdom ELA. (Filosofi Psikologi Barat/Timur : Mistik Yoga - Buddha Dhamma - Tasauf Islami , Kebatinan Nusantara dst). ki-ageng-soerjomentaram-ilmu-jiwa-kramadangsa https://drive.google.com/file/d/1dk2S7Mc5e5_-rQWT6XV8wOIUsAwQHgyM/view?usp=sharing
BALAS
Senang kalau ada manfaatnya. Terima kasih sudah berbagi literatur.
BALAS
@Eling lan Awas Ya.. maafkan saya hanya mampu berbagi literature tsb. Seandainya anda mengizinkan, saya sarankan anda dan juga semuanya untuk memperdalam/ mempertajam kajian filosofi psikologis Kramadangsa KAS ini dengan wawasan psikologi filosofis Abhidhamma Buddhisme demi bukan hanya peningkatan wawasan referensi pada process pendewasaan kehidupan sekarang namun terutama pencapaian tataran realisasi demi progress pencerahan keabadian selanjutnya. Maaf saya hanya seeker dan bukan Buddhist apalagi misionaris … namun Saddhamma sesungguhnya melampaui Mystics, Agama apalagi Addhama ... kaidah kosmik yang berlaku tanpa keakuan/ pengakuan dan seharusnya secara mandiri direalisasi leveling universal transendensinya tanpa ter-eksploitasi labeling eksistensial immanensinya .
Pandangan CG Jung yang bapak kagumi sesungguhnya secara tersirat mengarah ke sana (pengaruh referensi Psychological Buddhist Ethics -Rhys Davids di Eropa saat itu ?).
Tampaknya memang ada desain permainan keabadian di kedalaman yang di permukaan kita sebut sebagai kehidupan ini. Desain kosmik ini tidak sekedar dalam tataran eksistensial namun juga universal dan bahkan transcendental. Diperlukan tidak sekedar individuasi immanen diri bagi aktualisasi personal namun realisasi transenden sebagai media impersonal. Singkatnya secara sederhana triade Sila – Samadhi – Panna Buddhisme secara simultan perlu dilayakan demi pemurnian kesejatian. Komprehensivitas berpandangan, moralitas berprilaku & integritas berpribadi sesungguhnya bukan hanya demi kepantasan pencitraan eksistensial belaka namun idealnya Sila tersebut dijalani secara cakap, sadar dan wajar (tanpa perlu supresi subconscious & represi unconscious tansadar personal) walau memang akan berdampak harmonis & holistic baik eksternal/ internal serta berpotensi melayakkan diri bukan hanya untuk terjaga dari sekapan apaya namun mampu membawa liburan surga (tanpa perlu alam antara sebelum pralaya?) namun akan berdampak memurnikan batin pada tihetuka kelayakan Samadhi penembusan tansadar kolektif bukan hanya dengan kecakapan meditative samatha namun dengan kemurnian Panna kebijaksanaan Vipassana sehingga bukan hanya mencapai Self jati diri keberadaan samsarik batin energy keilahian namun annata melampauinya (arketipe : persona/ shadow/ anima – mengatasi notion moha ‘keakuan’ sotapanna , lobha kelekatan sakadagami , dosa kekesalan anagami & mana avijja bagi keterjagaan samsarik asekha). Finally, media impersonal secara real telah menyadari secara factual dengan realisasi secara realistis dengan pengetahuan/ penempuhan/ penembusan tidak sekedar konseptual (anggapan/ kepercayaan/ keinginan) … membawa berkah bukan hanya pembebasan bagi dirinya sendiri (‘manusia tanpa cirri ?’) namun juga keberkahan bagi segalanya (memayu hayuning bhawono) dengan kesetaraan tanpa kesombongan perendahan lainnya, mengasihi tanpa tanha harapan pelekatan kekuasaan , menerima tanpa perlu dendam membenci karena semua ini hanyalah desain permainan keabadiaan (dagelan nama/rupa) penempaan keberdayaan dan bukan pengumbaran kemanjaan ….
Sati Sampajjana ( Eling lan Awas ... Sadar & Waspada) Walau mungkin mudah dinyatakan namun sungguh sangat susah diwujudkan.


Terlepas dari effektivitas vaksin dalam memicu & memacu herd immunity diri atas virus corona, kami sangat mengapresiasi keteladanan, keperwiraaan & kesediaan bapak untuk menjadi relawan yang pertama di negeri ini ... dan kami bisa memastikan 'percobaan/pengorbanan' ini adalah karena kesadaran & kewajaran yang tulus apa adanya .... sama sekali bukan pencitraan, pembodohan apalagi kemunafikan. Congrats atas tindakan nyata di sini saat ini (& dampak di sana tentu saja kelak).

Saddhu 3x. Penjelasan yang sangat mencerahkan.Be realistics to realize the Real .... keperwiraan berkorban demi mementingkan kebenaran peniscayaan keberdayaan diri dengan tanpa pembenaran kepentingan untuk mengorbankan lainnya ( semakin memperdaya dalam semunya kejahilan, naifnya kerakusan & liarnya kekejaman). Konsistensi amoha, alobha & adosa demi transendensi diri secara eksistensial & universal untuk evolusi pribadi & harmoni dimensi. Anumodana turut bermudita citta.

Anumodana, Bhante Khemadaro ,Samanera Abhisarano & bapak Feby atas tayangan video yang walau temanya memang sangat menarik namun bisa jadi sensitif. KeIlahian memang sentra mendasar & menyasar dalam wawasan/ tataran spiritualitas (ranah agama eksistensial, mistik universal & Dhamma transendental). Pandangan KeIlahian dalam Buddhisme memang unik karena bersifat Impersonal Transenden Nirvanik tidak sekedar Personal Immanen samsarik. Bisakah dijelaskan/ditegaskan ‘konsep’ keIlahian Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak – dari Uddana 8.3 ) dan juga Sang Hyang Adi Buddha oleh mendiang Bhante Sukong Ashin Jinarakhita ?

32. [TEORI] MISTERI 1000 TAHUN YANG LALU + ENDING — BULGASAL EPS 11 & 12
One of the best K‑Drama I've ever seen for all aspects (story, OST, acting, cinematography, etc) ... Not only entertaining but also inspiring. Congrats and thanks for the masterpiece.
Inferensi yang sangat genius, mbak ... Terlepas dari tepat atau tidaknya dengan script scenario resminya, hipotesa transmigrasi jiwa Ok Eul Tae atas perjalanan kehidupan karmik sepasang Bulgasal Dan Hwal dan Min Sang Un menjadi cukup rasional untuk difahami. Thanks and salute.

PLUS = 

33. Eps 446 | BATAS PENGETAHUAN MANUSIA MENURUT KITAB KEJADIAN?
Walau senantiasa ada celah kebebasan dalam keterbatasan internal & pembatasan internal eksternal yang ada demi perolehan kebahagiaan ataupun bagi pencapaian keberdayaan.
Bukan keabadian atau keilahian namun kemurnian yang selayaknya ditekankan dalam paradigma berpandangan manusia agar tetap berpondasi pada kebenaran transcendental , berorientasi pada kebijakan eksistensial dan berorientasi  beraktualisasi  untuk kebajikan universal..
Buat apa mengharapkan keabadian diri karena sejak mumkimul wujud (diri) maujud dalam kehendak penciptaan, emanasi pencitraan ataupun katalisasi peniscayaan (etc) pada fase keazalian (ilahiah – alamiah – insaniah) itu bukankah sesungguhnya segalanya sudah berada dalam keabadian yang berproses dinamis dalam keseluruhan ini.
Buat apa mendambakan keilahian diri karena klaim identifikasi justru akan meninggikan keakuan yang menjatuhkan diri & mengesalkan merendahkan lainnya apalagi upaya mendeifikasikan diri justru akan menyesatkan diri & menyusahkan lainnya dalam semesta kebersamaan ini. walau karena faktisitas kompleksitas dalam transendensi eksistensial & universal  perlu juga true lies internal / eksternal ?
Meminjam istilah fisika kuantum, diri kita hanyalah beragam partikel electron imanen yang beredar terpancar bak gradasi pelangi pada aneka layer dimensi dari sentra inti atom kosmik transenden yang sama … selaraskan saja eksistensialitas diri kitasetara bersama dengan lainnya secara transcendental murni dalam kaidah universalNya. Dengan cara demikian evolusi pribadi tetap bisa dilakukan, harmoni dimensi juga bisa terjaga dan sinergi valensi juga tetap dalam kedewasaan/ pencerahan tanpa perlu konflik internal/eksternal dengan ketepatan pemeranan dari label eksistensial yang perlu dilakukan (true – humble – responsible)
Atau pandangan panentheistik Ibn Araby : Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar
Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).
Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un 
Masihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?


https://www.youtube.com/watch?v=sa6Bdaov7VA&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=4
34.  10 KEKUATAN SUPRANATURAL YANG BIASA DIDAPAT SAAT KEBANGKITAN SPIRITUAL
https://www.youtube.com/watch?v=sa6Bdaov7VA&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=4
Waspadalah para penempuh kemurnian karena by product kemuliaan (godaan atau cobaan?) bisa menjebak anda. Sesungguhnya bukan hanya dengan penempaan meditasi intensif ataupun transaksi perolehan eksternal bahkan kemurniaan sila tampaknya memungkinkan untuk itu. 
Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka (penempuh kebenaran/ Mistik keilahian atau Dharma kemurnian ?)  adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian / keilahian?) walau niatan yang tidak/ kurang benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) .Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). 
Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya  memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?
Disamping triade sadhaka evolusi pribadi yang tetap perlu dijalankan, harmoni dimensi juga harus dijaga demi sinergi valensi demi pemberlanjutan keberdayaan tanpa keterpedayaan demi meniscayakan kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan ?) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan), kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?)

SUDAH FINALE

04 DHAMMA MANTRA
dari Blog Akun teguh.qi@gmail.com  
04 DHARMA_SEKHA atau : http://kalamadharma.blogspot.com/  
07 Share Again atau https://sanatanadhamma.blogspot.com/ 
Minggu, 17 April 2022 REHAT _ RELAX _ RESET : Dhamma Mantra
REKAP REHAT 30072022/IDEA/ARSIP/POSTING LAIN/DHAMMA MANTRA/01 TQ DHARMA_SEKHA 17042022 REHAT _ RELAX _ RESET Dhamma Mantra.docx
REKAP REHAT 30072022/IDEA/ARSIP/POSTING LAIN/DHAMMA MANTRA/01 TQ DHARMA_SEKHA 17042022 REHAT _ RELAX _ RESET Dhamma Mantra.pdf

REHAT _ RELAX _ RESET : Dhamma Mantra

REHAT _ RELAX _ RESET : Dhamma Mantra ( Chant, Musics, etc )
https://kalamadharma.blogspot.com/2022/04/rehat-relax-reset-dhamma-mantra-chant.html

REHAT 17052022/IDEA/NEWEST/02 TS Share Again 15052022 COPAS REHAT _ RELAX _ RESET Dhamma Mantra.docx

623344

REHAT 17052022/IDEA/NEWEST/02 TS Share Again 15052022 COPAS REHAT _ RELAX _ RESET Dhamma Mantra.pdf

781567

Susah juga jadi padaparama puthujjana di mayapada ini ... Tanpa kelayakan magga phala (panna bhavana) , tiada kecakapan strata jhana (citta bhavana)  sebagai perlindungan diri untuk senantiasa menjadikan diri hangat ke permukaan & sejuk di kedalaman. Well , gunakan saja Dhamma sebagai benteng internal  surgawi di tengah kekacauan eksternal duniawi (atau cangkang nirvanik pada samsara ini ... hehehe).... sanna bhavana selain puja bhakti  & etika kosmik.


kutipan : Corona 5 
SEEKER PROJECT FOREVER (gnosis wisdom exodus) 
masih ribet & repot .... banyak beban tugas dari peran eksistensial diri yang perlu pemantasan & ketuntasan. Rehat . 

CORONA  5 
Tampaknya saat ini situasi kondisi sudah mulai cukup kondusif ... virus sudah adaptif & imun vaksinasi - iman resistensi sudah kembali effektif ? 
Dunia sudah tidak lagi galau dan mulai normal lagi berputar .... antara sakau mengumbar keakuan/kemauan dan mulai kacau menebar kebencian/ kerusakan seperti biasanya ? (konflik luar /dalam negeri sudah mulai lagi ... jika tidak pekok & heboh (kasar ? ganti saja : sakau dan kacau ... terserahlah) hidup memang tampak terasa tidak 'hidup',ya... ?  Hehehe. 
Tetaplah waspada untuk tetap terjaga, ah ... agar bisa menjaga & berjaga .... intinya jangan lengah terpedaya senantiasa memberdaya ... bersamaan dengan proses berjalannya waktu tanpa dapat dicegah kita semakin tua melapuk (walau tidak berarti mencapai kedewasaan psikologis apalagi pencerahan spiritual) ... tanpa covid kita masih tetap bisa sakit. bahkan tanpa sakit kita bisa saja mati (konsekuensi dualitas kehidupan) plus kelanjutannya juga, lho ... karena sebagaimana kita saat ini yang secara akumulatif terniscayakan faktor karmik/kosmik lampau diri kita dulunya demikian juga nanti ... well, setiap diri pada hakekatnya sedang melayakkan dampak effek akumulatif dirinya secara karmik/kosmik demi saat nanti melalui tindakan batiniah/zahiriah dirinya sendiri sebelumnya. So, perhatikan sikap batin & tindakan (mental, verbal & aktual) kita di setiap kekinian dimanapun dalam sikon & peran apapun juga. 
Jadi inget Sang Ariya Buddha Gautama & Bhante Moggalana yang walau telah mencapai Nibbana sekalipun tetap harus menanggung beban karmik dosa/ kesalahan dari kehidupan samsarik lampaunya (apalagi kita yang nota bene belum mencapai layer evolusi pribadi lokuttara masih di bawah level brahmanda bahkan tersekap dalam peran label kamavacara). Bagaikan bayang-bayang yang mengikuti keberadaan diri demikianlah dampak karmik/ effek kosmik kebodohan, kesalahan & keburukan berpandangan, berpribadi dan berprilaku akan menyertai perjalanan kehidupan keabadian kita ... cepat atau lambat (dalam peran dagelan nama rupa saat ini atau setelah ini ataupun pada saatnya nanti ) apa yang dituai  niscaya akan kita petik juga buahnya. Well,demi keutamaan untuk menjaga keperwiraan, keterjagaan dan kewaspadaan yang lebih dewasa (utama, benar & nyata) tetaplah reseptif & antisipatif untuk menjadi autentik & holistik dalam kesedemikianan tertib kosmik keseluruhan ini ... nafikan sementara walaupun mungkin memang senantiasa tetap ada kemungkinan ahosi karma , fasilitasi pengampunan / pelimpahan lainnya yang bisa saja terjadi (aktualitatif > identifikatif > eksploitatif). Dengan demikian Evolusi pribadi , Harmoni dimensi & Sinergi Valensi tetap berjalan selaras dan terniscayakan kelayakannya secara murni sebagaimana harusnya secara eksistensial, universal & transendental. Keutamaan > Kebenaran > Kenyataan ... ada bonus nilai plus untuk meningkatkan/melampaui kualitas kelayakan yang lebih baik yang juga mencegah keterpedayaan yang menjatuhkan (optimis kepercayaan diri  atau opurtunis pengharapan lainnya ?) dan faktisitas pembatasan (dinamika konfiguratif keberuntungan eksistensial atau kemalangan universal ) yang mungkin juga akan terjadi.
DST
LANJUT NANTI SAJA ... PC utama hang, tinggal NB tua untuk tugas lainnya. 
AKHIRNYA SUDAH BISA LAGI ... Kecapekan kali ... kirain sudah almarhum VGA atau memorynya. 

I .  BUDDHISM 

APPAMADENA SAMPADETHA 

1. KARANIYA METTA SUTTA 

Karaniya Metta Sutta 
Link Data :
Link Video :
 

Teks Karaniya Metta Sutta 

1. KARANĪYA MATTHAKUSALENA
YANTAM SANTAM PADAṀ ABHISAMECCA,
SAKKO UJŪ CA SUHUJŪ CA
SUVACO CASSA MUDU ANATIMĀNĪ
Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, 
Untuk mendapat ketenangan, 
Ia harus mampu, jujur dan sungguh jujur, 
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.

2. SANTUSSAKO CA SUBHARO CA
APPAKICCO CA SALLAHUKAVUTTI
SANTINDRIYO CA NIPAKO CA
APPAGABBHO KULESU ANANUGIDDHO.
Merasa puas, mudah disokong/dilayani, 
Tiada sibuk, sederhana hidupnya. 
Tenang indranya, berhati-hati, 
Tahu malu, tak melekat pada keluarga.

3. NA CA KHUDDAṀ SAMĀCARE KIÑCI
YENA VIÑÑŪ PARE UPAVADEYYUṀ.
SUKHINO VĀ KHEMINO HONTU
SABBE SATTĀ BHAVANTU SUKHITATTĀ.
Tidak berbuat kesalahan, walaupun kecil, 
Yang dapat dicela oleh para bijaksana 
Hendaklah ia berpikir, Semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram. 
Semoga semua makhluk berbahagia.

4. YE KECI PĀNABHŪT’ATTHI
TASĀ VĀ THĀVARĀ VĀ ANAVASESĀ
DĪGHĀ VĀ YE MAHANTĀ VĀ
MAJJHIMĀ RASSAKĀ ANUKA – THŪLĀ
Makhluk hidup apapun juga, 
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali, 
Yang panjang atau besar, 
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.     

5. DITTHĀ VĀ YE CA ADITTHĀ
YE CA DŪRE VASANTI AVIDŪRE
BHŪTĀ VĀ SAMBHAVESI VĀ
SABBE SATTĀ BHAVANTU SUKHITATTĀ 
Yang tampak atau tak tampak, 
Yang jauh ataupun yang dekat, 
Yang terlahir atau yang akan lahir, 
Semoga semua makhluk berbahagia

6. NA PARO PARAṀ NIKUBBETHA
NĀTIMAÑÑETHA KATTHACI NAṀ KAÑCI
BYĀROSANĀ PATIGHASAÑÑĀ
NĀÑÑA MAÑÑASSA DUKKHA MICCHEYYA
Jangan menipu orang lain 
Atau menghina siapa saja, 
Jangan karena marah dan benci 
Mengharap orang lain celaka.

7. MĀTĀ YATHĀ NIYAṀ PUTTAṀ
ĀYUSĀ EKAPUTTA MANURAKKHE
EVAMPI SABBA – BHŪTESU
MĀNA – SAMBHĀVAYE APARIMĀNAṀ
Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya 
Melindungi anaknya yang tunggal. 
Demikianlah terhadap semua makhluk hidup, 
Dipancarkannya pikiran (kasih sayang) tanpa batas

8. METTAÑCA SABBALOKASMIṀ
MĀNA – SAMBHĀVAYE APARIMĀNAṀ
UDDHAṀ ADHO CA TIRIYAÑCA
ASAMBĀDHAṀ AVERAṀ ASAPATTAṀ
Kasih sayangnya ke segenap alam semesta, 
Dipancarkannya pikirannya tanpa batas, 
Ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling 
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.

9. TITTHAÑ CARAṀ NISINNO VĀ
SAYĀNO VĀ YĀVATASSA VIGATAMIDDHO
ETAṀ SATIṀ ADHITTHEYYA
BRAHMA METAṀ VIHĀRAṀ IDHAMĀHU
Selagi berdiri, berjalan atau duduk,
Atau berbaring, selagi tiada lelap 
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini. 
Yang dikatakan : Berdiam dalam Brahma

10. DITTHIÑCA ANUPAGAMMA SILAVĀ
DASSANENA SAMPANNO
KAMESU VINEYYA GEDHAṀ
NA JI JĀTU GABBHASEYYAṀ PUNARETITI.
Terhindar dari pandangan yang salah segala sila tindakannya
Dikarenakan karunia kebijaksanaan pandangan terangnya 
Hingga bersih terbebas dari  ikatan nafsu indrawi  
Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga       

4. MAHÃ MANGALA SUTTA
(38 Berkah Utama )
VERSES FOR BUDDHIST

(EVAṀ – ME SUTAṀ,)

EKAṀ SAMAYAṀ BHAGAVĀ, SĀVATTHIYAṀ VIHARATI, JETAVANE ANĀTHAPINDIKASSA, ĀRĀME. ATHA KO AÑÑATARĀ DEVATĀ, ABHIKANTĀYA RATTIYA ABHIKKAN-TAVAÑÑĀ KEVALAKAPPAṀ JETAVANAṀ OBHĀSETVĀ, YENA BHAGAVĀ TEN’UJPASAÑKAMI. UPASAÑKAMITVĀ BHAGAVANTAṀ ABHIVĀDETVĀ EKAMANTAṀ ATTHĀSI, EKAMANTAṀ THITĀ KHO SĀ DEVATĀ BHAGAVANTAṀ GĀTHĀYA AJJHABHĀSI.
Demikianlah telah kudengar: Pada suatu waktu ketika Sang Bhagava bersemayam di Vihara Jetavana dekat Savatthi di taman milik Anathapindika. Mendekati pagi, datanglah berkunjung seorang devata berwajah gemilang menyinari sekitar Jetavana. Setelah menghadap Sang Bhagava lalu bersujud, maka berdirilah devata it di samping Sang Bhagava. Kemudian dengan masih tetap berdiri, beliau menyampaikan permohonannya dalam bentuk sanjak (gatha) kepada Sang Bhagava:


1. “BAHŪ DEVĀ MANUSSSĀ CA                       
MAÑGALĀNI ACINTAYUṀ
ĀKAÑKHAMĀNĀ SOTTHĀNAṀ                     
BRŪHI MAÑGALAM-UTAMAṀ
          Banyak di antara para dewa dan manusia utama
          Masih kabur pengertiannya tentang Berkah Termulia
          Mohonlah kiranya Sang Bhagava, kami diberi petunjuk
          Bagaimanakah sebenarnya (untuk mendapatkan) Berkah Termulia itu?

2. ASEVANĀ CA BĀLĀNAṀ                
PANDITĀNAÑ CA SEVANĀ
PŪJĀ CA PŪJANĪYĀNAṀ                
ETAM MAÑGALA MUTTAMAṀ.
          Tidak cenderung bergaul dengan yang bodoh
          Melainkan memilih para bijaksana
          Dan menghormati mereka yang patut dihormati
          Itulah Berkah Termulia

3. PATIRŪPADESA-VĀSO CA                 
PUBBE CA KATA-PUÑÑATĀ
ATTA-SAMMĀ-PAÑIDHI CA               
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Bertempat tinggal di tempat yang cocok
          Melakukan kebajikan-kebajikan sebagai masa-masa yang silam
         Yaitu hanya memikirkan hal-hal yang benar
         Itulah Berkah Termulia

4. BĀHUSACCAÑCA SIPPAÑCA          
VINAYO CA SUSIKKHITO
SUBHĀSITĀ CA YĀ VĀCĀ                  
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Pandangan luas, pengertian cukup
          Patuh dan tertib di dalam tata-susila
          Ucapannya selalu ramah-tamah
          Itulah Berkah Termulia

5. MĀTĀPITU-UPATTHĀNAṀ               
PUTTA-DĀRASSA SAÑGAHO    
ANĀKULĀ CA KAMMANTĀ               
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Melindungi ibu dan bapak
          Membahagiakan anak dan istri
          Benar dan sentosa di dalam pencaharian
          Itulah Berkah Termulia

6. DĀNAÑCA DHAMMACARIYĀ CA     
ÑĀTAKĀNAÑCA SAÑGAHO
ANAVAJJĀNI KAMMĀNI                  
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Murah hati, hidup dengan kebersihan bathin
          Suka menolong sanak keluarga
          Tindak-tanduknya tak tercela
          Itulah Berkah Termulia

7. ĀRATĪ VIRATĪ PĀPĀ                          
MAJJA-PĀNĀ CA SAÑÑAMO
APPAMĀDO CA DHAMMESU             
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Menghentikan/menghindari setiap kejahatan
          Menjauhkan diri dari minuman keras
          Tekun di dalam menjalankan kebajikan
         Itulah Berkah Termulia

8. GĀRAVO CA NIVĀTO CA                  
SANTUTTHĪ CA KATAÑÑUTĀ
KĀLENA DHAMMASSAVANAṀ          
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
           Hatinya lapang, sejuk, dan rendah hati
          Sesuatu yang diterima, selalu mersa bersyukur dan terimakasih
          Patuh di dalam mendengarkan Dhamma
          Itulah Berkah Termulia

9. KHANTĪ CA SOVACASSATĀ            
SAMAÑĀNAÑCA DASSANAṀ
KĀLENA DHAMMASĀKACCHĀ         
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Sabar, ucapannya menyenangkan
          Suka mengunjungi para sramana (pertapa)
          Suka membahas Dharma pada waktu-waktu tertentu
          Itulah Berkah Termulia

10. TAPO CA BRAHMACARIYAÑ CA                   
ARIYA-SACCĀNA-DASSANAṀ
NIBBĀNA-SACCHI-KIRIYĀ CA                       
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Rajin, mawas diri, mengutamakan kesucian
          Berusaha menembus Catur Ariya Saccani      
          Menuju tercapainya Nirvana      
         Itulah Berkah Termulia

11. PHUTTHASA LOKADHAMMEHI         
CITTAṀ YASSA NA KAMPATI
ASOKAṀ VIRAJAṀ KHEMAṀ          
ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ.
          Tak mudah tergoyah batinnya   
          Tak terpengaruh oleh Empat Kondisi Duniawi
          Bebas dari Dukkha, bebas dari noda 
          Itulah Berkah Termulia

12. ETĀDISANI KATVĀNA                     
SABBATTHAM-APARĀJITĀ
SABBATTHA SOTTHIṀ GACCHANTI     
TAN TESAṀ MAÑGALA MUTTAMANTI.”
          Bagi mereka yang dapat memenuhi syarat-syarat demikian
          Takkan terkalahkan – takkan menemui lawan dimanapun
          Bergerak di segala bidang, akan merasa aman dan gembira\
          Itulah Berkah Termulia


5. PRAJNA PARAMITTA HRDAYA SUTTA

SONGS FOR SPIRITUAL BUDDHIST

prajna paramitta avalokitesvara
link data : DATA 01022021/PLUS/DATA/Prajna-Paramitha-Oke.pdf
link video : https://www.youtube.com/watch?v=FVCbuXrDa40&list=PLZZa2J4-qv-bNyzzG-pLLbvxMZg2QVbyg&index=5

Prajñāpāramitā
kebijaksanaan agung prajna paramita

Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!
Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramita
Ārya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,
Sang Ariya Bodhisatva  Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,
vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.
melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri

Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;
Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;
rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;
kekosongan tidak berbeda dengan wujudwujud tidak berbeda dengan kekosongan;
yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;
Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.
evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.
Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.

Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,
Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , 
anutpannā, aniruddhā;
Tanpa kemunculantiada pula kelenyapan ;
amalā, avimalā;
Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;
anūnā, aparipūrṇāḥ
Tanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan

Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁ
Karena itu, Wahai Śāriputra,  dalam kekosongan itu
na rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;
tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;
na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;
tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;
na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;
tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;
na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;
tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;
na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;
tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,
na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;
tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;
na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.
tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.

Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād Bodhisattvasya
Oleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,
Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,
Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,
cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,
memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,
viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.
mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.

Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-Buddhāḥ
Semua Buddha berdiam di tiga masa 
Prajñāpāramitām āśritya
dengan mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan
anuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.
sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi

Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,
Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agung
mahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,
mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,
sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.
Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.

Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥ
Dalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkan
tad-yathā:
dengan cara berikut ini
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!
pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!

Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam Samāptam
Dengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati 

PLUS = JUST SONGS
I. BUDDHISM : BARDO 


Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").
Google translate modified Bardo Song of Reminding Oneself translated by Erik Pema Kunsang, melody: Tara Trinley Wangmo, vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection 
Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang, melodi: Tara Trinley Wangmo, vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung

Ema!
Now that while the bardo of this lifetime is unfolding,
I will not be lazy since there is no time to waste.
Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training,
While it is just now I have the precious human form.
Since this free and favored form ought to have real meaning,
Emotion and samsara shall no longer hold the reign.
Ema!
Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung,
Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan.
Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan,
Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga.
Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata,
Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.

Ema! 
Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding,
I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant.
Knowing everything is self-display, with recognition,
Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness.
Instead of lying fast asleep like animals are sleeping,
I will use the Dharma just as in the waking state 
Ema!
Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung,
Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu)
Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan,
menangkap impian, sulapan, pengubahan, pelatihan kesadaran yang jernih.
Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur,
Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.

Ema!
Now that while the meditation bardo is unfolding,
I will set aside every deluded wandering.
Free of clinging, settled within boundless nondistraction,
I’ll be stable in completion and development.
As I’m yielding projects to the single-minded training,
Delusion and unknowing shall no longer hold the reign.
Ema!
Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung,
Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya.
Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas,
Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan.
Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat,
Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.

Ema!
Now that while the bardo of the death-state is unfolding,
I will cast away attachment, clinging to all things.
Enter undistractedly the state of lucid teachings,
Suspending as a vast expanse this nonarising mind.
Leaving this material form, my mortal human body,
I will see it as illusion and impermanent.
Ema!
Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung,
Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal.
Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih,
Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini.
Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya,
Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.

Ema!
Now that while the bardo of dharmata is unfolding,
I will hold no fear or dread or panic for it all.
Recognizing everything to be the bardo’s nature,
Now the time has come for mastering the vital point.
Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing,
May I never fear the peaceful-wrathful self-display.
Ema!
Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung,
Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua.
Mengakui segalanya sebagai sifat bardo,
Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting.
Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri,
Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.

Ema!
Now that while the bardo of becoming is unfolding,
I will keep the lasting goal one-pointedly in mind.
Reconnecting firmly with the flow of noble action,
I will shut the womb-doors and remember to turn back.
Since this is the time for fortitude and pure perception,
I will shun wrong views and train the guru’s union-form.
Ema!
Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung,
Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan.
Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia,
Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali.
Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni,
Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.

If I keep this senseless mind that never thinks of dying,
And continue striving for the pointless aims of life,
Won’t I be deluded when I leave here empty handed?
Since I know the sacred Dharma is just what I need,
Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment,
Giving up activities that are just for this life?
Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian,
Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti,
Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong?
Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan,
Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini,
Memasrahkan kegiatan  yang hanya untuk hidup ini?

These are the instructions which the gracious guru told me.
If I do not keep the guru’s teachings in my heart,
How can this be other than myself fooling myself?
Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia  itu kepada saya.                 
Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya,
Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri

II .  HINDUISM  : NIRVANA SHAKATAM , GAYATRI MANTRA, MADALA UPADESHA 

MYSTICS PANTHEISTIC ? 
Pelayakan kemurnian (Impersonal Transendence ) > pelagakan (Personal Immanence)

Video Chant : Gaiea Sanskrit _ Madalasa Upadesha
Lullaby Song of  Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … 
Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) 

Verse 1
śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|
Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”
Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
Verse 2
śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||
“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”
“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal  yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "
Verse 3
na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||
“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”
“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”
Verse 4
bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||
“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”
“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,//  atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil  // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.//  KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "
Verse 5
tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||
“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”
“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "
Verse 6
tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||
“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”
“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.//  Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"//  Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "
Verse 7
sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||
“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment,  // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”
“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "
Verse 8
yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|
“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it //  Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”
“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "
just  image
Sanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// 
English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//
Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|
E (Eng) : Madalasa says to her crying son://
I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:

Nirvana Shatakam (Atma Shatkam) = 6 sloka filsafat advaita vedanta (Adi Shankara)
1. Manobuddhyahaṃkāra chittāni nāhaṃna cha śrotrajihve na cha ghrāṇanetrena cha vyoma bhūmir na tejo na vāyuḥchidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.
I am not the mind, the intellect, the ego or the memory, I am not the ears, the skin, the nose or the eyes, I am not space, not earth, not fire, water or wind, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva...
Bukan pikiran, bukan pula intelek; Bukan ego, bukan pula yang menyebabkan ego; Bukan panca indra; Bukan langit dan bukan bumi; Bukan cahaya dan bukan angin – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…
2. Na ca praṇasajño na vai paṃcavāyuḥ na vā saptadhātur na vā paṃcakośaḥ na vākpāṇipādaṃ na copasthapāyucidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.
I am not the breath, nor the five elements, I am not matter, nor the 5 sheaths of consciousness Nor am I the speech, the hands, or the feet, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva...
Apa yang disebut prana, energy, bukanlah Aku; Bukan elemen-elemen alami, bukan pula lapisan-lapisan kesadaran dalam diri manusia; Bukan badan kasat ini – Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…
3. Na me dveşarāgau na me lobhamohau mado naiva me naiva mātsaryabhāvaḥ na dharmo na cārtho na kāmo na mokşaḥ cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham. 
There is no like or dislike in me, no greed or delusion, I know not pride or jealousy, I have no duty, no desire for wealth, lust or liberation, I am the form of consciousness 
Tidak ada yang Kusukai, dan tidak ada yang tidak Kusukai; Tidak serakah, tidak pula bimbang; Tidak angkuh, tidak iri; Tidak ada keinginan apapun dalam diriKu – sekalipun untuk kebebasan itu sendiri – karena Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…
4. Na puṇyaṃ na pāpaṃ na saukhyaṃ na dukhyaṃ na mantro na tīrthaṃ na vedā na yajñaahaṃ bhojanaṃ naiva bhojyaṃ na bhoktā cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.  
No virtue or vice, no pleasure or pain, I need no mantras, no pilgrimage, no scriptures or rituals, I am not the experienced, nor the experience itself, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva...
Amal saleh dan dosa – dua-duanya telah Kulampaui; Suka dan duka tidak lagi mempengaruhi Aku; Ritual dan perjalanan suci, kenikmatan dan rasa nikmat itu sendiri – semuanya sudah Kulampaui – Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…
5. Na me mṛtyuśaṃkā na me jātibhedaḥ pitā naiva me naiva mātā na janmaḥna bandhur na mitraṃ gurunaiva śişyaḥ cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.  
I have no fear of death, no caste or creed, I have no father, no mother, for I was never born, I am not a relative, nor a friend, nor a teacher nor a student, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva...
Tidak ada lagi rasa takut akan kematian; Tidak Kukenali lagi perbedaan antara kelompok; Ayah, ibu, sahabat, saudara, guru, murid – tak sesuatu pun yang Kumiliki; Kelahiran dan kematian tidak Kukenali lagi – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…
6. Ahaṃ nirvikalpo nirākāra rūpo vibhutvāca sarvatra sarveṃdriyāṇaṃ na cāsangata naiva muktir na meyaḥcidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham.
I am devoid of duality, my form is formlessness, I exist everywhere, pervading all senses, I am neither attached, neither free nor captive, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva…
Pikiran telah Kulampaui; Tak berwujud, namun berada di mana-mana; Tidak terikat, tidak mengenal kebebasan dan tidak bisa diukur – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…

MYSTICS PANTHEISTIC ? 
Pelayakan kemurnian (Impersonal Transendence ) > pelagakan (Personal Immanence) ?

RELIGI PANDEISTICS  ?

II .  HINDUISM  : 

 

Gayatri Mantra :
Keilahian = Ekam sat viprah bahudah vadanti"  (Truth, or God, is one, but wise men call Him/It by different names).
Kedirian = "Vasudhaiva Kutumbakam" – "The whole world is one big family".

AUM BHUR BHUVAH SWAH
Aum (O The Supreme God) ~ Bhur (Who is Eternally Exist) , Bhuvah (Who is absolutely Conscious), Svaha (Who is Blisfully Presence)      
Wahai Tuhan  ~ Hyang Maha Abadi dalam  KeberadaanNya, Maha Mutlak dalam kesadaranNya, Maha Mulia dalam KesempurnaanNya

TAT SAVITUR VARENYAM
Tat (One Which) – Savitur ( Be the Source ), Vareniyam ( Who is worthy accepted)
Hanya Dialah ~ Sumber Sejati Segalanya , Hyang Layak diutamakan

BHARGO DEVASYA DHIMAHI
Bhargo (The Purifying  Power),, Devasya (The Only God), Dhimahi ( The Only Focused).   
Hyang Maha Suci yang memurnikan, Maha Esa dalam  segala pandangan, Maha Satu untuk tujuan segala puja kebaktian dan meditasi

DHIYO YO NAH PRACHODAYAT
Dhiyo ( Our Intelect/Soul) – Yo (Just Who) – Nah (Ours) – Prachodayat (Guidance)
Mantapkanlah Batin kami yang senantiasa tertuju kepadaMu Saja bagi kesemestaan  ini dengan kecerahan bimbinganMu.

Jadi inget do'a tekad munajat thariqat dulu : berusaha selaras meng-esa tanpa ke'aku'an/  
(walau susah, bro ... maklum MLD memang masih begitu kuat).
I AM x i am - Ilahi Anta Maqshudi (Tuhanku Kaulah Maksud tujuanku ) 
wa ridhoka mathlubi (dan hanyalah keridhoanMu yang kuharapkan )
Inni atini mahabataka wa ma'rifataka = Sesungguhnya aku hanyalah mengharapkan kasih sayang dan hikmah pengetahuanMu

I. BUDDHISM : 
KASIHI DIRIMU  


Tubuh Manusia Bagai Bunga

Seharusnya egkau t'lah tahu
Jalan hidup yang kau tempuh itu salah 
Dan kau juga tau dimana jalan kebenaran itu 
Lalu mengapa kawan kau masih di sana

Seharusnya kau tlah menyadari 
hidup di dunia bukan sekedar menjalankan nasib 
Disini kita memiliki kesempatan tuk perbaiki semua sebelum terlambat
dan jangan mudah terlena dan terhanyut kesenangan duniawi

Tanpa mau menyadari semua akan berakhir
Ingat kawan semua akan berakhir 
Hidup manusia sementara, tubuh manusia bagai bunga yang pasti akan layu dan menuju kelapukan (2x)
Hidup manusia sementara, tubuh manusia bagai bunga yang pasti akan layu dan menuju kelapukan (4x)

KASIHI SESAMA
Bila Cinta Kasih Ada

Bila cinta ada dihati kita
Maka tiada lagi benci pada sesama
Bila kasih ada dihati kita
Maka terhapuslah kesombongan dijiwa

REFF:
Sungguh indah hidup ini
Bila saling menyayangi
Tiada iri tiada benci
Hidup lebih berarti

Sesungguhnya kita sama
Tiada berbeda
Punya hati punya rasa
Ingin hidup tenteram bahagia

2.  METTA CHANT


Aham avero homi - Abyapajjho homi - Anigho homi -  Sukhi-attanam pariharami
May I be free from enmity and danger May I be free from mental suffering May I be free from physical suffering May I take care of myself happily
Semoga saya bebas dari permusuhan dan bahaya Semoga saya bebas dari penderitaan mental Semoga saya bebas dari penderitaan fisik Semoga saya menjaga diri saya sendiri dengan berbahagia

Mama matapitu - Acariya ca natimitta ca - Sabrahma-carino ca
May my parents - Teachers, relatives and friends - Fellow Dhammafarers
Semoga orang tua saya - Guru, saudara-saudara dan teman-teman - Rekan-rekan se-Dhamma
Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu
Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily
Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia

Imasmim arame sabbe yogino –
May all yogis in this compound –
Semoga semua pertapa di dunia ini
Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu
Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily
Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia

Imasmim arame sabbe bhikkhu - Samanera ca - Upasaka-upasikayo ca
May all monks in this compound - Novice monks - Laymen and laywomen disciples
Semoga semua biarawan biarawati di dunia ini Calon biarawan biarawati Para umat
Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu
Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily
Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia

Amhakam catupaccaya-dayaka
May our donors of the four supports : clothings, food, medicine and lodging
Semoga semua dermawan
Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu
Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily
Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia

Amhakam arakkha devata - Imasmim vihare - Imasmim avase - Imasmim arame - Arakkha devata
May our guardian devas - In this monastery - In this dwelling - In this compound - May the guardian devas
Semoga dewa penolong kita Di biara ini Di tempat ini Di dunia ini Semoga dewa penolong tersebut
Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu
Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily
Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia

Sabbe satta- Sabbe pana - Sabbe bhuta - Sabbe puggala - Sabbe attabhava-pariyapanna - Sabba ithhiyo - Sabbe purisa - Sabbe ariya - Sabbe anariya - Sabbe deva - Sabbe manussa - Sabbe vinipatika
May all beings , All breathing things, All creatures, All individuals (it means all beings, too), All personalities (it means all beings with mind and body), May all females, All males, All noble one (saints), All worldlings (i.e. those who have not attained sainthood), All deities, All humans, All those in the four woeful planes
Semoga semua mahluk , Semua yang bernafas, Semua yang tercipta, Semua individu, Semua pribadi , Semua wanita , Semua laki-laki, Semua mahluk suci, Semua mahluk yang belum mencapai kesucian, Semua dewata, Semua manusia, Semua yang berada di empat jenis alam menderita
Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu
Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily
Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia

Karuna : Dukkha muccantu - Mudita : Yatha-laddha-sampattito mavigacchantu - Upekkha : Kammassaka
Compassion : May all beings be free from suffering, Appreciative joy : May whatever they have gained not be lost, Equanimity : All beings are owners of their kamma
Belas kasih : Semoga semua mahluk bebas dari penderitaan - Turut berbahagia : Semoga mereka tidak kehilangan apa yang telah mereka peroleh -  Keseimbangan : Semua mahluk adalah pemilik kammanya sendiri

Puratthimaya disaya - Pacchimaya disaya - Uttara disaya - Dakkinaya disaya- Puratthimaya anudisaya - Pacchimaya anudisaya- Uttara anudisaya - Dakkhinaya anudisaya - Hetthimaya disaya - Uparimaya disaya
In the eastern direction, In the western direction, In the northern direction, In the southern direction, In the southeast direction, In the northwest direction, In the northeast direction, In the southwest direction,In the direction below, In the direction above
Baik di arah timur, Di arah barat, Di arah utara, Di arah selatan, Di arah tenggara, Di arah barat laut , Di arah timur laut , Di arah barat daya, Di arah bawah , Di arah atas

Sabbe satta- Sabbe pana - Sabbe bhuta - Sabbe puggala - Sabbe attabhava-pariyapanna - Sabba ithhiyo - Sabbe purisa - Sabbe ariya - Sabbe anariya - Sabbe deva - Sabbe manussa - Sabbe vinipatika
May all beings , All breathing things, All creatures, All individuals (it means all beings, too), All personalities (it means all beings with mind and body), May all females, All males, All noble one (saints), All worldlings (i.e. those who have not attained sainthood), All deities, All humans, All those in the four woeful planes
Semoga semua mahluk , Semua yang bernafas, Semua yang tercipta, Semua individu, Semua pribadi , Semua wanita , Semua laki-laki, Semua mahluk suci, Semua mahluk yang belum mencapai kesucian, Semua dewata, Semua manusia, Semua yang berada di empat jenis alam menderita
Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu
Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily
Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia

Karuna : Dukkha muccantu - Mudita : Yatha-laddha-sampattito mavigacchantu - Upekkha : Kammassaka
Compassion : May all beings be free from suffering, Appreciative joy : May whatever they have gained not be lost, Equanimity : All beings are owners of their kamma
Belas kasih : Semoga semua mahluk bebas dari penderitaan - Turut berbahagia : Semoga mereka tidak kehilangan apa yang telah mereka peroleh -  Keseimbangan : Semua mahluk adalah pemilik kammanya sendiri

Uddham yava bhavagga ca - Adho yava aviccito : Samanta cakkavalesu - Ye satta pathavicara
As far as the highest plane of existence , To as far down as the lowest plane - In the entire universe - Whatever beings that move on earth
Sejauh alam yang paling tinggi, Sampai pada alam yang paling rendah - Di alam semesta ini - Mahluk apapun yang bergerak di bumi
Abyapajjha nivera ca - Nidukkha ca nupaddava -
May they be free from mental suffering and enmity And from physical suffering and danger
Semoga mereka bebas dari penderitaan mental dan permusuhan - Dan dari penderitaan fisik dan bahaya

Uddham yava bhavagga ca - Adho yava aviccito : Samanta cakkavalesu - Ye satta udakecara
As far as the highest plane of existence , To as far down as the lowest plane - In the entire universe - Whatever beings that move on water
Sejauh alam yang paling tinggi, Sampai pada alam yang paling rendah - Di alam semesta ini - Mahluk apapun yang bergerak di air
Abyapajjha nivera ca - Nidukkha ca nupaddava -
May they be free from mental suffering and enmity And from physical suffering and danger
Semoga mereka bebas dari penderitaan mental dan permusuhan - Dan dari penderitaan fisik dan bahaya

Uddham yava bhavagga ca - Adho yava aviccito : Samanta cakkavalesu - Ye satta akasecara
As far as the highest plane of existence , To as far down as the lowest plane - In the entire universe - Whatever beings that move in air
Sejauh alam yang paling tinggi, Sampai pada alam yang paling rendah - Di alam semesta ini - Mahluk apapun yang bergerak di udara
Abyapajjha nivera ca - Nidukkha ca nupaddava -
May they be free from mental suffering and enmity And from physical suffering and danger
Semoga mereka bebas dari penderitaan mental dan permusuhan - Dan dari penderitaan fisik dan bahaya

3. VISUDHI GATHA

SONGS FOR RELIGIOUS BUDDHIST
Singer : Lodiana Lo Pencipta lagu : Maechee Ajita Vepulla


Accayaṃ me kataṃ Buddha
Yaṃ taṃ āvikaromi te
Anāvaţaṃ asallìnaṃ
Suddhaṃ bhavatu me manaṃ
Dengan menyadari kesalahan-kesalahanku
Secara tulus dan terbuka
Di depan Sang Buddha yang amat Bijaksana
Semoga batinku senantiasa murni dan tentram

Kāyena vācā cittena
Yaṃ parena kataṃ aghaṃ
Khamām'idāni taṃ sabbaṃ
Sammāsambuddhā sammukhā
Jika dengan perbuatan, ucapan, dan kehendak pikiran
Orang lain telah berbuat salah pada saya
Saya dengan tulus memaafkan kesemua itu
Didepan Sang Buddha yang penuh kasih sayang

So'haṃ khamāmi nidukkhā
Khemino viharantu te
Pūrentu mamasańkappā
Mettāya karuņāya ca
Berkat kesiapanku untuk memaafkan kesemua itu
Semoga mereka selamat dan bebas dari penyesalan
Semoga pikiranku tenteram dan damai
Terpenuhi dengan cinta kasih dan kasih sayang

Kāyena vācā cittena
Yaṃ kataṃ sukataṃ mayā
Anumodayāmi aññesaṃ
Sammāsambuddhā sammukhā
Jika dengan perbuatan, ucapan, dan kehendak pikiran
Saya telah berbuat baik kepada orang lain
Saya dengan bahagia berbagi jasa kepada semuanya
Di depan Sang Buddha yang telah mencapai penerangan sempurna

Modāmi nata citto'haṃ
Puññena sukatena me
Tath'eva pāņino sabbe
Adigacchantu taṃ sukhaṃ
Dengan batin yang bersih dari keangkuhan
Saya bergembira di dalam semua kebajikanku
Berharap semua makhluk di mana pun berada
Dapat menikmati kebahagiaanku ini

III .  CHRISTIANITY : AMAZING GRACE

NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya. Walau singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif.   (Untuk menjaga universalitas posting kami ini.... lyric terjemahan lagu gospel himne Kristiani Amazing Grace - John Newton ini dipotong di akhir sedikit, ya ?)

Amazing Grace - John Newton
(Karunia yang Menakjubkan - John Newton) 

VERSE 1 
Amazing Grace, how sweet the sound, 
Karunia menakjubkan, betapa indahnya suara itu terdengar
That saved a wretch like me....
Yang menyelamatkan orang celaka (malang/buruk)  sepertiku
I once was lost but now am found,
Aku dahulu pernah tersesat (hilang arah) tetapi sekarang aku ditemukan kembali
I was blind, but now, I see.
Aku dulu buta tetapi sekarang  aku (dapat) melihat

VERSE 2
T'was Grace that taught my heart to fear.
Ini adalah Karunia yang mengajarkan hatiku untuk takut 
And Grace, my fears relieved.
dan Karunia (yang mana) ketakutanku menjadi terbebaskan
How precious did that Grace appear...
betapa berharganya Karunia itu tampaknya
the hour I first believed.
saat ini (jam ini?) seketika aku langsung (pertama kali) segera mempercayaiNya


IV . ISLAM  :  SYIIRAN TANPO WATON , WAHYU KOLOSEBO, 

Syiir Tanpa Waton" 
H Moh Nozam As-Sofa (Gus Nizam)

Astaghfirulloh Robbal baroyaah - Astaghfirulloh Minal Khothoyah 
Aku mohon ampun kepada Tuhannya segala makhluk - Aku mohon ampun kepada Allah dari segala kesalahan
Robbi zidni 'ilman nafii'aan - Wa waffiqni 'Amalaan sholihan
Aku mohon tambahkan ilmu bermanfaat  - dan bimbinglah aku dalam tindakan kesalehan 

Ya rosulallooh salamun 'alaik  - Ya rofi'asyaani wad daarojii
Wahai utusan Allooh semoga keselamatan tetap padamu - Wahai yang berbudi luhur dan berderajat tinggi
'Athfatai yaa jii rotal 'alaami  - Ya Uuhailal judi wal karomi 2x 
Rasa kasihmu wahai para pemimpin tetangga -  Wahai ahli dermawan dan pemurah hati 2x

Ngawiti ingsun nglaras syi'iran - Kelawan muji maring pengeran - Kang paring rohmat lan kenikmatan 
Rino wengine tanpo pitungan 2x
Aku memulai menembangkan syi’ir - Dengan memuji kepada Tuhan - Yang memberi rohmat dan kenikmatan
Siang dan malamnya tanpa terhitung 2x

Duh bolo konco prio wanito  - Ojo mung ngaji syare'at bloko - Gur pinter dongeng nulis lan moco 
Tembe mburine bakal sangsoro 2x
Wahai para teman pria dan wanita - Jangan hanya belajar syari’at saja - Hanya pandai bicara, menulis dan membaca
Saat mendatang akan sengsara 2x 

Akeh kang apal Qur'an Hadist e - Seneng Ngafirkeh marang liyane - Kafir e dewe gak di gatekke 
Yen isih kotor ati akale 2x
Banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya - Senang mengkafirkan orang lain - Kafirnya sendiri tak dihiraukan
Jika masih kotor hati dan akalnya 2x

Gampang kabujuk Nafsu angkoro - Ing pepaese Gebyare ndunyo - Iri lan meri sugi e tonggo 
Mulo atine peteng lan Nisto 2x 
Mudah terbujuk nafsu angkara -  Dalam hiasan gemerlapnya dunia - Iri dan dengki kekayaan tetangga
Maka hatinya gelap dan nista 2x 

Ayo sedulur Jo nglale ake -  Wajib e ngaji sak pranatane - Nggo ngandelake iman Tauhid e 
Baguse sangu mulyo matine 2x
Ayo saudara jangan melupakan -  Wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya - Untuk mempertebal iman tauhidnya
Bagusnya bekal mulia matinya2x

Kang aran sholeh bagus atine - Kerono mapan sari ilmune -Laku torekot lan ma'rifate 
Ugo hakekot manjing rasane 2x 
Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya- Karena mapan sari ilmunya - Menjalankan tarekat dan ma’rifatnya
Juga hakikat meresap rasanya 2x 

Alqur'an kodhim wahyu minulyo - Tanpo tinulis iso diwoco - Iku wejangan guru waskito 
Den tancep ake ing njero dodo 2x
Al Qur’an qodim wahyu yang mulia -  Tanpa ditulis bisa dibaca - Itulah nasihat guru yang cerdas
Ditancapkan di dalam dada 2x 

Kumantil ati lan pikiran -  Mrasuk ing badan kabeh jeroan - Mukjizat rosul dadi pedoman 
Minongko dalan manjing e iman 2x 
Menempel di hati dan pikiran - Merasuk dalam badan dan seluruh hati - Mukjizat Rosul (Al-Qur’an) jadi pedoman
Sebagai sarana jalan masuknya iman 2x

Kelawan Alloh Kang maha Suci - Kudhu rangkulan rino lan wengi - Di tirakati di riadhoi 
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2x
Kepada Alloh Yang Maha Suci- Harus mendekatkan diri siang dan malam -Diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas
Dzikir dan suluk jangan sampai lupa 2x 

Urip e ayem rumongso aman - Dununge roso tondo yen iman - Sabar nerimo senajan paspasan 
Kabeh tinakdir saking pengeran 2x
Hidupnya tentram merasa aman - Mantapnya rasa pertanda iman - Sabar menerima walau hidup seadanya
Semua adalah takdir dari Tuhan 2x 

Kelawan konco dulur lan tonggo -  Kang podo rukun ojo daksio - Iku sunnah e rosul kang mulyo 
Nabi muhammad panutan kito 2x
Terhadap teman, saudara dan tetangga -  selalulah rukun jangan bertengkar - Itu sunnahnya Rosul yang mulia
Nabi Muhammad tauladan kita 2x

Ayo nglakoni sekabeane - Alloh kang bakal ngangkat drajate - Senajan ashor toto dhohire 
Ananging mulyo makom drajat e 2x
Ayo dijalani kesemuanya - Allah yang akan mengangkat derajatnya - Walaupun rendah tampilan dhohirnya
Namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah 2x

Lamun palastro ing pungkasane  - Ora kesasar roh lan sukmane - Den gadang Alloh syuargo manggone 
Utuh mayite ugo ules 2x
Ketika ajal telah datang di akhir hayatnya - Tidak tersesat ruh dan sukmanya - Dirindukan Allah surga tempatnya
Utuh jasadnya juga kafannya 2x

Ya rosulallooh salamun 'alaik  - Ya rofi'asyaani wad daarojii
Wahai utusan Allooh semoga keselamatan tetap padamu - Wahai yang berbudi luhur dan berderajat tinggi
'Athfatai yaa jii rotal 'alaami  - Ya Uuhailal judi wal karomi 2x 
Rasa kasihmu wahai para pemimpin tetangga -  Wahai ahli dermawan dan pemurah hati 2x

WAHYU KOLOSEBO,“Tembang Petunjuk Saat MenghadapNya - Sri Narendra Kalaseba

rumekso ingsun laku nisto ngoyo woro
ku jaga diriku dari berbuat nista sekehendak hati
Kelawan mekak howo, howo kang dur angkoro
melawan / mengendalikan hawa, hawa (nafsu) yang diliputi angkara
Senadyan setan gentayangan, tansah gawe rubeda
meskipun setan gentayangan masih saja / selalu membuat gangguan
Hinggo pupusing jaman
hingga akhir jaman

Hameteg ingsun nyirep geni wiso murko
sekuat tenaga diriku memadamkan api, bisa (racun), murka
Maper hardening ponco, saben ulesing netro
Mengendalikan panca indera (dalam) setiap kedipan mata
Linambaran sih kawelasan, ingkang paring kamulyan
dilandasi belas kasih Sang Pemberi Kemulyaan
Sang Hyang Jati Pengeran
Sang Maha Penguasa Sejati

Jiwanggo kalbu, samudro pepuntoning laku
Bertahta di kalbu, samudera pemandu laku
Tumuju dateng Gusti, Dzat Kang Amurbo Dumadi
menuju Tuhan, Dzat pemelihara mahkluk
Manunggaling kawulo Gusti, kreteg ati bakal dumadi
bersatu (khusyuk) dengan Tuhan, kehendak hati akan terlaksana
Mukti ingsun tanpo piranti
kejayaanku tanpa syarat

Sumebyar ing sukmo madu sarining perwito
menyebar di sukma madu sari perwita
Maneko warno prodo, mbangun projo sampurno
beraneka warna prada, membangun diri yang sempurna
Sengkolo tido mukso, kolobendu nyoto sirno
sengkala pasti musnah, malapetaka nyata hilang
Tyasing roso mardiko
menimbulkan rasa merdeka

Mugiyo den sedyo pusoko Kalimosodo
semoga karena ucapan pusaka kalimat syahadat
Yekti dadi mustiko, sajeroning jiwo rogo
benar benar jadi mustika di dalam jiwa raga
Bejo mulyo waskito, digdoyo bowo leksono
keberuntungan, kemulyaan, kewaskitaan, kesaktian serta kewibawaan
Byar manjing sigro-sigro
byar terwujud dengan segera

Ampuh sepuh wutuh, tan keno iso paneluh
ampuh, sepuh, utuh, tidak mempan diteluh
Gagah bungah sumringah, ndadar ing wayah-wayah
gagah riang gembira merekah di setiap waktu
Satriyo toto sembodo, Wirotomo katon sewu kartiko
satria tata sembada, wiratama bagaikan seribu bintang
Kataman wahyu Kolosebo
Ditimpakan wahyu kolosebo

Memuji ingsun kanthi suwito linuhung
aku memuji dengan menghadap Maha Tinggi
Segoro gando arum, suh rep dupo kumelun
lautan bau harum bagai asap dupa berarak
Ginulah niat ingsun, hangidung sabdo kang luhur
Mengolah niatku yang mengkidung kata-kata luhur
Titahing Sang Hyang Agung
perintahnya Sang Maha Agung

Rembesing tresno, tondho luhing netro roso
rembesan kasih sayang tanda air mata rasa
Roso rasaning ati, kadyo tirto kang suci
rasa perasaan di hati ibarat air yang suci
Kawistoro jopo montro, kondang dadi pepadang
diwujutkan japa mantra, terkenal jadi penerang
Palilahing Sang Hyang Wenang
Dengan kuasa Sang Maha Kuasa

Nowo dewo jawoto, tali santiko bawono
sembilan perwujudan dewa, tali kekuatan semesta
Prasido sidhikoro, ing sasono asmoroloyo
abadi memuji di surga
Sri Narendro Kolosebo, winisudo ing gegono
Sang Raja Kolosebo, diwisuda di angkasa
Datan gingsir sewu warso
Tidak akan lengser seribu tahun

Astaghfirullah Rabbal Barroya 

Astaghfirullah Rabbal Barroya (Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat)
Astaghfirullah Minal khotoya. (Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)

Rabbi zidni 'ilman naa fi'a (Tambahkan kepadaku ilmu yang berguna)
Wa wa fiqni 'amalam maqbula (Dan berikanlah aku amalan yang dimakbulkan)
Wa Wa habli rizqan waasi'a (Dan kurniakan kepadaku rezeki yang meluas)
Wa tub 'alaia taubatan nasuha (Dan perkenankan taubatku dengan taubat nasuha)

Astaghfirullah Rabbal Barroya (Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat)
Astaghfirullah Minal khotoya. (Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)

falihaadzaassirri ad’uu (Maka oleh karen rahasia itu aku berdoa)
fi yasaari wa ‘asaari (Pada saat senang dan susahku )
ana ‘abduu shoro fakhri (Aku adalah hamba, menjadi kebanggaanku )
dhimna faqri wadhthiroori (Dalam kefakiran dan keperluanku )

Astaghfirullah Rabbal Barroya (Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat)
Astaghfirullah Minal khotoya. (Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)

qod kafani i’lmu robbi (telah cukup bagiku ilmu tuhanku)
min su-aali wakhtiyaari (tentang permintaan dan usahaku )
yaa ilaahi wa maliiki (Wahai tuhanku, wahai yang memilikiku )
Anta ta’lamu kaifa haali (Engkau mengetahui akan keadaanku)


V. SECULAR : 

Just Humanistics > agnostics > atheistics ?

 

Imagine | John Lennon

Imagine there's no heaven
Bayangkanlah tak ada surga
It's easy if you try
Mudah jika kau mau berusaha
No hell below us
Tak ada neraka di bawah kita
Above us only sky
Di atas kita hanya ada langit
Imagine all the people
Bayangkanlah semua orang
Living for today...
Hidup hanya hari ini...

Imagine there's no countries
Bayangkanlah tak ada negara
It isnt hard to do
Tidak sulit melakukannya
Nothing to kill or die for
Tak ada alasan untuk membunuh dan terbunuh
No religion too
Juga tak ada agama
Imagine all the people
Bayangkan semua orang
Living life in peace...
Menjalani hidup dalam damai...

Imagine no possesions
Bayangkan tak ada harta benda
I wonder if you can
Aku ragu apakah kau mampu
No need for greed or hunger
Tak perlu rakus atau lapar
A brotherhood of man
Persaudaraan manusia
Imagine all the people
Bayangkan semua orang
Sharing all the world...
Berbagi dunia ini

You may say Im a dreamer
Mungkin kau kan berkata aku seorang pemimpi
But Im not the only one
Namun aku bukanlah satu-satunya
I hope some day you'll join us
Kuharap suatu saat kau kan bergabung dengan kami
And the world will live as one
Dan dunia akan bersatu


SUDAH FINALE

05 HALAL BI HALAL 
dari Blog Akun maxwellseeker@gmail.com 
13 Sharing Seeker atau  https://sharingseeker.blogspot.com/
Minggu, 15 Mei 2022 COPAS HALAL BI HALAL 1443 H (2022) LENGKAP final
REKAP REHAT 30072022/IDEA/ARSIP/HALAL BI HALAL/HB/02 MS Sharing Seeker 15052022 COPAS HALAL BI HALAL 1443 H (2022) LENGKAP final.docx
REKAP REHAT 30072022/IDEA/ARSIP/HALAL BI HALAL/HB/02 MS Sharing Seeker 15052022 COPAS HALAL BI HALAL 1443 H (2022) LENGKAP final.pdfREKAP REHAT 30072022/IDEA/ARSIP/HALAL BI HALAL/HB/REVISI LINK MEDIA HALAL BI HALAL 1443 H (2022).doc
REKAP REHAT 30072022/IDEA/ARSIP/HALAL BI HALAL/HB/REVISI LINK MEDIA HALAL BI HALAL 1443 H (2022).pdf

HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP & REVISED 

HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP

HALAL BI HALAL 05052022 by ISLAMI
Uploaded byteguh.qion May 6, 2022
listing of HALAL BI HALAL 05052022.zip

Taqobbalalloohu minnaa wa minkum ; ja’alanalloohu minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliin(a).
Kami mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fithri 1443 H/ 2022 M – Mohon ma’af lahir dan batin.

AGENDA

NASH = QS Ali Imron : 133 - 136 & Hadits Arbain 18
QS Ali Imron : 133 - 136

Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .
[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fis saroo-i  wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.
[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.
[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.
[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal
Hadits Arbain 18
‘an -abii dzarro jundub ibn junaadata wa abdir rohmani mu‟aadz ibn jabalin rodhiyalloohu „anhuma
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu‟az bin Jabal radhiallahuanhuma
‘an rosuulillaahi shollalloohu „alaihi wa sallama qoola :
dari Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam beliau bersabda :
Ittaqillaaha haitsu maa kunta
Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada,
Wa atbi‟is sayyi-atil hasanata tamhuhaa
iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya
Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasanin
dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “
(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih

PROLOG

Bismillaahir rohmaanir rohiim .Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Assalamu 'alaikum wa rohmatulloohi wa barokatuh(u).Semoga Allah melimpahkan kepada kamu/kalian keselamatan, rahmat, serta keberkahanNya
jawab: Wa' alaikum salam w arahmatullahi wa barakatuh Dan semoga kepada kalian keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga 

Alhamdulillaah –Alhamdulillaahi robbil 'aalamiina 
Segala puji bagi Allooh - Segala puji bagi Allooh Tuhan semesta alam 
~wa bihi na'budu mukhlishiina lahud diin(a), wa bihi nasta'iinu umurid dunyaa wad diin(i).
Dan hanya kepadaNya kita beribadah secara ikhlash sesuai dengan ketentuanNya (agama) ; Dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan dalam segala masalah duniawi & ukhrowi (agama) 
Innalhamdalillaahi nahmaduhu, wa nasta’iinuhu, wanastaghfiruhu;  wa na’uudzu billaaahi ming syuruuri angfusinaa wa min sayyi-ati a’maalinaa. 
sesungguhnya pujian itu milik Allah kita memuji-Nya dan kita minta pertolongan-Nya, dan kita memohon ampunan kepada-Nya,: dan kita mohon lindungan kepada-Nya dari keburukan diri kita, dan dari kejahatan amal-amal kita
May yahdihillaahu fa laa mudhillalahu ; wa may yudhlilhu fa laa haadiyiyallahu. 
siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya,  dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk

Asyhadu al-laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syaariikalah(u) ; wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh(u).
aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah
Alloohumma sholli wa saliim wa baarik ‘alaa rosuulika nabiyyil ummiyi Muhammadin (sholaalloohu 'alaihi was salaam) wa 'alaa aalihi wa shohbihi,wa ummatihi minal jami'il muslimiina wal muslimat,wal mu’miniina wal mu’minaat~ al ahyaai minhum wal amwaat  man ihtada bi hadyi-hi ilaa yaumid diin.
Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan serta berkah kepada rosul utusanMu nabi yang ummi Muhammad SAW dan kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dari jamaah muslimin & muslimat , mukminin & mukminat ~ yang masih hidup maupun yang telah wafat ~ yang senantiasa menikuti petunjuknya hingga hari kiamat/ pembalasan 

Qoolallohu ta'alaa fiil qur-aanil kariim : Berfirman alloh SWT dalam Al Qur'an mulia 
A'uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim. Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk 
Bismillaahir rohmaanir rohiim . Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fis saroo-i  wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.
Shodaqolloohu azhiim.Maha benarlah Allah yang Maha Agung

Wa qoola rosuulullooh Muhammadin (sholaaloohu 'alaihi was salaam) : Dan bersabda rosuululloh Muhammad SAW 
Ittaqillaaha haitsu maa kunta ~  Wa atbi’is sayyi-atil hasanata tamhuhaa, Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasanin Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada,  iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih)
Shodaqta yaa Rosuulullooh Engkau benar wahai rosuulullooh 

Robbisy roh lii shodrii, wa yassir lii amrii , wah lul ‘uqdatam min lisaani – yafqohuu qoulii.
"Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (Do'a Nabi Musa a.s QS Thoha : 25- 28)

PEMBUKA  
Kepada yang terhormat  para sesepuh, orang tua dan kerabat keluarga besar..... yang selalu mendapat rahmat Allooh subhanahu wa ta'alaa.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allooh subhanahu wa ta'alaa yang telah melimpahkan berkah kebaikan kepada kita semua dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama saya  Alhamdulillahi Robbil ‘aalamii.  Sungguh nikmat kebaikan yang dianugerahkan kepada kita semua oleh Allooh SWT dikarenakan sangat banyakn melimpahya tidak dapat kita hitung lagi. Kita tidak kufur mengingkari nikmat tersebut dan selalu mensyukuri semua yang diberikan kepada kita, termasuk diantaranya nikmat kehidupan dan kesehatan, hidayah keimanan dan keislaman serta bantuan waktu luang dan keselamatan sehingga kita dapat berkumpul bersama di rumah bapak ... disini tanpa ada kendala apapun juga. Allahumma (AAMIIN)
Sholawatullooh dan salamullooh semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Akhir Zaman Nabi Muhammad (sholaallohu 'alaihi was salaam) yang telah membimbing umatnya termasuk kita semua dari zaman jahiliyah hingga zaman Islamiyah, dan yang kita  nantikan syafaatnya kelak pada hari kiamat. Allahumma (AAMIIN)
Keluarga besar terah keturunan ...... yang selalu mendapat Rahmat Allah SWT.
Setelah  kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT dan juga sholawat kepada Nabi SAW, ijinkan saya berbicara mewakili pemilik  hajat (-------- sekeluarga) agar berbicara kepada anda semua 
1. Yang pertama melalui saya (------sekeluarga) menghaturkan selamat datang dan diharapkan nyaman adanya.
2. yang kedua mengucapkan terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu, dengan tulus memenuhi permintaannya (--------- sekeluarga).
3. Yang ketiga, mohon maaf  atas segala kekurangan dalam layanan penyambutan menyediakan tempat duduk dan seterusnya dari awal hingga akhir acara ini dengan  sebagaimana mestinya.
Berikutnya adalah pada saat ini; Saya diminta untuk berceramah kepada Anda semua tentang makna Halal Bi Halal. Semoga ada manfaatnya khususnya bagi saya  pribadi dan umumnya para hadirin semua.  (SHARING INFORMASI X ADVISE INSTRUKSI 

Katur ingkang kinurmatan poro sesepuh, bapak ibu ugi poro kadang sedherek keluarga ageng trah .....ingkang tansah pikantuk rohmatipun Allooh subhanahu wa ta'alaa.
Ingkang sepindah sumonggo kito langkung rumiyin ngunjukaken raos pujo lan puji syukur wonten ngarsanipun Allooh subhanahu wa ta'alaa ingkang sampun paring nikmat kesaenan dumateng kito sedoyo antawisipun kanthi ngucapaken hamdalah sesarengan  kulo derekaken : Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin Estu Nikmat kesaenan ingkang kito tampi saking Allooh SWT saking kathahipun mboten saget kito etang malih. kito mboten kufur nikmat lan tansah mensyukuri sedoyo mawon ingkang dipun paringaken dumateng kito nggih antawisipun nikmat gesang lan kesarasan, hidayah iman lan keislaman ugi inayah senggang lan kawilujengan Katitik wonten ing wekdal puniko, kito sedoyo saget makempal manunggal wonten ing dhalemipun bapak ..... ing...  mriki kanthi sae wilujeng mbonten wonten alangan setunggal punopo kemawon.  Allahumma (AAMIIN)
Sholawatullooh soho salamullooh mugi tansah kalimpahaken dumateng junjungan kito nabi akhirul zaman rosuululloh Muhammad (sholaalloohu 'alaihi was salaam) ingkang sampun nuntun umatipun kalebet kito sedoyo saking zaman jahiliyah dumateng zaman islamiyah, lan ingkang kito tenggo syafa'atipun benjang wonten ing dinten kiamat Allahumma (AAMIIN)
Para kadang keluarga ageng trah...... ingkang tansah pikantuk rohmatipun Allooh SWT.
Saksampunipun kito ngunjukaken raos pujo lan puji syukur dumateng ngarsanipun Allooh SWT lan ugi sholawat dumateng kanjeng Nabi SAW, Keparengo kulo sumelo atur minangko sulih sariro saking shohibul hajat (---------  sak keluargo) supados matur dumateng panjenengan sedoyo.
1. ingkang sepindah lumantar kulo (--------- sak keluargo) ngaturaken wilujeng rawuh mugi dipun sekecakaken anggenipun lelenggahan.
2.ingkang kaping kalihipun ngaturaken agengipun panuwun menggah saking kerso rawuh angelonggaraken wekdal, ngikhlasaken manah anetepi pamundutipun (--------- sak keluargo).
3. Kaping tiganipun nyuwun agunging samodro pangaksami sedoyo kekirangan anggenipun nampi kerawuhan panjenengan caos palenggahan lan sanesipun wiwit saking purwo – madyo – wasono acoro meniko.
Saklajengipun wonten ing wekdal meniko; kulo dipun dawuhi matur dumaateng panjenengan sedoyo perkawis/ babagan Makna Halal Bi Halal. Mugi wonten manfaatipun khususipun dateng kulo pribadi piyambak lan umumipun kagem poro kadang sedoyo. (NGANDAKE X NGANDANI )

MATERI HALAL BI HALAL =
1. WHAT = APA  HALAL BIHALAL ?
2. WHY = MENGAPA  DILAKSANAKAN  ?
3. HOW = BAGAIMANA  KELANJUTANNYA ?

1. WHAT = APA  HALAL BIHALAL ?
Biasanya pasca idul fitri sebagian umat Islam di Indonesia mengadakam acara halal bi halal,yaitu acara silaturrahmi dan ajang saling maaf memaafkan. Hal itu dipandang perlu demi mencapai kesempurnaan ketaqwaan kepada Allah swt. Yang mana ketaqwaan kepada Allah tersebut akan sempurna dengan menjalankan hubungan vertikal (hablum minallah) dan hubungan horizontal (hablum minannas).  MUKHLISH X MUFLIS
1. Hubungan vertikal adalah dengan melaksanakan puasa Ramadhan sebagaimana firmannya ; 
Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~  la’allakum tattaquun; Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (al-baqarah; 184)Dan hadits menyebutkan ; Man shouma romadhooma imanan wahtisaban ghufirolloohu man taqodama min dzambih“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan sesuai aturan, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Hubungan horizontal adalah dengan saling memaafkan sebagaimana firman-Nya;
237. jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah[151], dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. 
wa-an ta'fuu aqrabu littaqwaa dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa (al-baqarah;237)
QS Arof 199 : Khudzil ‘afwa, wa-muru bil ma’rufi, wa a’rid ‘anil jaahiliina. (jadilah kamu pemaaf. Hendaklah kau menyuruh kebaikan dan berpalinglah dari orang bodoh)

Halal Bi halal : tsaqofah islamiyah ; ibadah ghoiro mahdoh.
Dalam bahasa Arab kata tsaqufa berarti menjadi, cerdas, cekatan, cepat mengerti dan mengetahui. Seorang yang tsaqif berarti  seorang yang cepat dalam memahami
Tsaqif : cerdas / tanggap menjadikan segala hal sebagai momen tarbiyah (pengembangan diri/umat) ?

Istilah = wa ahallalloohu`alaik
Secara historis, istilah “halal bihalal” kemungkinan berasal dari ungkapan wa ahallalloohu`alaika (semoga Allah rela kepada anda) yang biasa diucapkan para sahabat Rasulullah ketika saling berpapasan usai melaksanakan shalat Idul Fitri, selain mereka juga mengatakan: taqobbalallahu minna wa minka/minkum (semoga Allah menerima jerih payah saya dan jerih payah anda). 
HR : Kaana rosuululloohi SAW idzal taqou yaumal ‘iidi yaquulu baghdhuhum li baghdhin : taqobbalalloohu minnaa wa minkum. (Keadaan Rosulullooh SAW bila berjumpa dengan para sahabatnya pada hari Id adalah mereka mengatakan : taqobbalalloohu minnaa wa minkum./mudah-mudahan Allooh SWT menerima amal ibadah kami dan kalian /)
Ja’alanalloohu minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliina. (semoga Allooh menjadikan termasuk orang yang kembali dalam kesucian, memperoleh kemenangan/ kesuksesan dan diterima amalnya).
= Ja’alanalloohu/ taqobbalalloohu minnaa wa minkum  minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliina
NB : FAA-IZIIN = kemenangan ? (See Link :  Idul Fitri Bukanlah Hari Kemenangan | M. Quraish ShihabPodcast)
Jika istilah “halal bihalal” berasal dari ungkapan “wa ahallallaahu`alaik” berarti memohon kerelaan Allah sebab kita telah berjuang sekuat tenaga agar tidak mengecewakan-Nya dengan penyia-nyiaan kesempatan.).
Dengan demikian, maksud istilah “halal bihalal” adalah “saling mendoakan semoga Allah rela atas ibadah puasa kita”. Namun yang menonjol dalam tradisi masyarakat kita, “halal bihalal” kemudian dimaknai dengan “saling bermaafan”. Maksud “saling bermaafan” di sini ialah masing-masing saling mengharap kerelaan saudara, sanak kerabat, sahabat atau siapa saja atas kesalahan yang pernah diperbuat, bukan mengharap kerelaan Allah secara langsung.

Istilah = falyatahallalhu 
Man kaanat lahu mazhlumatun li ahadin min ‘irdhihi au syai-in falyatahallalhu minhu alyauma qabla an laa yakuuna diinarun wa laa dirhamun; in kaana lahu ‘amalun shaalihun ukhidza minhu biqadri mazhlumatihi, wa in lam takun lahu hasanaatun ukhidza min sayyiaati shaahibihi fahumila ‘alaihi.” 
(“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kesalahan berupa harga diri atau sesuatu kepada saudaranya, maka hendaknya ia meminta kehalalannya kepada orang tersebut sekarang ini, sebelum terjadi suatu hari di mana dinar dan dirham tidak berlaku (hari kiamat). Apabila ia mempunyai amal shaleh, maka akan dibayarkan kepada saudaranya itu sesuai dengan kesalahannya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, maka ia akan dibebankan kesalahan-kesalahan saudaranya itu.” (HR. Bukhari).

Tentang Kezhaliman =
Kezhaliman yang dalam bahasa Arab zhulm ظُ atau mazhlimah memiliki beberapa makna yaitu Menyimpang dan melewati batas; Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya; merampas atau mengurangi hak orang lain

HR Imam Bukhori Muslim dari Ibnu Umar: azh zhulmu zhulumaatun yaumul qiyaamati. (penganiayaan merupakan kegelapan pada hari kiamat).
HR Imam AthThoyaalisy dari Annas ra: Azh zhulmu tsalaatsatun : fazh zhulmun laa yaghfiruhulloohu, wa zhulmun yaghfiruhulloohu, wa zhulmun laa yatrukuhu. Fa ammazh zhulmul ladzii laa yaghfiruhu fa asy syirku. Qoolalloohu ta’aalaa: innasy syirka zhulmun ‘azhiim /luqman 13/; wa ammazh zhulmul ladzii yaghfiruhulloohu fa zhulmul ‘ibaadi anfusihim fiima bainahum wa baina robbihim; wa ammazh zhulmul ladzii laa yatrukuhu fa zhulmul ‘ibaadi ba’dhuhum ba’dhon hatta yudiina li ba’dhihim mim ba’dhon. (Kezaliman ada 3 : kezaliman yang tidak diampuni, yang dapat diampuni, yang belum diampuni. Kezaliman yang tidak dapat diampuni adalah menyekutukan Allooh. Berfirman Allooh SWT : sesungguhnya syirik adalah perbuatan aniaya yang besar;sedangkan perbuatan aniaya yang dapat diampuni oleh Allooh SWT adalah perbuatan aniaya yang dilakukan hamba Allooh terhadap dirinya sendiri yang berkaitan antara mereka dengan Tuhan mereka ; Adapun perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan begitu saja olehNya adalah perbuatan yang dilakukan hamba Allooh diantara sesamanya sampai sebagian diantara mereka membalaskan perbuatan aniaya terhadap sebagian yang lain)
BERSEGERA ISHLAH PERBAIKAN ATAS KEZHALIMAN
Oleh karena itu, seorang hamba yang telah terlanjur melakukan kezhaliman kepada orang lain hendaknya menyelesaikan urusannya secepat mungkin, dengan meminta maaf, meminta halal, atau mengembalikan hak-haknya dan menyelesaikan urusannya. Jika tidak, maka hal itu tetap akan diadili pada hari kiamat.
Pemaafan itu dapat diimplementasikan dalam bentuk meminta kehalalan.

SEJARAH TRADISI  HALAL BI HALAL  DI INDONESIA 
Penggagas istilah “halal bi halal” ini adalah KH. Wahab Chasbullah. Ceritanya begini: Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII dan PKI Madiun. Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH. Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kyai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi. Lalu Bung Karno menjawab, “Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain”. “Itu gampang”, kata Kyai Wahab. “Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah “halal bi halal”, jelas Kyai Wahab.
Dari saran kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’ dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Jadi, Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, sementara Kyai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Jadilah Halal bi Halal sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang.
Etimologi Itsmar : Halalun bi Halalin ?
Jika ditinjau secara etimologis Bahasa Arab, hemat penulis, istilah Halal bi Halal tidaklah patut disalahkan. Meskipun istilah ini asli made in Indonesia dan tidak di kenal di dunia Arab, apalagi di dunia Islam lainnya, namun tidaklah meniscayakan istilah ini tidak benar secara Arabic.
Dalam ilmu Bahasa Arab sering dijumpai teori izhmâr (sisipan spekulatif pada kalimat).
Setidaknya ada dua cara agar istilah Halal bi Halal ini benar secara bahasa dengan pendekatan teori tersebut.
1.       thalabu halâl bi tharîqin halâl; mencari kehalalan dengan cara yang halal.
makna filosofis Halal bi Halal : mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan.
2.       halâl yujza’u” bi halâl; kehalalan dibalas dengan kehalalan.
Atau dengan analisis kedua (halâl “yujza’u” bi halâl) adalah: pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan. 
Untuk yang kedua ini hampir sepadan dengan redaksi ayat al-Qur’an saat berbicara hukum qishâs “anna al-nafsa bi al-nafsi, wa al-‘aina bi al-‘aini; sesungguhnya jiwa dibalas dengan jiwa dan mata dibalas dengan mata” (QS. Al-Maidah: 45). Dalam redaksi ayat tersebut, mufasir biasanya memahaminya dengan teori izhmâr, menjadi: anna al-nafsa “tuqtalu” bi al-nafsi, wa al-‘aina “tufqa’u” bi al-‘aini. Hanya bedanya kalau Halal bi Halal berbicara dalam konteks positif, sedangkan redaksi ayat tersebut dalam konteks negatif. 

Tradisi Indonesia (Jawa) :
Sebenarnya kegiatan seperti halal bi halal itu sendiri sudah ada sejak zaman Kasultanan Mataram Islam Jogja, yaitu dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Setelah Idul Fitri, beliau menyelenggarakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas termasuk organisasi keagamaan dan instansi pemerintah. Akan tetapi, itu baru kegiatannya bukan nama dari kegiatannya. kegiatan seperti dilakukan Pangeran Sambernyawa belum menyebutkan istilah “Halal bi Halal”, meskipun esensinya sudah ada.
KGPAA Mangkunegara I (RM Said ) atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa (masa perang/ sbg raja)
SUNGKEMAN = birul walidain / shilaturohim ; nyuwun pangapunten, nyuwun pangestu

Pasca Idul Fithri (QS Ali Imron 133 – 136 ) : Halal Bi Halal
Juga : mudik - budaya kupat  (laku papat : syariat – thariqat – hakekat - ma’rifat ; lebaran – luberan – leburan – laburan; ngaku lepat).

Arti Kata Ketupat. kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.
Syariat  : pelaksanaan ketentuan
Thariqat : penempuhan keutamaan
Haqeqat : penembusan kesejatian
Ma’rifat : penghayatan ketauhidan

Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.
Lebaran. Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan. Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.
Leburan. Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan. Berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun poemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Shiyam Ramadhan (QS Al Baqoroh :183 – 187)
Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~  la’allakum tattaquun;
[2.183] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Ayyaamaam ma’duudah ~ Fa man kaana minkum maridhoon au ‘alaa safarin : fa’iddatum min ayyaamin ukhoro; Wa ‘alalladziina yuthiiquunahu : fidyayun tho’aamu miskiin; faman tathowwa‘a khoiron : fa huwa khoirulahu.;Wa antashuumuu khoirul lakum in kuntum ta’lamun ;
[2.184] (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Syahru romadhoonal ladzii unzila fiihil qur’aanu : hudaal lin naasi wa bayyinaatim minal hudaa wal furqoon; Fa man syahida minkumusy syahro : falyashumhu ; Wa man kaana mariidhoon au ‘alaa safarin: fa’idatum min ayyaamin ukhor(o).; Yuriidulloohu bikumul yusro wa laa yuriidu bikumul ‘usro; wa litukmilul ‘iddata wa litukab-biruullooha ‘alaa maa hadaakum,wa la ’allakum tasykuruun. 
[2.185] (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Wa idza saaalaka ‘ibadii ‘annii faa innii qoriib.; Ujiibu da’wa tadda’i  idzaa da’aani – falyastajiibuu lii wal yu’minuu bi la’allahum yarsyuduun.
[2.186] Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Uhilla lakum lailatash shiyaamir rofatsu ilaa nisaa-ikum ; hunna libaasul lakum~ wa antum libaasul lahunna; ‘alimalloohu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum ~ fa taaba ‘alaikum wa ‘afaa ‘ankum;  fal aana baasyiruu hunna wab taghuu maa kataballoohu lakum,wa kuluu wasyrobuu hattaa yatabayyana lakumul khoithul abyadhi minal khoithil aswadi minal fajri ~ tsumma atimmush shiyaama ilal laili;wa laa tubaasyiruu hunna wa antum ‘aakifuuna fil masaajidi;  tilka huduudulloohi fa laa taqrobuhaa ;  ka dzaalika yubayyinulloohu aayaatihii lin naasi la’allahum yattaquun.
 [2.187] Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa
Hadits : 

Level orang berpuasa 3 = LINK  
Umum :  zhalim – kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna ; muqtashid – - lalai mengerjakan ibadah-ibadah sunnah ; sabiqun bil khoirot - meninggalkan perkara haram , makruh & mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankan
Ghazali :  biasa – sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat ;  khusus – menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat ; super khusus - tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawiyah, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah

+ Kultum Puasa ?

antara lain hikmah zakat fitrah ?:
HR Ibnu Dawud,Ibnu Majah, Ibnu Daroquthni, Hakim dari Ibnu Abbas : Farodho rosuululloohi sholalloohu ‘alaihi was sallam zakaatal fithri ~ thuhrotan lish shoo-imi minal laghwi, war rofatsi ; wa thu’matan lil masaakiini. Fa man idzaaha qoblash sholaati fahiya zakaatun maqbuulatun ; wa man iddahaa ba’dash sholaati fahiya shodaqotun minash shodaqooti. (Ditetapkan Rosulullooh saw zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan pembicaraan yang keji ; dan kemudian digunakan sebagai makanan bagi orang miskin. Maka barang siapa menunaikan zakat tersebut sebelum sholat /Idul fithri/ maka itulah zakat yang sebenarnya diterima. Sedangkan barang siapa menunaikan zakat tersebut sesudah sholat /Idul fithri/ maka itu dianggap hanya sebagai sedekah biasa)
HR Abu Hafsh b Syahaim : Shoumu syahri romadhoona mu-‘allaqun bainas samaa-i wal ardhi ; wa laa yurfa-‘u illaa bi zakaatil fithri.(Puasa bulan romadhon itu digantungkan antara langit dan bumi;dan tidaklah diangkat pahala puasa itu kecuali dengan zakat fitrah

3 Versi Hadits aamiin 3 x : sebelum ramadhan/ syawal ? Nabi Muhammad SAW ke mimbar  meng-amini doa malaikat Jibril 
-     durhaka ( anak ke ortu, istri ke suami, muslim ke saudaranya )
LINK KH Zainuddin MZ 
-     maaf  ( anak ke ortu, istri ke suami, orang sekitar )
-     laknat (ramadhan tanpa pengampunan, bhakti ke orang tua, shalawat nabi

Hubungan social 3 : See Sample Khutbah Jum’at Jawi

1.       Ojo nyalahke kahanan – Ojo nyalahi liyan (Jangan menyalahkan keadaaan – Jangan menyalahi orang lain)
QS Al Anbiya 35 : Kullu nafsin dzaaiqotul maut; wa nabluuku bisy-syarri wa khoiri fitnataw~ wa ilainaa turja’uun.” Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati ; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya–dan hanya kepada kamilah kamu sekalian akan dikembalikan).
laa dhororo wa laa dhiroro “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain“ (arbain 32)
Man kaana yu’minu billaahi wal yaumil aakhiri fa laa yu-‘dzi jaarohu. Barang siapa beriman kepada Allooh dan hari kiamat janganlah menyakiti hati tetangganya.

2.       Ngapiki > ngapike awake & liyane (membawa kebaikan diri sendiri & lainnya )
SHOLIHUN LI NAFSIHI WA MUSLIHUN LI GHOIRIHI = menjaga kebaikan diri pribadi & membawa kebaikan bagi lainnya 
See Kultum Ashr

1) WAL 'ASHR : Demi Masa
memahami waktu 3 (linear-irreversible-terbatas maut 3/kodrati, tdk bisa dihindari tetapi misteri/ - mensikapi waktu (bijaksana, seimbang dan selaras)  
2) INNAL INSAANA LAFII KHUSRIN : sesungguhnya (sebagian besar) manusia merugi
merugi 3 : ketidak-mengertianketidak perdulianketidak berdayaan
3) ILLAL LADZINA : AAMANU,WA 'AMILUSH SHOOLIHATI ; WA TAWAASHOU BIL HAQQI, WA TAWAASHOU BISH SHOBR(I) :
kecuali orang-orang yang beriman,yang beramal sholih; yang saling menasehatkan dalam kebenaran dan yang saling menasehatkan dalam kebenaran &  kesabaran.
SHOLIHUN LI NAFSIHI : menjaga kebaikan diri pribadi
-  AAMANU : Arkanuddin 3 = iman - islam - ihsan 
'- 'AMILUSH SHOOLIHATI : Arkanul Amal 3 = ittiba - ikhlash - mahabah
MUSLIHUN LI GHOIRIHI : membawa kebaikan bagi lainnya
- TAWAASHOU BIL HAQQI : Arkanul Ilmu 3 = mencari ilmu  - mengamalkan ilmu - mengajarkan ilmu
- TAWAASHOU BISH SHOBR(I) : Arkanush Shobr 3 = menerima mushibah , menjalani ketaatan, menghindari kemaksata

Al kholqu ‘iyaalulloohi kulluhum wa ahabbahum ilalloohi anfa’uhum li ‘iyaalihi. Semua makhluk adalah keluarga Allooh, dan yang paling dicintai Allooh diantara makhluk tersebut adalah yang paling bermanfaat bagi keluargaNya.
Irhamuu man fil ardhi yarhamkum  man  fis samaa-i  Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” HR. Abu Dawud dan Timidzi.
QS Al Maidah 2 :Yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa tuhilluu sya'aa-irallaahi walaa sysyahra lharaama walaalhadya walaa lqalaa-ida walaa aammiina lbayta lharaama yabtaghuuna fadhlan min rabbihim waridhwaanan wa-idzaa halaltum fastaaduu walaa yajrimannakum syanaaanu qawmin an shadduukum 'ani lmasjidi lharaami an ta'taduu wata'aawanuu 'alaa lbirri wattaqwaa walaanta'aawanuu 'alaa l-itsmi wal'udwaani wattaquullaaha innallaaha syadiidu l'iqaab[5:2] 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allahsesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

3.       Kearifan demi kesucian (kesadaran dengan kewajaran , ketulusan dalam kekudusan)
HR = In arodta antabiqosh shiddiqiina : fashil man qotho’aka, wa’thi man haromaka, wa’fu ‘amman zholamaka 
Jika kamu ingin melebihi tingkatan orang shidiqin (benar) sebaiknya sambunglah tali shilaturahim kepada yang memutuskan hubungannya, memberi kepada orang yang tidak mau memberi dan memaafkan orang yang menzalimimu. (pesan Nabi SAW kepada Ali ra atau Uqbah bin ‘Amir ?)
juga : Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda: tiga perkara yang ketika ada dalam diri seseorang maka Allah SWT. akan menghisabnya dengan hisab yang mudah dan memasukkannya ke dalam Surga dengan rahmatNya. Sahabat bertanya: bagaimana itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab: kamu memberi kepada orang yang menghalangimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutusnya. (HR. Al-Hakim). wa’thi man haromaka, wa’fu ‘amman zholamakafa shil man qotho’aka
Dalam kitab Mizan al-Amal Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata:"Memaafkan orang yang dzalim kepadamu adalah puncak kesantunan dan keberanian, memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi kepadamu adalah puncak kedermawanan, menyambung tali hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu adalah puncak kebaikan."
shil man qotho’aka, wa -ahsin ilaa man –asaa-a ilaika wa qulil haqqo wa lau ‘alaa nafsika : Sambungkan silaturrahim yang terputus, dan bersikaplah ihsan (baik) kepada orang yang membeci kamu, dan katakanlah kebenaran (secara jujur) walaupun kepada dirimu sendiri ( Hadits shahih riwayat Ali dari Ibnu Najar, kitab Jami’ush Shaghier jilid II hal. 44 )

QS Hujurot 11 : yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa yaskhor qawmun min qawmin 'asaa an yakuunuu khayran minhum walaa nisaaun min nisaa-in 'asaa an yakunna khayran minhunna walaa talmizuu anfusakum walaa tanaabazuu bil-alqaabi bi/sa l-ismu lfusuuqu ba'da l-iimaani waman lam yatub faulaa-ika humu zhzhaalimuun  Hai orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan)n dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
QS Hujurot 12 : yaa ayyuhaalladziina aamanuu ijtanibuu katsiiran mina zhzhanni inna ba'dhzhzhanni itsmun walaa tajassasuu walaa yaghtab ba'dhukum ba'dhan ayuhibbu ahadukum an ya/kula lahma akhiihi maytan fakarihtumuuhu wattaquullaaha innallaaha tawwaabun rahiim Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
QS Al Hujuroot 13: Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila~li ta’aarofuu. Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiirun. (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.)

2. WHY = MENGAPA  DILAKSANAKAN  ?

QS. Ibrahim: 42 =  wa lā taḥsabannallāha gāfilan 'ammā ya'maluẓ-ẓālimụn, innamā yu`akhkhiruhum liyaumin tasykhaṣu fīhil-abṣār 
[14.42] Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. 
Kedzaliman tidak akan pernah dilupakan Allah, meskipun manusia begitu mudah melupakannya. Ketika di hari kiamat, akan dilakukan hisab, dimana pahala orang yang mendzalimi akan diserahkan kepada orang yang didzalimi, hingga kedzaliman itu habis.

Hadits nawawi no. 24
`An Abi dzarril-ghifaari rodhiyalloohu ‘anhu Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu
Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam, fiimaa yarwihi ‘an robbihi ‘azza wa jalla annahu Qoola : dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman:
:"Yaa ‘ibaadii inni harromtuzh zhulma ‘alaa nafsii wa ja’altuhu bainakum muharroman fa laa tazhoolamu.
Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim.
Yaa ‘ibaadii kullukum dhollun illaa man hadaituhu fastahduunii ahdikum. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah.
Yaa ‘ibaadii kullukum ja-i'un illaa man ath’amtuhu fastath’imuni uth’imkum.Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan.
Yaa ‘ibaadii kullukum ‘aarin illaa man kasautuhu, fastaksuuni aksukum.Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian.
Yaa ‘ibaadii innakum tukhti-una bil-layli wan-nahaari wa ana aghfirudz-dzunuba jami’an fastaghfiruni, aghfir lakum.Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.
Yaa ‘ibaadii innakum lan tablughdhurri fatadhurruni wa lan tablughu naf`i fatanfa`uni.Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku.
Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanu ‘alaatqo qolbi rojulin wahidin minkum maa zaada dzalika min mulki syai-aan.Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. 
Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu ‘alaa afjari qolbi rajulin wahidin minkum, maa naqshdzalika min mulki syai-aan.Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga.
Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum qoomuu fii sho’idin wahidin fasa-aluuni faa’thoitu kulla wahidin mas-alatahu, maa naqoshdzalika mimma ‘indi illaa kamaa yanqushu l-makhiitho idza udkhilal-bahro Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan.
Yaa ‘ibaadii innama hiya a’maalukum uh-shihaa lakum, tsumma -auufiikum iyyaahaa, fa man wajada khoiron fal-yahmadillaaha , wa man wajada ghoiro dzalika falaa yalau manna illaa nafsahu Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.
(HR. Muslim)

BAB  MUSTARIH (BERISTIRAHAT DAN MENGISTIRAHATKAN) Sebelum Kematian =

Abu Qotadah bin Rib'i Al-Anshari r.a. berkata: 
‘alaihi bi janaazati(n) ~ fa qoola: mustarihun wa mustarohun minhu. 
Ketika ada janazah lalu tiba-tiba Nabi saw. bersabda: Mustarih wa mustarah minhu (Beristirahat dan mengistirahatkan). 
Qooluu: yaa rosuulallooh(i), maal mustarihun wa mustarohun minhu ? 
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah maksud beristirahat dan mengistirahatkan?  
Al ‘abdul mu-minu yastariihu min nashobid dunyaa wa ‘adzahaa ilaa rohmatillaah(i). 
Jawab Nabi saw.: Seorang hamba mu'min istirahat dari kesibukan dan lelahnya dunia dan gangguannya kembali ke rahmat Allah 
Wal ‘abdul fajru yastariihu minhul ‘ibaadu wal labilaadu wa syajaru wad 
Sedang hamba yang fajir(lacur/jahat) orang-orang merasa istirahat, juga negara dan pohon pohon dan binatang yang melata merasa istirahat dari gangguannya. (Bukhari, Muslim).

plus :
hadits: ‘an ‘aa-isyatu rodhiyallooha ‘anha qoola, qoola rosuulalloohi sholallohu ‘alaihi was salaam, " yaa ‘aa-isyatu inna syarron naasi manzilatan indalloohi yaumal qiiyamati man wada’ahu au tarokahun naasut taqoo-a fuh-syihi ." Dari Aisyah RA berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut kejelekannya.” (HR Muslim, hadits no 4693) 
hadits : khoirukum man yurja khoiruhu wa  yu- manu syarrohu wa syarrokum  man laa yurja khoiruhu wa  laa yu- manu syarrohu
 “Yang terbaik diantara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan dirasa aman dari keburukannya. Sedangkan orang terburuk di antara kalian adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya, justru tidak bisa dirasa aman dari keburukannya,” (HR Tirmidzi).

intinya ... ber-etika-lah : akhlaqul karimah & amilush sholihan ( sholihun li nafsihi + musllihun lil ghoirihi )


BAB :  MUFLIS Al Muflisun (Orang yang Bangkrut / Pailit) 

‘An Abii hurairata ra. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
Anna rosuulalloohi  SAW. qoola: Atadruuna mal muflisu?
bahwa Rasulullah SAW bertanya : tahukah kalian ( para sahabat)  siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?
Qoolul muflisuu fiinaa man laa dirhama lahu walaa mataa ‘u.
"Maka mereka menjawab : orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta.
Faqoola: Innal muflisa min ummatii ya’tii yaumalqiyaamati bishsholaati washshiyaami wa zakaati wa ya’tii qod syatama haadzaa, wa qodafa hadzaa,/ wa akala maala hadzaa/, wa safaka dama hadzaa, wa dhoroba hadzaa 
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan : orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, /memakan harta si ini, /menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak),
fa yu’thoo hadzaa min hasanaatihi wa hazdaa min hasanaatihi, fain faniyat hasanaatuhu qobla an yuqdhoo maa ‘alaihi ukhiza min khothooyaahum, fathurihat ‘alaihi tsumma turiha finnari 
maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (( HR. Muslim 2581))

Tiga model orang yang bangkrut sehingga amal baiknya tidak cukup untuk menutupi keburukannya:
1. Mencela (Mencaci dan memfitnah) syatama haadzaa, wa qodafa hadzaa : mencela si ini, menuduh (berzina) si itu
2. Memakan harta orang lain  akala maala hadzaa : /memakan harta si ini,
3. Menganiaya dan membunuh wa safaka dama hadzaa, wa dhoroba hadzaa : menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak),

1. Mencela (Mencaci dan memfitnah)

“ ‘An abii khurairata qoolaa: ‘Dari Abi Hurairah ia berkata:
qoola rojulun, yaa rosuulalloohi in fulaanata yadzkuru min kats roti sholaatiha wa shiyaamiha annahaa tu’dzii jiiroonahaa bilisaanihaa. 
Seorang laki-laaki pernah bertanya :”Waahai rosuululloh,ada seorang perempuaan –lalu dia menceritakan banyak shalat dan shaumnya—tetapi dia menyakiti tetangganya dengan lisannya”. 
Qoolaa hia finnari. Beliau menjawab:”Dia masuk neraka”
Qoola yaa rosuulalloohi fain fulaanata  yudzkaru min qillati shiyamiha, wa shodaqootihaa, wa sholaatihaa wa innahaa tashoddaqu bil atswaari min al-qiti walaa tu’zdii jiroonahaa bi lisaanihaa, 
Ia bertanya lagi:”Wahai rosuululloh, ada seorang wanita yang sedikit shaum sedekah  dan sholatnya, dia hanya bersedekah dengan sepotong keju, tetapi dia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya”.
qoolaa hia fil jannati  .  Maka Rosululloh menjawab”Dia di syurga”
(Musnad Ahmad, Hadist hasan)

LINK  7 Larangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (AA Gym)

PLUS Hadits :  
Hadatsana yahyaabnu yahyaa qoola Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata;
Qoro-tu ‘alaa maaliki ‘an abiiz ziyaadi ‘an –a’roji Aku membaca kitab Malik dari Abu Az Ziyad dari Al A'raj 
 ‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :
qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Iyyaakum wazh-zhonna fa-innazh-zhonna akdzabul hadiitsi
Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. 
(1) Jangan Buruk Sangka
Wa laa tahassasuu, Wa laa tajassasuu  , Wa laa tanaafasuu ,
Janganlah mencari-cari isu; janganlah mencari-cari kesalahan; janganlah saling bersaing
(2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib.(4), jangan saling bersaing (kemegahan dunia),
wa laa tahaasaduu, wa laa tabaghodhu , wa laa tadaabaru ,
janganlah saling mendengki; janganlah saling memarahi; dan janganlah saling membelakangi (memusuhi)!
(5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, (7) jangan saling bermusuhan
Wa kuunuu ‘ibaadalloohi -ikhwanaa 
tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.
(Shahih Muslim No.4646)

Kutipan artikel bagus : 7 Larangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (AA Gym)

(1) jangan buruk sangka, (2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib.(4), jangan saling bersaing (kemegahan dunia), (5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, (7) jangan saling bermusuhan


1.Larangan Pertama =Jangan Buruk Sangka
Imam Al- Qurthubi menerangkan kepada kita bahwasanya buruk sangka itu adalah melemparkan tuduhan kepada orang lain tanpa dasar yang benar. Yaitu seperti seorang menuduh orang lain melakukan perbuatan jahat, akan tetapi tanpa disertai bukti-bukti yang membenarkan tuduhan tersebut.
Allah Swt berfirman, “Hai orang- orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba- sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba sangka itu dosa. Dan janganlah mencari- cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adkah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Hujurat[49]: 12)
 Ayat ini diperkuat dengan hadits Rasulullah Saw yang berbunyi, “Iyyakum wa dzana, fainna dzonna akdzabul hadits” yang artinya, “Jauhilah oleh kalian prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan paling dusta.” (Muttafaq alaih—Shahih)
 Saudaraku, dalam kehidupan sehari- hari kita seringkali menemukan peristiwa seperti ini. Bahkan, boleh jadi diri kita pun tidak luput melakukannya. Baik disadari ataupun tanpa disadari. Hanya karena omongan teman mengenai diri orang lain, kita bisa dengan mudah terpancing untuk turut berprasangka buruk tentangnya.Jika sudah demikian, maka hidup kita tidak akan tenang. Mengapa? Karena kita jadi mudah menilai bahwa orang lain adalah jahat. Kepada orang tertentu yang kita buruk sangkai, kita akan bersikap dingin atau menghindar, karena kita menduga bahwa dirinya jahat dan kita ingin selamat. Padahal sebenarnya, belum tentu seperti itu. Bahkan, sangat mungkin sangkaannya itu keliru.Dalam situasi seperti itu, maka yang rugi siapa? Tiada lain dan tiada bukan yang rugi adalah diri kita sendiri. Kita rugi karena terganggu ketenangan kita. Dan kita bertambah rugi lagi karena buruk sangka mendatangkan dosa pada diri kita sendiri. Na’udzubillahi mindzalik!
Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan bahwa buruk sangka (suuzhan) adalah haram sebagaimana ucapan yang buruk. Keharaman suuzhan itu seperti haramnya membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain. Oleh karena itu tidak diperbolehkan juga membicarakan keburukannya kepada diri sendiri atau di dalam hati, sehingga kita berprasangka buruk tentangnya. Apa yang Al- Ghazali maksudkan adalah keyakinan hati bahwa suatu keburukan tertentu terdapat dalam diri orang lain. Bisikan hati yang hanya terlintas sedikit saja, maka itu di maafkan. Sedangkan yang dilarang adalah menyangka buruk, di mana persangkaan adalah sesuatu yang di yakini di dalam hati.
Jikalau berprasangka buruk terhadap sesama saja sudah mendatangkan dosa. Maka, apalagi jika buruk sangka itu di tujukan terhadap Allah Swt. Seperti apa berburuk sangka kepada Allah itu? Bentuk- bentuk contoh suuzhan kepada Allah Swt adalah sikap putus asa dari rahmat- Nya, merasa diri tidak disayangi oleh- Nya. Juga sikap tidak menerima takdir, menganggap Allah tidak adil, menganggap doanya tidak akan dikabulkan dan menganggap kaum Muslimin akan tetap dalam keadaan kalah dan kemenangan akan selama- lamanya berada ditangan orang- orang kafir. Serta masih banyak contoh lainnya.Sedangkan Allah Swt dengan sangat tegas memperingatkan kita untuk tidak berburuk sangka pada- Nya. Dalam salah satu hadits qudsi disebutkan,
 “Aku senantiasa berada pada prasangka baik hamba-Ku dan aku akan bersama dia ketika ia mengingat-Ku (berdzikir kepada-Ku) kalau ia mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan mengingat dia dalam Diri-Ku. Bila ia ingat Diri-Ku di tempat ramai, Aku akan mengingatinya di tempat keramaian yang lebih baik dari padanya. Kalau ia (hamba-Ku) mendekat kepada-Ku sejengkal, akan Ku dekati ia sehasta. Kalau ia mendekat kepada- Ku sehasta, maka Aku dekati dia sedepa dan bila dia datang kepada- Ku berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Bukhari Muslim. – shahih)
Mungkin kita bertanya- Tanya di dalam hati “Lalu bagaimana cara kita membedakan antara sikap waspada dengan buruk sangka?” pertanyaan seperti ini sangat wajar muncul di dalam benak kita. Karena, memang sangat halus perbedaanya dan juga sangat mudah sekali prasangka terbetik di dalam hati kita.Sebagaimana sudah disinggung di atas, bahwa Allah akan memaafkan prasangka buruk yang muncul hanya selintas saja di dalam hati yang kemudian dilupakan. Karena manusia adalah makhluk yang lemah yang tidak mampu menghalang- halangi munculnya kilatan prasangka yang muncul secara tiba- tiba begitu saja di dalam hatinya. Namun, apabila kilatan prasangka tersebut dipelihara terus, dilanjutkan atau ditumbuhkan dengan kecurigaan- kecurigaan berikutnya apalagi hingga dibicarakan kepada orang lain, maka inilah yang mendatangkan dosa.Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi RA, bahwa buruk sangka yang hukumnya haram adalah prasangka buruk yang menetap di dalam hati seseorang. Sedangkan prasangka buruk yang muncul secara sekilat saja lalu hilang, itu tidaklah mendatangkan dosa karena memang di lur kemampuan manusia.
Pendapat Imam Nawawi tersebut didasarkan kepada sebuah hadits yang menjelaskan bahwasanya Allah Swt akan memaafkan seorang hamba yang di dalam hatinya muncul suatu hal terlarang secara selintas saja secara tidak sengaja, dan ia tidak melanjutkannya dengan cara menceritakannya atau melakukannya.
 Hadits tersebut adalah sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya Allah memaafkan bagi umatku apa yang terlintas di hati mereka selama mereka tidak membicarakan atau melakukannya.” (HR. Bukhari, Muslim.—shahih)     “Sebagaimana pengertiannya bahwa buruk sangka adalah menuduh orang lain berbuat keburukan tanpa didasari dengan bukti atau petunjuk yang kuat. Menurut penjelasan Imam Nawawi, maka jika persangkaan muncul karena didorong oleh petunjuk- petunjuk yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan, persangkaan ini tidaklah haram dan tidaklah termasuk kepada buruk sangka. Karena demikianlah tabiat manusia, jika ia mendapatkan petunjuk- petunjuk yang kuat, maka muncullah persangkaan di dalam dirinya. Persangkaan buruk yang sama sekali tidak didasari petunjuk- petunjuk yang kuat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
 Dalam hal buruk sangka kepda Allah Swt, hal ini biasanya terjadi manakala seseorang ditimpa kesulitan hidup. Ketika doanya tidak juga terkabul, keinginannya tidak juga terwujud, maka ia kecewa. Ia putus asa dan beranggapan bahwa Allah Swt tidak mau endengarkan doanya, tidak menyayanginya. Dalam situasi itu biasanya seseorang menjadi gelap mata dan buta hati. Ia lupa padasekian banyak pemberian Allahyang terlimpah kepada dirinya selama ini. Ia lupa pada penjaganya, pemberian, dan kasih sayng Allah yang tiada pernah bisa terhitung disepanjang hidupnya, sejak ia di dalam rahim ibuya, hingga ia lahir tumbuh dan berkembag.Padahal, ketika doanya tidak terkabul saat itu, maka itu sesungguhnya bukanlah tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Melainkan Allah menundanya dan mengabulkannya berupa kebaikan di akhirat kelak. Atau Allah akan mengabulkannya dengan cara menyelaatkan dirinya dari keburukan.
Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tida mengandung dosa dan memutuskan silaturahim, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan doanya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi Saw lantas berkata, “ Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa- doa kalian.” (HR Ahmad.—shahih)
Selain itu, sifat manusia yang selalu tak pernah puas mengakibatkan selalu bermunculan keinginan demi keinginan. Manusia mengira bahwa segala hal yang ia inginkan itu memang baik baginya. Setelah punya motor, ia ingin punya mobil. Setelah punya mobil, ia ingin punya mobil yang mewah. Setelah punya kontrakan, ia ingin punya rumah. Setelah punya rumah, ia ingin punya rumah yang lebih luas dan lebih indah. Begitulah seterusnya. Setelah punya pekerjaan, ia ingin punya jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi lagi. Ingin punya penghasilan yang lebih tinggi lagi. Ingin punya penghasilan yang lebih besar lagi
Demikianlah manusia. Memang tidak salah manakalamanusia punya keinginan. Karena dengan adanya keinginan, manusiaakan hidup secara aktif dan kreatif. Namun yang keliru adalah ketika manusia memikirkan bahwa apa yang diinginkannya harus ia dapatkan sehingga ia berusaha mendapatkannya dengan menghalalkan berbagai macam cara. Dan ketika ia gagal mendapatkannya, lantas ia putus asa dan menghujat siapa saja, tak terkecuali Allah Swt. Inilah sikap yang salah. Artinya: “..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Sebagai contoh, ada yang ingin menjadi pegawai negeri. Ujian-ujian seleksi ia ikuti. Berbagai persyaratan ia penuhi. Ia menghindari praktik kotor melakukan sogokan untuk meloloskan keinginannya. Akan tetapi, ia tidak lulus ujian tersebut. Pada kesempatan berikutnya ia mencoba kembali, namun tidak juga lulus.
Orang yang mengalami hal demikian bisa jadi terjerumus pada sikap putus asa dan berburuk sangka kepada Allah Swt. Namun, bisa jadi juga dia tetap berprasangka baik kepada-Nya dengan meyakini bahwa kewajiban dirinya hanyalahberusaha seserius dan sebaik mungkin. Karena apapun hasilnya, itu adalah kekuasaan Allah Swt. Siapa yang tahu jika ternyata ketidaklulusannya yang berkali- kali itu mengantarkan dirinya menjadi seorang wirausaha sukses.
 Berprasangka baik terhadap Allah Swt akan membuat kita senantiasa siap menerima ketetapan-Nya yang akan terjadi kepada kita. Baik itu kenyataan yang sesuai dengan keinginan, maupun yang tidak. Baik itu kenyataan berupa keberuntungan, maupun kenyataan berupa musibah. Prasangka baik terhadap Allah Swt membuat kita senantiasa yakin bahwasanya setiap ketetapan Allah Swt terhadap diri kita itu pada hakikatnya adalah kebaikan.
Sebagaiman firman Allah Swt.,“Dan dikatakan kepada orang- orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “ (Allah telah menurunkan) kebaikan!”Orang- orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampong akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik- baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS. An Nahl [16]: 30)
Tidaklah semata- mata Rasulullah Saw melarang umatnya dari suatu perbuatan tertentu, kecuali karena perbuatan tersebut bisa berdampak buruk. Baik bagi dirinya maupun orang lain. Tak terkecuali buruk sangka.
Selain mendatangkan dosa, buruk sangka juga mengganggu kesehatan mental dan jiwa. Karena setiap kali seseorang berburuk sangka terhadap orang lain, maka selama itu pula dirinya akan dipenuhi dengan pikiran- pikiran negative, kesehariannya tidak tenang, gundah gulana dan gelisah disebabkan prasangkanya sendiri .
Buruk sangka tanpa terasa membuat seseorang menjadi berjiwa pengecut. Karena ia terbiasa sibuk dengan prasangkanya tanpa ada keberanian untuk mencari kebenaran atau tabayyun langsung kepada orang bersangkutan.
Akibatnya kemudian, seseorang yang selalu berburuk sangka, tentunya sulit untuk bahagia. Bahagia adalah keadaan di mana hati tenang tentram. Sedangkan dengan buruk sangka, ketenangan hati akan sangat sulit di dapat. Mengapa? Karena rasa curiga dan pikiran negative lebih mendominasi diri kita. Jika sudah demikian, bagaimana mungkin bisa tenang?!
Semoga kita terhindar dari sifat buruk sangka. Sehingga tenanglah hati kita dan bahagialah hidup kita.

2.     Larangan Kedua = Jangan Saling Memata- matai
Saudaraku, dalam buku Hayatush Shahabah, ada sebuah riwayat mengenai khalifah Umar bin Khatab ra. Suatu malam, Umar berjalan bersama Abdullah bin Mas’ud memeriksa keadaan kota Madinah. Tiba- tiba, mata beliau melihat sebuah rumah yang diterangi cahaya dari bagian dalamnya. Kemudian, Umar menghampiri sumber cahaya itu sehingga ia melihat ke dalam rumah tersebut.
Ternyata di rumah itu, ada seorang lelaki tua sedang minum arak dan menari- nari bersama budak perempuan yang menyanyi untuknya. Kemudian, Umar masuk sendirian dan menghardik lelaki tua itu, “Wahai fulan, tidak pernah aku saksikan pemandangan yang lebih buruk dari ini, orang tua yang sudah tua meminum arak dan menari- nari!”
Lelaki tua itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang engkau sampaikan adalah lebih buruk dari apa yang kau saksikan. Engkau telah memata- matai pribadi orang, padahal Allah telah melarangnya dan engkau telah masuk rumahku tanpa seizinku!”
Umar membenarkan ucapannya kemudian ia keluar dari rumah itu dengan menyesali perbuatannya. Umar berucap “Sungguh telah celakalah Umar apabila Allah tidak mengampuninya.” Umar menyadari kesalahannya yang telah mengendap- endap melihat aib orang lain dan memasuki rumah orang lain tanpa seizing penghuninya. Kedua perbuatan ini adalah hal yag dilarang oleh Allah Swt melalui firman-Nya dalam surat Al- Hujurat ayat 12 dan surat An Nur ayat 27.
Lelaki tua itu merasa sangat malu kepada Umar karena kepergok melakukan maksiat. Dia khawatir akan dihukum atau setidaknya akan diumumkan dihadapan banyak orang oleh Umar. Sehingga ia tidak dating ke majelis Umar dalam waktu yang cukup lama.
Sampai pada suatu hari lelaki itu diam- diam dating ke majelis Umar secara diam- diam. Dia duduk di paling belakang sambil menundukan kepala agar tidak terlihat oleh Umar. Tiba- tiba Umar memanggilnya dengan usara yang agak keras, “Wahai Fulan mari duduk di dekatku!”
Lelaki tua itu merasa gentar. Tubuhnya gemetar. Dia mengira akan dipermalukan di depan umum. Dengan wajah pucat pasi, dia pasrah menghampiri Umar. Kepalanya menunduk, tegang membayangkan apa yang akan terjadi kemudian.
Setelah lelaki itu duduk di dekatnya, Umar berbisik, “Wahai fulan, demi Allah yang telah mengutus Muhammad sebagai seorang Rasul, tidak akan aku beritahuseorangpun tentang apa yang aku lihat di dalam rumahmu, meskipun kepada Abdullah bin Mas’ud yang saat itu ikut bersamaku.”
Lelaki itu takjub sekaligus heran. kemudian ia menjawab dengan berbisik, “Wahai Amirul Mukminin, demi Allah yang telah mengutus Muhammad sebagai seorang Rasul, sejak malam itu sampai saat ini aku telah meninggalkan perbuatan maksiatku.”
Salah satu pelajaran berharga dari kisah diatas adalah tentang larangan memata- matai sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al Hujurat ayat 12 seperti disampaikan pada bagian awal buku ini.
Krgiatan memata- matai dalam ayat ini disebut dengan istilah Tajassus. Yaitu kegiatan atau aktifitas mengorak- ngorek suatu berita dengan tujuan meneliti lebih dalam. Sedangkan jika suatu berita didapatkan secara alami, atau sekedar dikumpulkan lalu diinformasikan kembali, maka itu tidak termasuk aktifitas memata- matai
Memang ada kegiatan memata- matai yang diperbolehkan. Yaitu kegiatan mematai- matai pihak yang memusuhi dan memerangi Islam. Sedangkan Di luar itu, maka tidak diperbolehkan. Baik terhadap non muslim yang hidup di tengah- tengah umat Islam dan tidak memerangi umat Islam.
Jika demikian, apalagi perbuatan memata-matai kehidupan saudara kita sendiri, sesame muslim, atau tetangga kita. Setiap orang tentu tidaklah sempurna. Selalu ada kekurangan dan kesalahan. Terlebih lagi di dalam tempatnya yang privat semisal di dalam rumahnya, di tengah keluarganya.
Memata- matai kehidupan orang lain adalah hal yang diharamkan dan sangat dikecam oleh Rasulullah Saw. Apalagi jika setelah memata- matai itu, informasi yang didapatkan kemudian dibicarakan disebarkan kepada orang lain. Tentu ini lebih besar lagi dosanya.
Saking besarnya kecaman Rasulullah Saw terhadap perbuatan memata- matai ini, sampai- sampai dalam sebuah keterangan yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, beiau bersabda, “Jika seseorang melihatmu dalam keadaan tanpa pakaian, tanpa seizinmu, lalau engkau membutakan kedua matanyadengan lemparan batu, maka tidak ada celaan atas perbuatanmu itu.” (HR. Muslim, — shahih).
Apa yang dimaksud dengan keadaan tanpa pakaian dalam hadits diatas adala aurat. Aurat ini tidak hanya bermakna aurat fisik, melainkan kiasan juga yang maksudnya adalah aib atau kekurangan pada diri seseorang.
Dalam Raudhah Al ‘Uqala, Abu Hatim bin Hibban Al Busti menerangkan bahwa orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan memata- matai saudaranya, dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri
Karena sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan diri sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, hatinya akan tentram dan tidak akan lelah. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan serupa ada pada saudaranya.
Sementara orang yang selalu sibuk mencari kejelekan orang lain dan lupa pada kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta. Ia akan merasa letih dan sulit meninggalkan kejelekan dirinya sendiri.
Demikianlah betapa buruknya perbuatan memata- matai, mengorek- ngorek informasi tentang diri orang lain tanpa kita berhak melakukannya. Apalagi perbuatan itu dilakukan sekedar untuk mengetahui aib orang lain kemudian memperbincangkan dan menyebarluaskannya. Sungguh betapa busuknya perilaku yang demikian itu. Tak hanya bertentangan dengan keteladanan suri tauladan kita, Rasulullah Saw. Namun juga bertentangan dengan kehendak Allah Swt. Smoga kita terhindar dari perbuatan demikian.

3.     Larangan Ketiga = Jangan Saling Mencari Aib
Dalam Al Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir disebutkan sebuah kisah. Satu ketika Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejjelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Lalu ia memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah engkau pernah ikut memerangi bangsa romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Ia bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”
Kemudia ia berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?!”. Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu.”
Saudaraku, setelah kita dilarang untuk saling memata- matai, selanjutnya kita dilarang untuk saling mengumbar aib. Kedua hal ini sangat berkaitan erat. Karena biasanya jikalau kita sudah terjangkit perbuatan buruk gemar memata- matai kehidupan saudara kita maka kita akan terpancing untuk mencari- cari aib keburukannya. Padahal sudah jelas manusia bukanlah makhluk yang bersih dari kesalahan.
 Begitu banyak nasihat Rasulullah Saw yang mengingatkan kita bahwasanya sesama muslim itu terdapat ikatan persaudaraan. Ikatan persaudaraan yang nilai atau derajatnya lebih tinggi dibandingkan persaudaraan yang diikat karena pertalian darah, suku bangsa atau Negara. Karena persaudaraan sesame muslim itu diikat dengan iman.
Oleh karena itulah sesama muslim dilarang untuk saling menyakiti dengan cara apapun. Baik dengan cara bisikan hati, ucapan lisan, atau perbuatan. Sebaliknya, sesame muslim justru diperintahkan untuk saling mencintai, saling melindungi, saling membela. 
Seorang muslim berhak untuk ditabayunkan atas kesalahpahamannya. Seorang muslim berhak untuk dibaiksangkai atas perbuatannya yang dalam pandangan kita adalah keliru. Seorang muslim berhak untuk mendapatkan rasa aman dari perkataan dan perbuatan sesamanya. 
Bukankan Rasulullah Saw pernah ditanya tentang siapakah muslim yang paling utama. Kemudian, beliau menjawab, “Yaitu orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari perbuatan buruk terhadap saudaranya.” (HR. Bukhari. – shahih)  
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw menegaskan bahwa perbuatan mencari- cari aib orang lain apalagi membukanya dan menyebarkannya adalah perbuatan orang yang tidak memiliki iman di dalam hatinnya. Bahkan tergolong kepada golongan orang munafik, karena cirri kemunafikan adalah hanya menyatakan iman dengan ucapan, tanpa menghadirkan iman di dalam hatinya. 
Rasulullah Saw bersabda, “Wahai sekalian manusia yang beriman dengan lidahnya, (namun) belum masuk iman ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat orang- orang islam dan janganlah membuka aib mereka. Sesungguhnya orang yang membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka oleh Allah, maka Allah akan membukanya sekalipun di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi.– Hasan Gharib menurut Imam Tirmidzi).  
Jikalau Allah membuka aib-aib kita, maka sungguh tiada seorang pun atau sesuatu apapun yang bisa menutupinya. Tak ada yang bisa menyelamatkan kita. Sedikitpun kita tak akan bisa mengelak. Namun sebaliknya, jikalau Allah menyelamatkan kita sebagai balasan atas sikap kita yang membela, menolong dan menutupi aib sesame muslim, maka sungguh tak ada yang bisa menghalanginya.  
Mencari-cari dan membuka aib orang lain adalah perbuatan tercela. Bahkan jangankan aib orang lain, membuka aib diri sendiri saja adalah perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari , kemudian di pagi harinya ia berkata: “Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu- padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR. Bukhari Muslim, — Shahih). 
Namun, penting untuk dipahami bahwa maksud menutupi aib sesama muslim itu bukan berarti menutup-nutupi perbuatan muslim yang berbuat kezhaliman. Apalagi jika itu adalah perbuatan jahat yang sudah seharusnya diadili dan mendapatkan hukuman. Tolong- menolong hendaknya dilakukan dalam kebaikan, tidak dalam kejahatan.  
Khususnya apabila seseorang dimintai kesaksian didepan hukum mengenai perbuatan salah atau jahat saudaranya yang merugikan orang lain bahkan orang banyak, maka wajib baginya untuk memberiksn kesaksian sejujur mungkin, bukan menutup-nutupi kebenaran yang ia ketahui dengan alasan solidaritas, kesetiakawanan atau persaudaraan. Justru, memberikan kesaksian yang sejujurna demi tegaknya keadilan, itu adalah sikap solidaritas dan persaudaraan yang hakiki.  
Lantas, bagaimana wujud menutupi aib saudara itu? Misalnya adalah ketika ada beberapa orang membicarakan aib orang lain, maka kita mencegah hal itu dengan cara menegur mereka atau membelikkan pembicaraan secara halus agar mereka tidak kebablasan membicarakan aib orang yang sedang dibicarakan itu. 
Demikian juga jika kita mengetahui salah seorang saudara kita memiliki aib berupa perbuatan maksiat yang tidak merugikan orang lain, seperti meminum khamar. Maka, wujud menutupi aibnya itu adalah dengan tidak menceritakannya kepada orang lain. Akan tetapi, tetap menasehati dan mengingatkannya agar bertaubat kepada Allah Swt dan meninggalkan perbuatan maksiatnya itu. 
Ada keteladanan yang amat mulia dicontohan oleh Rasulullah Saw. Ketika itu, usai menunaikan shalat Ashar di Masjid Q uba, salah seorang sahabat mengundang Rasulullah dan jamaah singgah ke rumahnya untuk menikmati sajian daging unta. Ketika sedang makan- makan, tiba-tiba tercium aroma kurang sedap. Rupanya ada salah seorang dari yang hadir yang buang angin. Para sahabatpun saling menoleh. 
Rasulullah Nampak kurang berkenan dengan keadaan itu. Maka, ketika waktu shalat Maghrib hampir tiba, sebelum bubar, Rasulullah Saw berkata, “Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu.” Mendengar perintah Rasulullah itu, maka semua yang hadirpun mengambil air wudhu. Sehingga terhindarlah aib orang yang buang angin. Karena jika Rasulullah tidak memberikan perintah tersebut, amat mudahlah hadirin mengetahui siapa yang buang angin tadi. 
Tentang aib yang dirahasiakan, ada satu kisah terkenal yang ditulis oleh Syaikh DR. Muhammad Al’ Ariifi dalam bukunya yang berjudul, Fi Bathni al Hut. Berikut ini kisahnya. 
Ketika itu Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata, “Wahai Kalimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.” Maka berangkatlah Nabi Musa bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
 Musa berdoa, “Wahai Tuhan kami, turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak- anak dan orang- orang yanmg mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud.” Setelah itu langit tetap saja terang benderang. Mataharipun bersinar makin terik. Kemudian, musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku berilah kami hujan.” 
 Allah pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian.” 
Maka, musa pun berteriak di tengah- tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, eluarlah dihadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun.” 
Seorang laki- laki melirik ke kanan dan kiri. Tak seorangpun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud. Ia berkata dalam hatinya, “kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahaiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujanpun tak akan turun.” 
Maka, kepalanya tertunduk malu dan menyesal. Air matanya pun menetes, sambil berdoa didalam hati kepada Allah, “Ya Allah, aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada- Mu, maka terimalah taubatku.”  
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan- awan tebalpun bergumpal. Semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan. Nabi Musa pun keheranan dan berkata, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, padahal tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia.”  
Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.”Musa brkata. “Ya Allah, tunjukka padaku hamba yang taat itu.” 
Lalu Allah berfirman, “Wahai Musa, Aku tidak mebuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada- Ku, maka apakah Aku akan membuka aibnya sedangkan ia taat (taubat) kepada- Ku?!”  
Saudaraku, jelas sudah bahwa mencari-cari dan membuka aib orang lain adalah perbuatan yang amat tercela. Semoga kita tergolong orang- orang yang lebih sibuk mencari aib diri sendiri untuk kemudian memperbaikinya. Daripada mencari-cari aib orang lain apalagi tanpa memperbaikinya.
Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara, dia tidak boleh berbuat dzalim dan aniaya kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.” (Muttafaq alaih. –Shahih).

4.     Larangan Keempat = Jangan Saling Bersaing (Kemegahan Dunia) 
Dalam sejarah kita banyak menemukan kisah-kisah manusia yang hidupnya sibuk dalam kemegahan dunia. Perjalanannya adalah perjalanan mengumpulkan harta. Seolah harta yang dimiliki tidak pernah cukup. Namun ironisnya, kebanyakan dari kisah-kisah seperti itu berakhir dengan kehancuran. Salah satu kisah yang paling termahsyur adalah kisah Qarun. 
Di dalam surat Al- Qashash [28] ayat 76-82 kisah Qarun dijelaskan secara terang-benderang. Bahwa Qarun adalah sepupu dari Nabi Musa AS, yang diberikan karunia oleh Allah Swt berupa harta yang berlimpah ruah banyaknya. Akan tetapi dengan harta itu ia bersikap takabur dan memamerkan kekayaannya. Sikapnya itu bahkan hampir-hampir saja mencelakakkan umat Bani Israil lainnya ikarenakan mereka merasa iri terhadapnya. Sebelum akhirnya, ia binasa disebabkan sikapnya yang mengkufuri nikmat Allah Swt. 
Sungguh, Allah tiada pernah melarang hamba-hamba-Nya untuk bekerja guna mendapatkan harta. Malah, justru giat bekerja adalah bagian dari bentuk kepatuhan terhadap-Nya. Bekerja dengan giat juga salah satu bentuk menghidupkan sunnah Rasul-Nya. Bukankah Rasulullah Saw juga bekerja bahkan sejak usianya sangat belia. 
Allah Swt menciptakan alam raya dengan segala kekayaannya ini adalah untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Allah Swt berfirman,  Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi segala hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 22)
 Jelas sudah, bahwa kekayaan ala mini memang diperuntukkan bagi manusia. Allah tidaklah melarang hamba-Nya untuk memiliki bagian dari kekayaan yang berlimpah itu. Akan tetapi yang dilarang oleh-Nya adalah persaingan tidak sehat dalam mendapatan kekayaan dunia. Yang dilarang oleh-Nya adalah bersikap sombong dan kufur atas kekayaannya. 
Saat ini bukan hal asing ketika manusia berlomba- lomba mengumpulkan harta kekayaan, kemudian memamerkannya dengan harapan mendapat sanjungan, pujian dan pengakuan bahwa dirinya adalah orang yang kaya raya. Bukan ha lasing pula ketika manusia menghalalkan berbagai macam cara hanya demi memiliki harta. Ada yang korupsi, ada yang mencuri, memalsukan uang hingga mencoba- coba ilmu hitam
 Jika memang yang diharapkan dari limpahan kekayaan itu adalah pujian orang. Setelah orang lain memuji kita, maka itusama sekali tak member pengaruh apa- apa. Jika memang yang diharapkan dari limpahan kekayaan itu adalah rasa puas dan bahagia, maka camkanlah bahwa justru semakin berlimpah kekayaan, semakin bertambah pula kegelisahan. Gelisah harta itu dicuri orang, gelisah harta itu berurang dan lain sebagainya.
 Saudaraku, marilah kita renungkan pesan Allah Swt yang terkandung dalam surat At Takatsur ini,  Artinya: “Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benarakan melihat neraka jahiim. Dan sesungguhnya kamu enar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur [102]: 1-8). 
 Penting untuk selalu kita sadari, bahwa Allah-lah pemilik segala karunia. Dia-lah Yang Maha Memberi kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan manusia, tidak lebih dari sekedar makhluk yang dititipi oleh-Nya. Sungguh tidak ada artin ya apa yang kita miliki dibandingkan kekayaan-Nya.
 Menyikapi kekayaan yang kita miliki, alangkah baiknya jika kita memakai teori tukang parker. Seorang tukang pasrkir tidak pernah merasa jumawa, sombong dan ujub atas berbagai kendaraan yang berada di dalam kekuasaannya . karena ia menyadari betul bahwa semua kendaraan itu hanyalah titipan semata yang dating dititipkan kepadanya untuk nanti diambil kembali oleh pemiliknya.
 Demikian pula dengan harta kekayaan kita. Tiada lain hanyalah titipan Allah semata. Dia yang Maha Kaya telah menitipkannya kepada kita sebagai ujian apakah kita amanah ataukah tidak. Apakah kita menggunakan titipan- titipan-Nya itu sesuai dengan kehendak-Nya ataukah malah sebaliknya.
 Tak perlu sibuk berlomba-lomba dalam kemegahan dan kekayaan. Sibuklah berlomba- lomba dalam berbagi, bersedekah, berwakaf dan amal kebaikan lainnya. Berlomba dalam kemegahan akan berujung di garis finish penyesalan. Sedangkan berlomba dalam kebaikan akan berujung di garis finish kebahagiaan.

 5.     Larangan Kelima = Jangan Saling Mendengki
Dengki atau hasad adalah sikap yang sangat tercela. Yaitu sikap seseorang yang tidak senang apabila melihat saudaranya mendapatkan kenikmatan, keuntungan atau karunia. Ia mengharapkan semua kebaikan itu sirna dari saudaranya, dan kalau bisa berpindah kepada dirinya.
Sebagaimana firman Allah Swt, “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. Ali Imran [3]: 120)
Dengki sangatlah tercela karena penyakit ini bisa menyebabkan berbagai penyakit lain yang tidak kalah busuk nya. Yaitu dengki bisa mendatangkan rasa dendam, permusuhan, fitnah hingga  kemunafikan yang merupakan dosa besar.
Betapa berbahayanya dengki itu, sampai- sampai Allah memperingatkan kita dari karakter dengki. Allah Swt berfirman, “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subug. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita- wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul- buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS Al Falaq [113]: 1-5)
Seperti seorang pedagang yang kios nya bertetanggaan dengan pedagang lain. Mereka berjualan barang- barang yang kurang lebih sama. Namun, kios pedagang X lebih ramai dikunjungi pembeli dibanding kios pedagang Y. lantas, pedagang Y tidak suka atas apa yang terjadi pada pedagang X. ia berharap dirinya lah yang mendapat keuntungan, bukan X. timbul kegelisahan dalam hati Y, sehingga ia berfikir negatif, mengharap apa yang dialami X, terjadi pada dirinya. Bahkan ia mengharapkan karunia yang dirasakan X itu berakhir.
Pendengki adalah orang yang paling rugi. Dia berbuat dzhalim yang di rugikan dan yang menderita adalah dirinya sendiri. Padahal kedengkiannya pada orang lain tak akan mengubah apa yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya. Takdir Allah terhadap seseorang tak pernah bisa dihalang-halangi oleh seorangpun atau sesuatu apapun.
Malangnya seorang pendengki adalah ia akan semakin bertambah nelangsa dan menderita jika pemberian Allah kepada orang yang di dengki itu semakin bertambah. Kedengkian adalah bukti kurang iman. Dengki itu bukti tidak ridha pada perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Dengki itu sikap ingin mengatur Allah sesuai hawa nafsunya. Tentulah dengki itu sikap yang tak punya adab. Yaitu adab terhadap Allah, Tuhan semesta alam.
 Padahal sesungguhnya Allah berbuat sesuai kehendak-Nya pasti dengan ke Maha adilan-Nya. Harus kita bersyukur atas apa yang telah Allah karuniakan kepada kita, dan juga turut bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada hamba- Nya yang beriman lainnya.
Setiap orang mendapatkan kapling ketentuannya masing- masing. Jangankan satu kampong, bahkan kakak-adik saja atau kembar sekalipun tetap saja berbeda. Rezeki, kemampuan, postur tubuh, jodoh dan hal lainnyatidak akan sama.
 Allah Swt memerintahkan sesama muslim untuk saling mendukng, membantu, mendoakan dan turut merasa gembira atas kegembiraan yang sedang dirasakan oleh sesama muslim. Inilah yang disebut dengan sikap Ghibthah, sikap yang bertolak belakang dengan dengki.
 Para ulama menerangkan bahwa Ghibthan adalah rasa ingin mendapatkan kenikmatan atau keberuntungan yang didapatkan oleh orang lain, tanpa diiringi hawa nafsu yang menginginkan kenikmatan atau keberuntungan itu hilang dari orang yang mendapatkannya. Orang yang Ghibthah juga tidak merasa benci manakala melihat orang lain mendapatkan nikmat atau keberuntungan. 
 Inilah yang dimaksud dengan dengki atau hasad pada hadits berikut ini. Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada hasad yang dianjurkan kecuali pada dua perkara, (yaitu) (1) orang yang diberi pemahaman Al- Quran lalu dia mengamalkannya di waktu- waktu malam dan siang; dan (2) orang yang Allah karuniai harta lalu dia menginfakkannya di waktu-waktu malam dan siang.” (HR. Muslim. –Shahih).
  Ghibthah terhadap dua orang yang dijelaskan dalam hadits di atas merupakan sikap yang baik. Bolehkah kita ghibthah pada urusan dunia? Hal ini memiliki hokum asal yaitu boleh. Seperti kita ingin memiliki kendaraan seperti yang dimiliki oleh saudara kita, maka itu diperbolehkan.  
Namun, perlu kita waspadai bahwa sesuatu yang hukumnya boleh akan menjadi tercela jika berlebih- lebihan. Demikian juga Ghibthah dalam urusan dunia. Ini seperti  yang terjadi pada kaum Qarun. Ketika mereka melihat kemewahan dan kekayaan Qarun, maka mereka berangan- angan memiliki kemewahan seperti Qarun. Hal ini diterangkan oleh Allah Swt dalam surat Al Qashash ayat 79-80.
 Adapun Ghibthah yang dianjurkan adalah Ghibthah dalam urusan akhirat. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ghibthah dalam urusan akhirat dalah terhadap dua orang yang melakukan dua perbuatan sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas. Atau perbuatan yang semisal dengannya. 
Ghibthah dalam urusan akhirat akan mendorong kita menjadi semakin semangat dalam beramal shaleh. Melihat seorang yang hafidz Al-Quran, maka kita menjadi semangat menghafal Al- Quran. Melihat orang yang gemar bersedekah, maka kita menjadi semangat bekerja agar bisa leluasa sedekah. Emikianlah contoh Ghibthah dalam urusan akhirat 
 Sahabatku, dengki adalah perkara yang buruk. Lawanlah dengki dengan Ghibthah. Semoga kita tidak tergolong orang- orang yang merugi karena sesungguhnya dengki hanya mendatangkan dosa dan menyengsarakan diri sendiri. 

 6.     Larangan Keenam = Jangan Saling Membenci
Firman Allah “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang yang bertakwa. (yaitu) orang- orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang- orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang- orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran [3]: 133-134)
Mengapa harus ada rasa saling benci jika kita ditakdirkan sebagai umat yang bersaudara satu sama lain. Persaudaraan yang jauh lebih mulia daripada persaudaraan karena ikatan darah, bahasa atau suku bangsa. 
Mengapa harus ada rasa saling benci hanya karena kita berbeda daerah, berbeda suku, berbeda organisasi, berbeda partai, jika kita masih meyakini Allah sebagai satu- satunya Dzat Yang Maha Kuasa yang patut disembah. Mengapa kita saling membenci jika tuhan kita adalah sama yaitu Allah Swt dan Allah menegaskan bahwa kita bersaudara. 
Sahabatku, sungguh tak ada alasan bagi kita untuk membenci saudara kita sendiri. Karena jangankan untuk membenci, kita malah tidak berhak berprasangka buruk sedikitpun kepada sesama dan muslim. Jikapun ada prasangka itu muncul, maka kita diharuskan untuk menepisnya dan sebisa mungkin mencarikan alasan agar kita tetap bisa berprasangka baik terhadapnya. Dengan diiringi itikad untuk tabayyun dan memberikan nasehat demi kebaikannya.  
Tentu manusiawi jikalau kita mencintai seseorang atau membenci nya. Karena manusia diberikan karunia berupa perasaan. Akan tetapi islam diturunkan oleh Allah adalah sebagai pedoman untuk kita agar bisa mengendalikan setiap apapun karunia Allah kepada kita. Tak hanya rasa benci, bahkan rasa cinta pun perlu untuk dikendalikan. 
 Imam Ali bin Abi Thalibn radiyallahu’anhu pernah berkata, “Cintailah orang yang engkau cintai sekedar nya saja, sebab boleh jadi bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang engkau benci sekedarnya saja, sebab bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.”
 Membenci janganlah disebabkan karena benci terhadap fisik, melainkan bencilah dikarenakan adanya tingkah laku atau kebiasaan yang tidak di ridhai Allah Swt. Bencilah perilaku, sifat yang tidak di ridhai-Nya, janganlah membenci orangnya. Sehingga rasa benci yang demikian akan mendorong seseorang untuk mengoreksi, mengingatkan dan memperbaiki saudaranya. Benci yang demikian hakikatnya adalah cinta. 
Ketika sang ayah memukul anaknya karena tidak shalat sedangkan usia anaknya sudah melewati masa baligh, maka pukulan ayahnya bukanlah kebencian, melainkan rasa cinta. Jikapun pukulan sang ayah karena kebencian, maka kebencian itu kepada perbuatan tidak shalat, bukan kebencian kepada diri anaknya. Sang ayah memukul anaknya itu agar ia shalat, agar ia mendapat pelajaran dan keselam,atan.  
Bagaimana rasa mengelola rasa benci yang tidak jarang muncul di dalam hati kita terhadap seseorang. Saudaraku, kebencian kita biasanya dipicu karena ada hal pada dirinya yang tidak kita sukai. Padahal harus kita sadari, bahwa sangat sulit bahkan mustahil segala apa yang terjadi di dunia ini adalah hal- hal yang kita sukai. Apalagi setiap diri manusia bukanlah makhluk yang sempurna. 
 Trik yang bisa kita lakukan untuk menepis rasa benci pada seseorang adalah dengan melihat sisi lain dari diri orang itu. Karena seburuk- buruknya perilaku seseorang, ia pasti memiliki sisi baiknya. Bahkan bisa jadi kebencian kita padanya hanya disebabkan secuil perilaku kecilnya yang tidak sesuai dengan kita. Dibalik itu, boleh jadi justru amat banyak hal- hal baik yang akan kita sukai  
Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidak boleh seorang mu’min (suami) membenci seorang mu’minah (istrinya), bila dia tidak menyenangi satu dari perilakunya, dia tentu menyukai (perilakunya) yang lain.” (HR. Muslim, –Shahih)  
Apa pelajaran berharga dari hadits diatas. Hendaknya kita selalu siap menerima kenyataan bahwa orang yang memiliki hubungan dengan kita, baik itu pasangan, kerabat atau teman, tidaklah sempurna. Jika ada satu hal atau lebih yang tidak kita sukai dari dirinya, maka carilah sisi lain dari dirinya yang positif dan kita sukai. insyaAllah hal ini akan semakin mempererat persaudaraan kita dengannya  
Dengan demikian, kita bisa terhindar dari perasaan saling membenci. Bahkan, kita bisa memiliki kemampuan mengelola rasa benci di dalam hati kita dan mengubahnya menjadi rasa cinta yang memperkokoh tali persaudaraan.

7.  Larangan Ketujuh =Jangan Saling Bermusuhan
Saudaraku, perbuatan terakhir yang dilarang oleh Rasulullah Saw untuk dilakukan kaum muslimin adalah saling bermusuhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah Saw memperkuat hal ini,“pintu- pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis. Maka akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” (HR. Bukhari, Muslim. –Shahih). 
Betapa Rasulullah Saw di dalam hadits di atas amat mengecam umatnya yang saling bermusuhan, apalagi hingga tidak mau berdamai dan saling memaafkan. Kecaman beliau sangatlah kuat sampai- sampai ancamannya adalah tidak akan diampuni dosa- dosanya, sehingga pintu surga tertutup bagi mereka.
Marilah kitra ingat kembali bagaimana Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Kerekatan tali persaudaraan di antara mereka melampaui kerekatan berdasarkan tanah air, suku bangsa dan bahasa. Bahkan melampaui persaudaraan yang berdasarkan pertalian darah atau nasab.  
Ada satu kisah yang terselip di tengah kisah agung tentang hijrahnya Rasulullah Saw bersama para sahabat dan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar yaitu kisah Saad Ibn Ar Rabi’ dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Saad dari kaum Anshar, sedang Abdurrahman dari kaum Muhajirin. Keduanya adalah sama-sama sahib Rasulullah Saw. Yang kaya raya.  
Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman tidak membawa harta kekayaannya yang ada di Mekkah. Mak, ia pun tiba di Madinah sebagai orang yang tidak berpunya. Kemudian, Rasulullah Saw mempersaudarakannya dengan Saad. Saad pun seketika itu menawarkan bagian dari kekayaan untuk dimiliki oleh Abdurrahman. Bahkan, Saad menawarkan salah satu istrinya untuk diceraikan dan kemudian diperistri oleh Abdurrahman. Namun, meskipun Saad menawarkan semua itu dengan penuh kesungguhan, Abdurrahman menolaknya secara halus dan memilih untuk berusaha sendiri melalui perniagaan.
Membaca penggalan kisah kedua sahabat Rasulullah ini, maka kita bisa melihat betapa agungnya persaudaraan sesama muslim. Sungguh, tak ada keuntungan yang akan kita dapatkan dari permusuhan selain dari sesaknya hati dan rasa gelisah manakala berjumpa dengan saudara yang bermusuhan dengan kita.  
Oleh karena itu berbesar jiwalah, lapangkanlah hati kita untuk mau memohon maaf dan memberi maaf. Sebagai gambaran, jikalau kita berada di dalam sebuah kamar yang sempit, dan dikamar itu ada seekor tikus kecil, maka sungguh terasa sengsaranya kita. Betapa tikus itu akan menjadi masalah yang terasa amat besar buat kita. Namun, jikalau kita berada di dalam ruang yang sangat luas yang bahkan seolah tak berbatas, maka jika ada seekor gajah besar di dalam ruangan itu tak akan menjadi masalah besar untuk kita.  
Demikianlah jika kita memiliki kebesaran jiwa dan kelapangan hati. Rasa kesal, marah dan permusuhan dengansaudara kita, tidak akan menjadi masalah untuk kita. Karena kita akan memiliki kemudahan untuk mau meminta maaf dan member maaf. 
Allah Swt berfirman,“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh.” (QS. Al A’raf [7]: 199)
“..Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang- orang yang dzhalim.” (QS. Asy Syura [42]: 40)
 Dua ayat diatas lebih dari cukup bagi kita untuk menyadari bahwa Allah Swt sangat mencintai hamba-Nya yang ringan dalam member maaf. Rasulullah Saw menegaskankedua ayat di atas dengan haditsnya sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda,  “Barangsiapa pernah melakukan kedzhaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzhalimannya. Dan jika dia tidakmempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizhalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari. –Shahih).
  Masya Allah, betapa besarnya urusan maaf- memaafkan ini dalam agama kita. Saking besarnya, Rasulullah amat menekankan kepada kita untuk bersegera dalam meminta maaf dan memaafkan apabila memiliki kesalahan terhadap sesama.
 Karena jika hal itu tekat, yaitu ketika belum mendapatkan maaf dari orang yang kita dzhalimi, maka kita akan menjadi orang yang rugi di akhirat. Kenapa? Karena amal kebaikan kita akan diberikan pada orang yang kita dzhalimi seukuran dengan kedzhaliman yang kita lakukan terhadapnya. Sedangkan jika itu belum juga memenuhi, maka keburukan dirinya akan dialihkan kepada kita. Na’udzubillahimindzalik!  
Oleh karena itulah selain ampunan dari Allah Swt, terdapat juga dosa- dosa yang tidak terhapus kecuali mendapatkan maaf dari orang yang di dzhalimi atau disakiti. Memang bisa jadi orang yang didzhalimi itu memiliki keluasan hati sehingga ia memaafkan sebelum dimintai maaf, akan tetapi, mungkin juga sebaliknya, ia diam namun memendam marah tanpa mau memberikan maaf. Hal ini sebagaimana kisah Al Qomah dengan ibunya.  
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas RA, disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta; tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan sifat memberi maaf, kecuali kemuliaan; dan tidaklah seorang hamba merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim. –Shahih)  
Rasulullah Saw juga pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan di akhirat? Memberi maaf orang yang mendzhalimimu, memberi orang yang menghalangimu, dan menyambung silaturahim orang yang memutuskan (silaturahim dengan)mu.” (HR. Baihaqi. –Marfu’).  
Permusuhan hendaklah dilawan dengan semangat saling maaf- memaafkan. Karena semangat ini adalah bukti keimanan terhadap Allah dan Rasul- Nya, serta wujud nyata persaudaraan di dalam islam. Semoga kita menjadi bagian dari golongan orang- orang memiliki semangat tersebut dan termasuk golongan yang dijanjikan surge oleh Allah Swt. Aamiin!

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.Hadatsana yahyaabnu yahyaa qoola Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata;

plus : Ghibah dan Fitnah merusak ibadah (shalat dan shaum)
Ghibah adalah menggunjing  kejelekan yang benar-benar  ada pada seseorang.
Fitnah (tuhmah, buht, kidzb) adalah menggunjing kejelekan yang sebenarnya tidak ada pada seseorang.

Rosululloh bersabda:”
Atadruuna mal ghiibatu. “Tahukah kalian apa gibah itu?”
Qoolulloohu wa rosuuluhu a’lamu. Mereka menjawab:”Alloh dan Rosulnya lebih tahu”.
Qoola dzikruka akhooka bimaa yakrohu” Beliau menjawab:”Kamu membicarakan kejelekan saudaramu”
Afaro aita in kaana fii akhii ma aquulu. Seorang sahabat kemudian bertanya:““Bagaimana pendapat anda jika terbukti ada pada saudaraku itu apa yang aku gunjingkan?”
Qoola in kaana fiihii maa taquulu faqodigh tabtahu, wa in lam yakun fiihii maa taquulu faqod bahattahu”  Beliau menjawab:”Jika benar ada padanya apa yang kamu gunjingkan, maka kamu sesungguhnya kamu sudah ghibah, dan jika tidak ada maka kamu telah  buht/dusta/fitnah” 
(HR. MUSLIM)

keterangan ulama mengenai konsekuensi ghibah:
[1] Perkataan Ulama Tabi’in Hasan al-Bashri, “Demi Allah, ghibah lebih cepat menggerogoti agama seorang mukmin dibandingkan orang yang makan badannya.” (as-Shumt, Ibnu Abi Dunya, hlm. 129)
[2] Keterangan Hasan al-Bashri,Ada orang yang datang menemui Hasan al-Bashri, lalu orang ini memberikan info, “Bahwa si A telah meng-ghibah anda.”
Lalu Hasan al-Bashri mengirim satu kotak kurma basah ke orang itu, beliau mengatakan,Saya dapat info bahwa anda telah menghadiahkan pahalamu untukku. Maka saya ingin untuk membalasnya kepadamu. Mohon maaf, saya tidak mampu memberikan balasan yang setimpal. (Tanbih al-Ghafilin, 1/176)
[3] Keterangan Fudhail bin Iyadh Ada orang yang mengatakan kepada Fudhail, ‘Si A telah meng-ghibahku.’ Lalu Fudhail bin Iyadh mengatakan, Berarti dia telah memberikan pahala untukmu. (Hilyah al-Auliya, 8/108)
[4] Keterangan Abdurrahman bin Mahdi, beliau mengatakan, “Andaikan bukan karena benci maksiat kepada Allah, (maka aku akan lakukan maksiat), dan sungguh aku ber-angan-angan andaikan semua penduduk kota ini meng-ghibahku. Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan melebihi orang yang melihat pahala yang tertulis di catatan amalnya, sementara dia tidak pernah mengamalkannya.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5/305)
[5] Keterangan Abdullah bin Mubarak, beliau mengatakan, Andai saya boleh meng-ghibah orang lain, tentu saya akan meng-ghibah kedua orang tuaku. Karena mereka yang paling berhak untuk mendapatkan pahala dariku.Abdullah bin Mubarak pernah berdiskusi dengan Sufyan at-Tsauri tentang Abu Hanifah, Sungguh Abu Hanifah sangat menghindari ghibah. Belum pernah aku mendengar beliau meng-ghibah seseorang sampaipun musuhnya. Lalu Sufyan mengatakan, Demi Allah, beliau sangat menyadari sehingga jangan sampai pahalanya hilang. (Manaqib Abu Hanifah, 1/190)
[6] Keterangan Ibrahim bin Adham :Wahai manusia pembohong, kamu sangat bakhil terhadap dunia sehingga tidak kamu kasihkan ke sesama muslim, namun kalian begitu pemurah dalam memberikan pahala akhirat kalian kepada musuh kalian. (Tanbih al-Ghafilin, 1/177) Yang beliau maksud adalah meng-ghibah orang lain.
Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

2. Memakan harta orang lain
Mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah oleh Allah SWT agar manusia bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apalagi sampai bisa membantu orang lain. Keharusan mencari harta bahkan bila perlu dengan menjelajah berbagai penjuru bumi sebagaimana firman Allah SWT:
QS 67 Al Mulk 15 : huwallażī ja'ala lakumul-arḍa żalụlan famsyụ fī manākibihā wa kulụ mir rizqih, wa ilaihin-nusyụr [67.15] Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan ().
Meskipun mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah Allah SWT sehingga memiliki keutamaan yang sangat tinggi dan mulia, namun mencarinya tetap tidak boleh sampai menghalalkan segala cara, baik dengan menipu apalagi dengan mengambil harta orang lain dan yang sangat tragis adalah bila ia berusaha mendapatkan legalitas hukum untuk “menghalalkan” apa yang bukan miliknya itu, baik melalui notaris maupun hakim yang bisa disogok, inilah yang oleh Rasul SAW dikelompokkan sebagai orang yang bangkrut,
QS 2 Al Baqoroh 188 : Wa laa ta'kuluu amwalakum bainakum bil bathili wa tudlubiha ilal hukkami lita'kulu fariqom min amwaalin nasi bil-ismi wa antum ta'lamuun(a).[2.188] Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

Hadits Arbain 31 = Zuhud (arbain 31)
‘an abiiabbaas sahlin ibni sa’adis sa’idi rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
-atiin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama rojulun fa qoola: Seseorang telah datang kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  lalu mengatakan:
yaa rosuulalloohi, dulanii ‘alaa ‘amalin idzaa ‘amilatuhu –ahabbaniyalloohu wa –ahabbaniyaanaasu ? Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah subhanahu wa ta’ala dan manusia mencintaiku
Fa qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama : izhad fiid dunyaa yuhibbakalloohu wa izhad fiimaa ‘indan naasi  yuhibbakan naasu.
maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mencintaimu dan bersikaplah zuhud engkau terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.”
( Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya dengan sanad yang hasan )

3. Menganiaya dan membunuh
QS 4 An Nisa 93: Waman yaqtul mu/minan muta'ammidan fajazaauhu jahannamu khaalidan fiihaa wa ghodhiballoohu 'alaihi wala'anahu wa-a'adda lahu 'adzaaban 'azhiimaan
[4:93] Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya

Hadits arbain 35
‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :
qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Iyyakum wa’zh-zhann fa-inna azh-zhanna akdhab al-hadits
Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta.
Laa tahaasaduu, wa laa tanaajasyuu, wa laa tabaaghoduu, wa laa tadaabaru   
Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan.
Wa laa yabi’ ba’dhukum ‘alaa bai’ ba’dhiin
Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain.
Wa kuunuu ‘ibaadalloohi -ikhwanaa 
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Al muslimu akhuul muslimi ~ laa yazhlimuhu, wa laa yakhdulahu, wa laa yakdzibuhu, wa laa yahkiruhu 
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya.
At taqwaa hahunaa – wa yusyiiru ilaa shodrihi tsalaatsa marrotin
Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali).
Bi hasabi –amriyiin minasy syarii –an yahqiro akhoohul muslima 
Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim.
Kullul muslimi ‘alaal muslimi haroomun daamuhu wa maaluhu wa ‘irdhuhu
Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya
 (HR. Muslim)

QS Ali Imron : 102 – 104 : UKHUWAH ISLAMIYAH
§ Yaa ayyuhalladziina -aamanut taqullooha haqqo tuqootihii ~ wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.; § Wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’aw, wa laa tafaroquu; wadzkuruu ni’matalloohi ‘alaikum idz kuntum adaa-an ~ fa’allafa baina quluubikum, fa ashbahtum bi ni’matihii ikhwaanaa ; wa kuntum ‘alaa syafaa hufrotim minan naari~ fa anqodzakum minhaa; Kadzalika yubay-yinulloohu lakum aayaatihi la’allakum tahtaduun.; § Wal takun minkumu ummatuy yad’uuna ilaal khoiri, wa ya-muruunaa bil ma’ruufi, wa yanhauna ‘anil munkar; Wa ulaa-ika humul muflihuun. 
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. 103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,; merekalah orang-orang yang beruntung.

QS Ali Imron : 130 - 138
Yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa ta/kuluu rribaa adh'aafan mudaa'afatan wattaquullaaha la'allakum tuflihuun[3:130] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Wattaquu nnaarallatii u'iddat lilkaafiriin[3:131] Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.
Wa-athii'uullaaha warrasuula la'allakum turhamuun [3:132] Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Wasaari'uu ilaa maghfiratin min rabbikum wajannatin 'ardhuhaa ssamaawaatu wal-ardhu u'iddat lilmuttaqiin[3:133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fii ssarraa-i wadhdharraa-i walkaatsimiina lghayzha wal'aafiina 'ani nnaasi walaahu yuhibbu lmuhsiniin [3:134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Walladziina idzaa fa'aluu faahisyatan aw zhalamuu anfusahum dzakaruullaaha fastaghfaruu lidzunuubihim waman yaghfiru dzdzunuuba illaallaahu walam yushirruu 'alaa maa fa'aluu wahum ya'lamuun [3:135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Ulaa-ika jazaauhum maghfiratun min rabbihim wajannaatun tajrii min tahtihaa l-anhaaru khaalidiina fiihaa wani'ma ajru l'aamiliin[3:136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.

Qad khalat min qablikum sunanun fasiiruu fii l-ardhi fanzhuruu kayfa kaana 'aaqibatu lmukadzdzibiin[3:137] Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Haadzaa bayaanun linnaasi wahudan wamaw'izhatun lilmuttaqiin [3:138] (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Kaidah kosmik kesemestaan sunnatullooh dalam shibghotulloh ini seharusnya bersifat universal tidak ekslusif (tanpa klaim identifikasi/standar ganda hanya mementingkan kebenaran transendental > membenarkan kepentingan eksistensial ? ) 
ṣibgatallāh, wa man aḥsanu minallāhi ṣibgataw wa naḥnu lahụ 'ābidụn [2:138]Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.

3. HOW = BAGAIMANA  KELANJUTANNYA ?
3 M  (MUHASABAH - MUATABAH - MUJAHADAH )

MUHASABAH = menghisab diri 
Umar b Khotob : Haasibu anfusakum qobla antuhaasabuu (Adakanlah perhitungan pada diri kalian sebelum kalian dihisab) 
Jika benar niat & caranya (kejujuran diri & kesungguhan hati) pastilah akan rendah hati (tawadhu) mengakui masih lemah batin & rusak amalnya x takabur meninggikan keakuan / naif menuntut pengakuan apalagi liar mengumbar kemauan .
Thuubaa liman syagholahu ‘aibuhu ‘an ‘uyuubinnaasi“Alangkah beruntungnya orang yang  disibukkan dengan aib(kekurangan) dirinya daripada aib orang lain”  (HR. Al-Hafidz Ibn Hajar)\
Ini tidak hanya merikuhkan diri untuk mengghibah apalagi sampai memfitnah lainnya (justru memperburuk cahaya hati & membangkrutkan dirinya nanti) 

QS Al Hasyr 18 – 20: Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.(Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allooh dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat).; dan bertaqwalah kepada Allooh ,sesungguhnya Allooh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allooh ~ lalu Allooh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni- penghuni surga ~ penghuni- penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung).

Hadits Arbain 21 = kepekaan hati dalam kemurnian , kejelian akal sesuai ketentuan 
‘an –nawwasibni sam’aana rodhiyalloohu ‘anhu :Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu,
Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam qoola Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :
Al birru husnul khuluqi wal itsmu maa haaka fii nafsika wa karihta an yathli’a ‘alaihin naasu
 “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui  manusia “
(Riwayat Muslim)
Wa ‘an –wabishotabni ma’bad rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata :
-atiitu rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama fa qoola : Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda :
Ji-ta tas-alu ‘anil birri ? Na’am Engkau datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjawab : Ya.
Istafti qolbaka. Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu,
Al birru maa-thmaannat ilaihin nafsu wa athmaannaa ilaihil qolbu Wa ilaa itsmu maa haaka fiin nafsi wa tarodda da fish shodri ; wa in aftaakan naasu wa aftauka kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.
(Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)

MUATABAH =  pertaubatan nasuha
Paska muhasabah permohonan ampunan dosa kepada Allooh SWT  & permohonan maaf  kesalahan kepada orang lain secara baik, adil & arif 
QS Ali Imron : 133 – 136 :
Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .
[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fis saroo-i  wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.
[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.
[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.
[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal

Taubat Nasuha =
QS At Tahrim : 8 = yā ayyuhallażīna āmanụ tụbū ilallāhi taubatan naṣụḥā, 'asā rabbukum ay yukaffira 'angkum sayyi`ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wallażīna āmanụ ma'ah, nụruhum yas'ā baina aidīhim wa bi`aimānihim yaqụlụna rabbanā atmim lanā nụranā wagfir lanā, innaka 'alā kulli syai`ing qadīr [66.8] Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".

MUJAHADAH = pelanjutan penempuhan (metamorfose kepompong ramadhan)
 
Istiqomah melanjutkan process/ progress penempuhan spiritual metamorfose menjadi pribadi muttaqin sebelumnya (sejak shiyam ramadhan lalu ?
+ Kultum Puasa ?
HR Ibnu Majah dan Thobroni dari Abu Umamah : ‘an abii umaamata rodhiyyalloohu ‘anhu ‘anin nabiyyi SAW qoola : man qooma lailatal ‘iidaini muhtasiban lillaahi = man tamut qolbuhu yauma tamuutul quluubu. (dari Abu Umamah ra Nabi SAW bersabda : barang siapa qiyamul lail pada dua malam hari raya karena mengharap ridho Allooh Swt, maka hatinya tidak mati pada saat hati orang-orang mati).

QS 2 Al Baqoroh 183 : Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~  la’allakum tattaquun;[2.183] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

QS 2 Ali Imron133 :Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .
[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

QS Al Hujuroot 13: Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila~li ta’aarofuu. Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiirun. (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.)

HR ARBAIN 21 
‘an -abii ‘amr wa qiila –abii ‘amrota ‘a suufyaanubni ‘abdillaahits- tsaqofii  rodhiyalloohu ‘anhu qoola :
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata,
Qultu : Yaa rosuulalloohi qul lii fiil islaami qoulaan laa as-alu ‘anhu ahadan ghoiroka.saya berkata :  Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu.
Qul aamantu billaahi tsummas taqim Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. 
(Riwayat Muslim).

EPILOG = 4 PESAN 

Yaa -abaa dzarrin "Wahai Abu Dzar,
Jaddidis safiinata fa innal bahro ‘amiquun  perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam  (IMAN ?)
Wa khuddiz zada kaamilan fa innas safaro ba’iidun  ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh (TAQWA?)
Wa khoffifil himla fa inna ‘aqobatu ka-uduun ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, (DOSA?)
Wa-akhlishil  ‘amala fa inna naaqoda bashiruun dan ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti." (NIAT?)


Ya abaa dzarrin: Wahai Abu Dzarr: ® Setiap kita adalah Abu Dzar
Nabi Muhammad SAW berkata: Alla Kullukum  roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi. ; Fal amiirul ladzii ‘alan naasi ro’in ‘alaihim ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Wa rojulu ro’iin ‘alaa ahlil baitihii ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; wal mar-atu ro’iyatun ‘alaa baitihi  ~ wa hiya mas-ulu ‘anhum ; Wa ‘abdu roo-in ‘alaa maali sayyidihi ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Fa kullukum  roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi 
( “Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya, seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka,seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadapnya, setiap kalian adalah pemimpin dan tiap kalian mempunyai tanggung jawab terhadap yang di pimpinnya”. (HR. Abu Daud)

Inna li robbaka ‘alaika haqqo, wa li nafsika ‘alaika haqqo, wa li ahlika ‘alaika haqqo, fa- a’thi kulla dzii haqqon haqqohu
“Sesungguhnya bagi Tuhanmu ada hak atasmu, bagi dirimu ada hak atasmu, dan bagi keluargamu ada hak juga atasmu maka berikanlah kepada setiap yang memiliki hak itu haknya.” (Bukhari no. 2968.)

QS At Tahrim 6 : yā ayyuhallażīna āmanụ qū anfusakum wa ahlīkum nāraw wa qụduhan-nāsu wal-ḥijāratu 'alaihā malā`ikatun gilāẓun syidādul lā ya'ṣụnallāha mā amarahum wa yaf'alụna mā yu`marụn  
(Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]

QS Al Anbiya 34 – 35 : wa maa ja'alnaa li basyarim min qolbikal khulda, faa in mitta fahumul kholiduuna(a) ; Kullu nafsin dzaaiqotul maut ; wa nabluuku bisy-syarri wa khoiri fitnataw ~ wa ilainaa turja’uun.
(Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati ~ apakah mereka akan kekal ? Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati ; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya – dan hanya kepada kamilah kamu sekalian akan dikembalikan).

Hadits Arbain 40: Hiduplah Laksana Musafir
‘an ibni ‘umar rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola :Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:
Akhodzrosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama bimankibayya fa qoola :“Suatu hari Rasulullah SAW memegang kedua pundakku seraya bersabda: 
Kun fiid-dunyaa kaa-annaka ghoribun au ‘aabiru sabiilin Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “,
Wa  kaanabnu ‘umaro rodhiyalloohu ‘anhumaa yaquulu :Ibnu Umar berkata: idzaa –amsaita fa laa tantazhirish shobaaha, wa idza asbahta fa laa tantazhiril masaa-a , wa khudz min shihatika li marodhika, wa min hayaatika li mautika Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu (HR. Al Bukhari). 6416)

1.  Jaddidus safiinata fa innal bahro 'amiiqun. (1) Perbaruilah perahumu karena lautan sangat dalam. IMAN
Pengertian Fiqih Iman : tashdiqun bil qolbi, wa iqroorun bil laasani,wa „amalun bil arkaani (suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, dinyatakan secara lisan, dan diamalkan dengan perbuatan) < HR Ibnu Hibban: Al imaanu ma'rifatun bil qolbi;wa qoulun bil lisaani; wa 'amalun bil arkaani. (suatu keyakinan yang dihayati dalam hati, dinyatakan secara lisan, dan diamalkan dengan perbuatan)
HR : jaddiduu -imaanakum. Qiila : yaa rosuulallooh wa kaifa nujaddiduu -imaananaa. Qoola : aktsiruu min qouli Laa ilaha illaallooh  perbarui iman kalian. kami bertanya : ya rosululloh, bagaimana cara kami memperbarui iman kami. Beliau menjawab : perbanyaklah mengucapkan Laa ilaha illaallooh  
Fluktuasi iman (naik ketaatan vs turun maksiat ) perbaharui dengan dzikrullooh (Laa ilaha illaallooh - huwa maujud, ma'bud , maqshud )

Hadits Arbain 19 :   ahfazhillaahi yahfizhka Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu
‘an –abiil  ‘abbaasi ‘abdillaahibni ‘abbasi rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata :
Kuntu kholfan nabiyyi shollallohu ‘alaihi wa sallama yaumaan fa qoola Suatu saat saya berada dibelakang nabi SAW, maka beliau bersabda :
Yaa ghulaamu –innii–u ’allimuka kalimaatin  : ahfazhillaahi yahfizhka
Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, 
ahfazhillaahi tajid-hu tujaahaka. –idza sa-alta fas-alillaaha, wa idzas ta’anta faasta’in billaahi  
Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.
Waa’lam –annal -ummata laujtama’at ‘alaa  -an yanfa’uuka bisy sya-iin lam yanfa’uuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu laka
Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu,
Wa –inijtama’uu ‘alaa –an yadhurruuka bisy sya-iin lam yadhurruuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu ‘alaika  
dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu.
Rufi’atil –aqlamu wa jaffatish - shuhufi  Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.
(HR. at Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan shahih) (2516)
Dalam riwayat selain riwayat at Tirmidzi, dengan lafadz: 
ahfazhillaahi tajid-hu -amaamaka. Ta’arrof ilalloohi fiir rokhoo-i ya’rifka fiisy syiddati       
”Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, ingatlah Allah dalam keadaan engkau lapang, niscaya Dia akan mengingatmu dalam keadaan engkau sulit.
Waa’lam –anna maa –akh-tho-aka lam yakun li yushiibaka , wa maa -ashoobaka lam yakun li yukh-thiaka
Dan ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang Allah tetapkan luput darimu, niscaya tidak akan pernah menimpamu. Dan segala sesuatu yang telah ditetapkan menimpamu, maka tidak akan luput darimu.
Waa’lam –annan nashro ma’ash-shobri , wa –annal faroja ma’al karbi , wa –anna ma’al usri yusroo 
Ketahuilah, bahwa pertolongan itu bersama kesabaran dan kelapangan itu bersama kesulitan dan bersama kesukaran itu ada kemudahan.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al Musnad (1/307), Hannad dalam az Zuhdu (1/304), ‘Abd bin Humaid dalam Musnadnya (hal. 214), ath Thabarani dalam al Kabir (11243), al Hakim dalam al Mustadrak (3/623), al Lalika’i dalam I’tiqad Ahlis Sunnah (4/614) dan al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (2/27)

2.  Wa khudziz zaada kaamilan fa innas safara ba'iidun. (2) Ambillah bekal yang banyak karena perjalanan yang jauh. TAQWA
Pengertian Fiqih: taqwa :  Imtisyaalul ma-muroti;wajtinabul manhiyyaati (Memenuhi segala perintahNya; Menjauhi semua laranganNya)
Al-Baqarah ayat 197 : Al hajju asyhurum ma'luumaat(un), fa man faroda fihinnal hajja fa laa  rofatsa wa laa  fusuuqo wa laa jidaala fil hajj(i), wa maa taf'aluu min khoiriy ya'lamhullooh(u), wa tazawwaduu fa inna khoiroz zaadit taqwaa , wattaquuni yaa ulil albaab(i).
[2.197] (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

3. Wa khoffifil khimla fa innal 'aqobata ka'uudun. (3) Kurangilah bebanmu karena jalan yang sangat terjal  DOSA (dosa, lupa, noda)
Hadits Arbain 12 : 
‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
Min husni islaami mar-i tarkuhu maa laa ya’niihi ”Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” 
(Hadits Hasan, diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan selainnya seperti ini)
 ....
DOSA (dosa, lupa, noda) : dosa maksiat syariatNya , lupa orientasi kepadaNya, noda kelekatan selainNya ?

4. Wakhlisil 'amala fa innan naaqida basyiirun. (4) Dan ikhlaskanlah perbuatanmu karena pengawasmu sangatlah jeli. NIAT
Ikhlaslah beramal karena yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat.
Hadits Arbain 1 Niat 
‘an amiiril mu-miniina abii hafshi ‘umaro bin khothobi rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob ra berkata:
Sami’tu rosuululloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallam yaquulu Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Innamaal amaalu bin niyyaati  Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. 
Wa innamaa likulli amriyii maanawaa Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.
Fa man kaanat hijrotuhu ilaalloohu wa rosuulihi fa hijrotuhu ilalloohu wa rosuulihi
Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.
Wa man kaanat hijrotuhu li dunyaa yushiibuhaa au amro-atin yankihuhaa fa hijrotuhu ilaa maa haajiro ilaihi
Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Diriwayatkan oleh al Bukhari (1) dan Muslim (1907).

HR: An naasu kulluhum halaka illal mu-minuun; Wal mu-minuun kulluhum halaka illal 'aamilun; Wal 'aamilun kulluhum halaka illal mukhlishun
(Seluruh manusia akan binasa/celaka kecuali yang beriman, Yang beriman akan celaka kecuali yang beramal, Yang beramal akan celaka kecuali ikhlash),

Riyadhul Shalihi di bab Taubat, Nabi saw bersabda:“Innallaha laa yandzuru ilaa shuwarikum walaa ajsaamikum, walaakin yandzuru ilaa quluubikum wa a’maalikum”[Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat  rupa dan fisik kamu, tetapi yang Allah perhatikan adalah isi hati [niyat] dan amal kamu].

QS Zalzalah 7 – 8: Fa may ya’mal mitsqoola dzarrotin khoiroy yaroh; Wa may ya’mal mitsqoola dzarrotin syarroy yaroh. [99.7] Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.  [99.8] Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.

QS Fushshilat 46 : Wa man ‘amila shoolihan ~ fa linafsihi ; Wa man asaa-a ~ fa ‘alaihaa ; Wa maa Robbuka bizhollaamil lil ‘abiidi. (Barang siapa melakukan kebaikan ~ maka akan memantul kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa melakukan keburukan ~ maka juga akan menimpa dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sekali-kali tidaklah menganiaya hamba-hambanya)

HR : Hisab amal 7 langit dari Mu'adz b Jabbal (malaikat hafazhah  x 1ghibbah, 2duniawi, 3 takabur, 4 ujub, 5 hasad,  6 x rahmah , 7 x sum’ah vs  ikhlash)

Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu.

Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma’dan, mereka berkata kepada Mu’adz bin Jabal, “Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?”
Mu’adz menjawab, “Baiklah, akan aku ceritakan…” Tiba-tiba Mu’adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, “Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau…”.
Kemudian Mu’adz melanjutkan: Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, “Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu’adz….!
Labbaik, wahai penghulu para rasul….!

Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla….!
Wahai Mu’adz…Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.
1.     Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa’I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama,tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, “Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah… Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini….!!”
2.     Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, “Berhenti kalian…! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka (’aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!” Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
3.     Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata,“Berhentilah kalian…! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka….”
4.     Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langitpertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata,“Berhentilah kalian…! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat ‘ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur ‘ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan…!”
5.     Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu,“Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya…!”
6.     Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata,‘Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalansi hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya…!’
7.     Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara’ (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata :, ‘Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum’ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal iniberbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta’ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya’, dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya’ tersebut….!’
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta’ala. Namun tanpa disangka Allah berfirman, ‘Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku…! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar….. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku….!! Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, ‘Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, ‘Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!

Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu’adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras…Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, “Wahai Rasulullah……Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi…??”
Rasulullah bersabda, “Oleh karena itu wahai Mu’adz…..Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan…”.
Dengan suara yang bergetar Mu’adz berkata, “Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu’adz bin Jabal….Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua…??”
Nabi yang suci bersabda, “Baiklah wahai Mu’adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta’ala, “Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya…”(QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang…..(?)
Wan naazi’aati ghorqoo ; [79.1] Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Wan naasyithooti nasy~thoo ; [79.2] dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, wa saabihaati sabhaa ; [79.3] dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, was saabiqooti sabqoo ;[79.4] dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, Fal mudabbirooti amroo ;[79.5] dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).Yauma tarjufur roojifah ; [79.6] (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,
Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu’adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, “Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua….??”
“Wahai Mu’adz…! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala…. Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya…..!!”

Khalid bin Ma’dan kemudian berkata bahwa Mu’adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.
Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, “Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta’ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta’ala semata.
Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta’ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya…Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah…

Al ‘amalu shuwarun qoimatun wa arwahuhaa wujuudu sirril ikhlashi fiiha Segala amal itu adalah bentuk-bentuk yang berdiri tegak (yakni seumpama kerangka-kerangka yang tidak bernyawa), sedangkan ruh-ruhnya ialah kewujudan rahsiah keikhlasan didalamnya (yakni tanpa rahsiah keikhlasan, segala amal itu adalah bagaikan tak bernyawaAmal itu ibarat sebuah jasad sedangkan keikhlasan adalah ruhnya [Ibnu Atha’illah]
Ikhlas berbeda-beda sesuai perbedaan tingkat spiritualitas orang,” (Syekh As-SyarqawiKeikhlasan ibad (para hamba Allah) <. Keikhlasan muhibbin (para pecinta Allah)< Keikhlasan arifin (ahli makrifat) < (lillaah < billah < fillah ?)

Plus :
QS 24 An Nuur  21 : yāa ayyuhalladżīna āmanụ lāa tattabi'ụ  khuṭuwātisy-syaiṭhon,  wa may yattabi'  khuṭuwātisy-syaiṭhon  fa innahụ ya`muru bil- faḥsyā`i wal- mungkar, walau lā faḍlullāhi 'alaikum wa raḥmatuhụ mā zakā mingkum min aḥadin abadaw wa lākinnallāha yuzakkī may yasyā`wallāhu samī'un 'alīm
[24.21] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

ingat mukadimah khutbah :
Alhamdulillaah –Alhamdulillaahi robbil 'aalamiina 
Segala puji bagi Allooh - Segala puji bagi Allooh Tuhan semesta alam 
~wa bihi na'budu mukhlishiina lahud diin(a), wa bihi nasta'iinu umurid dunyaa wad diin(i).
Dan hanya kepadaNya kita beribadah secara ikhlash sesuai dengan ketentuanNya (agama) ; Dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan dalam segala masalah duniawi & ukhrowi (agama) 
Innalhamdalillaahi nahmaduhu, wa nasta’iinuhu, wanastaghfiruhu;  wa na’uudzu billaaahi ming syuruuri angfusinaa wa min sayyi-ati a’maalinaa. 
sesungguhnya pujian itu milik Allah kita memuji-Nya dan kita minta pertolongan-Nya, dan kita memohon ampunan kepada-Nya,: dan kita mohon lindungan kepada-Nya dari keburukan diri kita, dan dari kejahatan amal-amal kita
May yahdihillaahu fa laa mudhillalahu ; wa may yudhlilhu fa laa haadiyiyallahu. 
siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya,  dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk

AKHLAQUL KARIMAH :Dikarenakan amalush sholeh tidak mungkin keluar kecuali dari hati yang bersih,maka perbaikilah kemurnian akhlak.
LILLAAH, BILLAAH & FILLAAH = Untuk, Dengan & Dalam Tuhan (aktualisasi murni tanpa eksploitasi, identifikasi & alienasi ) 
(Laa ilaha illaallooh - huwa maujud, ma'bud , maqshud )
I AM x i am - Ilahi Anta Maqshudi (Tuhanku Kaulah Maksud tujuanku ) 
wa ridhoka mathlubi (dan hanyalah keridhoanMu yang kuharapkan )
Inni atini mahabataka wa ma'rifataka = Sesungguhnya aku hanyalah mengharapkan kasih sayang dan hikmah pengetahuanMu

PENUTUP DO'A

PENUTUP DOA
Jama’ah ….. rohimakumullooh
Demikianlah yang bisa kami sampaikan. Jika memang benar apa yang saya sampaikan di sini memang hanya dari Allooh Swt (ibarat selang air saya hanyalah media penyalur kebaikan ini) dan mohon di amalkan semampu kita di kehidupanyang akan datang; Akan tetapi jika ada kesalahan padanya ~ ini dikarenakan pemahaman saya sendiri (ibarat selang yang masih kotor) saya istighfar kepada Allooh SWT dan mohon kepada anda sekalian memberikan maaf untuk hal tersebut.
Sebelum kita melanjutkan acara selanjutnya Marilah dengan ketulussan hati & keikhlasan batin untuk memenuhi permintaan keluarga , kita semua memohon dengan tulus ke hadirat Allooh SWT demi kebaikan seluruh keluarga besar....dari dunia ini sampai akhirat.

Mbok bilih cekap semanten anggen kawulo matur. Menawi leres ingkang kulo aturaken meniko estu namung saking ngarsanipun Allooh Swt (paribasan pralon kulo namung media caos kesaenan meniko) lan monggo sak-saget-saget kito amalaken wonten ing saklebeting pagesangan kito saklajengipun ; Ewo semanten menawi  wonten klentunipun atur ~ meniko naming saking cubluking pangertosan kulo piyambak (paribasan pralon ingkang taksih reget & letek) kulo istighfar dumateng Allooh SWT lan nyuwun pangapunten dumateng panjenengan sedoyo .. kerso-o paring agenging samodro pangaksami.
Sakderengipun kito lajengaken rantaman acara saklajengipun Sumonggo kanthi tulusing manah – ikhlasipun penggalih njangkepi pamundutipun keluargo kito tangkep asto nyuwun kanthi estu dumateng ngarsanipun Allooh SWT kagem kesaenanipun sedoyo keluarga ageng trah .... wiwit saking alam donyo sakmeniko dumugi alam akherat saklajengipun.

Bismillaahir rohmaanir rohiim . Ilaa hadhrotin : nabiyyil mush~thofaa rosuulillah = Muhammadin  shollalloohu ‘alaihi wa sallama wa 'alaa aalihi wa shohbihi,wa ummatihi minal jami'il muslimiina wal muslimat,wal mu’miniina wal mu’minaat~ al ahyaai minhum wal amwaat , khushushon ilaa hajaati  ahlal bait man ijtama’naa haahunaa bi sababihi  (Keluarga Ageng trah ... fi hasanatihim fid dunyaa wa fid diin );wa nakhusu-khushushon ilaa : arwahi almarhum wa almarhumah ... bainahum rohimahumullooh wa ahlihim wa auladihim wa duriyatihim fii hasanitihim fi qobrihim wal fil aakhiroh....
Dengan nama allah yangmahapengasih lagi maha penyayang, kepada yang terhormat nabi muhammad SAW  yang terpilih dan kepada keluarga, sahabat dan umat nya dari jamaah muslimin & muslimat , mukminin & mukminat ~ yang masih hidup maupun yang telah wafat ~ khususnya untuk hajat tuan rumah yang menyebabkan kami sekalian berkumpul disini ((Keluarga Ageng trah ... untuk kebaikan mereka di alam dunia dan agama );dan yang terkhusus kepada para arwahi almarhum dan almarhumah ... (semoga Alloh mengasihi/menyayangi mereka) dan juga keluarga kerabat, anak keturunannya (yang sudah wafat) untuk kebaikan mereka di alam kubur dan akhirat ....AL FAATIHAH

A’uudzubillaahi minasy~syaithooni rojiim.  Bismillaahhir rohmaanir rohiim; Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; Arrohmaanir rohiim; Maaliki yaumiddiin; Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; Ihdinash shiroothol mustaqiim ; Shiroothol ladziina an’amta  ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi  ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.)
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu)Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (aamiin ... kabulkanlah, Yaa Allooh )

DOA =
A’uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim. Bismillaahir rohmaanir rohiim. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Aku berlindung diri kepada Engkau dari setan yang dirajam. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagI Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam,
Hamdasy syaakiriin,hamdan naa’imiim, hamdan yuwaffii ni’amahu, wa yukaafi (-u) maziidah.
sebagaimana orang-orang yang bersyukur, dan orang yang memperoleh nikmat sama memuji, dengan pujian yang sesuai dengan nikmatnya dan memunakinkan ditambah nikmatnya.
Yaa Robbanaa lakal hamdu kammaa yambaghii li jalaali wajhika, wa azhiimi,wa  kariimi sulthoonik.
Tuhan kami, hanya bagi Engkau segala puji, sebagaimana yang patut terhadap kemuliaan Engkau dan keagungan kekuasaan Engkau
Alloohumma sholli wa saliim wa baarik ‘alaa rosuulika nabiyyil ummiyi Muhammadin (sholaaloohu 'alaihi was salaam)
Ya Allah curahkanlah sholawat , kesejahteraan, dan keberkahan  kepada Rosul kami  Nabi yang Ummi  Muhammad SAW.

Allaahummaghfir lil : muslimiina wal muslimat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaai minhum wal amwaat – innaka samii’un qoriibun mujiibul da’wati wa ya qodhiyal haajaat..
Ya Allah, ampunilah dosa muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup atau sudah wafat, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar; Maha dekat lagi mengabulkan permintaan wahai Dzat yang mencukupi kebutuhan.
Robbanaaghfir lanaa wa liwaalidaina warhamhumma kamma robbayanaa shoghiro. Ya Allah! Ampunilah dosa - dosa ibu bapak kami dan berilah rahmat keduanya sebagaimana keduanya menyayangi kami semenjak kecil.     
Robbanaa hablanaa min azwaajinaa,wa dzurriyyatinaa qurrota a’yun,waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa  - birohmatika, yaa arhamar rohimiin.
Ya Allah Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami isteri, suami, anak-anak dan keturunan sebagai penyejuk mata dan penenang hati. Jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Do’a nabi Ibrahim a.s (QS. al Furqon : 74)
Robbanaa zholamna anfusanaa,wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna  minal khoosiriin
Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami, kalau tidak Engkau beri ampun, tidak Engkau beri rahmat kepada kami, niscaya kami menjadi orang yang merugi. Do’a nabi Adam (QS. Al A'raf 7 : 23)
Robbanaftah bainanaa wa baina qouminaa bil haqqi – wa anta khoirul faatihiina
Ya Tuhan, kami  Berilah keputusan diantara kami dan kaum kami dengan adil, Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik –baiknya. Doa Nabi Syuaib a.s (QS A araf; 89).

Alloohummaa ’innaa  ‘alaa : dzikrika,wa syukrika, wa husni ‘ibadaatik.[Ya Allah, tolonglah kami agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu)
Yaa muqolibal quluub, tsabit qulubanaa ‘alaa diinik(a). (Wahai yang membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agamamu

ANEKA DO'A khusus
PLUS NIKAHAN
Doa Memberi Selamat kepada Pengantin
Baarokallaahu laka wa baaroka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoirin.
“Semoga kamu hidup rukun dan damai,direstuiAllah dan dibahagiakan-Nya.” (HR. Ahmad dan al-Hakim)
Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta baina aadama wa hawa-a,  wa  allif bainahumaa kamaa allafta baina yuusufa wa zulaikhaa;  Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta baina sayyidinaa muhammadin shallalaahu ‘alaihi wasallama wa sayyidatinaa khadiijatal kubraa.
“Ya Allah, jinakkanlah antara kedua mempelai itu sebagaimana Engkau telah menjinakkan antara NabiAdam dan Hawa, Yusufdan Zulaikha, junjungan kami Nabi Muhammad dan Khadijah al-Kubra.
Allaahumma thawwil a’maaronaa shohih ajsaadanaa, wa nawwir quluubanaa, wa tsabbit iimaananaa, wa ahsin a’maalanaa,wa wassi’ arzaaqonaa, wa ilal khoiri qorrib-naahu , wa ’anisy-syarri ab’idnaa, waqdhi hawaa-ijanaa fiimaa laka bihi ridhooka wa lanaa fiihi sholaahun.
Ya Allah panjangkanlah umurkami, sehatkan badan kami, terahgilah hati kami, tegakkanlah iman kami,  baguskanlah amal perbuatan kami, lapangkanlah rezeki kami, dekatkanlah kami menuju kebaikan, jauhkanlah kami dari keburukan, kabulkanlah hajat kami yang mendapatkan ridhamu dan kebaikan.

PLUS TINGKEBAN
Allâhumma yâ mubârik, bârik lanâ fil ‘umri war rizqi wad dîni wad dunya wal waladi. “Ya Allah Sang Pemberi Berkah, berkahi kami dalam umur, rizqi, agama, dunia, dan anak.
Allâhumma yâ hâfidzu, ihfadz waladî mâ dâma fî bathni ummihi wasyfihi ma’a ummihi anta asy-syâfî lâ syifâ`an illâ syifâuka wa lâ tuqaddirhu saqaman wa lâ mahrûman. Ya Allah Sang Penjaga, jaga anakku selama dia berada di perut ibunya, beri kesehatan pada dia dan ibunya. Engkau Sang Pemberi Kesehatan. Tiada kesehatan kecuali dari-Mu, tiada yang bisa mentakdirkan sakit dan bahaya
 Allâhumma shawwir mâ fî bathnihâ shûratan ḫasanatan jamîlatan kâmilatan wa tsabbit fî qalbihi îmânan bika wa bi rasûlika fiddun-yâ wal âkhirahYa Allah, bentuklah janin yang ada di perut ibunya dengan rupa yang baik, indah, dan sempurna. Tetapkan dalam hatinya keimanan pada-Mu dan rasul-Mu di dunia dan akhirat.
Allâhumma thawwil ‘umurahu wa shaḫḫih jasadahu wa ḫassin khuluqahu wafshaḫ lisânahu wa aاsin shautahu li qirâ-atil qur’âni wal hadîtsi bi jâhi sayyidil mursalîn  Ya Allah, panjangkan umurnya, sehatkan jasadnya, baguskan akhlaknya, fasihkan lisannya, merdukan suaranya untuk membaca Al-Qur’an yang mulia dan hadits, dengan berkah derajat sang penghulu para utusan.”

PLUS = Doa Memberi Nama Anak / Bayi
Alloohumaj’alnaa haadzal ismi mubarokal lahu fii man khofaka wat taqooka, waj’alhu bil waalidaini ihsaana Ya Allooh jadikanlah nama ini member berkah baginya, menjadi anak yang taqwa kepada Allooh dan dapat berbakti kepaa ibu bapaknya.
Alloohumma thowwil ‘umurohu fii thoo’atika, shohih ajsaadahu. Ya Allooh panjangkanlah umurnya dalam menaati agamaMu, sehatkanlah tubuhnya.
Alloohummaj’alhu za’iiman fi kabirihi, wa tsabbit imaanahu ‘alaa balaaik. Ya Allooh Jadikanlah dia  sebagai pimpinan setelah dewasa, dan tetapkanlah imannya dalam menghadapi segala cobaan .

PLUS AQIQOH (walimatul aqiqoh )
Allâhummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni.”
“Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia. Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.”

PLUS KHITAN
Allaahumma haadzihii sunnatuka wa sunnatu nabiyyika, shalawaatuka ‘alayhi wa aalihii, wat tibaa‘un minnaa li nabiyyika, bi masyii’atika, wa iraadatika, wa qadhaa’ika li amrin aradtahuu, wa qadhaa’in hatamtahuu, wa amrin anfadztahuu, wa adzaqtahuu harral hadiidi fii khitaaniii wa hijaamihii bi amrin anta a’rafu bihii minnii. Artinya: Ya Allah, ini adalah sunnah-Mu dan sunnah nabi-Mu. Semoga rahmat tercurah padanya dan keluarganya. Dan kami mengikuti nabi-Mu dengan kehendak-Mu dan qadha-Mu. Karena suatu hal yang Engkau inginkan. Karena suatu hal ketentuan yang Engkau tetapkan. Karena suatu perkara yang Engkau laksanakan, dan Engkau merasakan padanya panasnya besi dalam khitan dan bekamnya karena suatu perkara yang Engkau lebih tahu dari aku.
Allaahumma fa thahhirhu minadz dzunuub, wa zid fi umrihii, wadfa‘il aafaati ‘an badanihii wal awjaa‘i ‘an jismihii, wa zidhu minal ghinaa, wadfa‘ ‘anhul faqra, fa innaka ta‘lamu wa laa na‘lamu. Artinya: Ya Allah, maka sucikanlah dia dari dosa-dosa. Tambahlah umurnya. Jagalah tubuhnya dari penyakit. Dan tambahlah kekayaan padanya dan jauhkan dari kefakiran. Maka sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara kami tidak mengetahui.

PLUS HAJJI  (walimatus safar )
Allaahummaghfir lil-haajji wa li man istaghfaro lahul haajju. "Ya Allah, ampunilah orang yang haji dan orang yang dimohonkan ampunan oleh orang yang haji”. (HR Baihaqi).
Qabilakalloohu hajjaka wa taqobbalalloohu sa’yaka wa a’dzama ajroka, wa akhlafa nafaqotaka, wa ghofaro dzanbaka, wa zawwadakallooha taqwa wa yassaro lakal khoiro haytsuma kunta Semoga Alloh menerima ibadahmu, memberikan ganjaran yang besar kepadamu, dan mengganti biaya yang telah engkau keluarkan untuk ibadahmu , Semoga Allah membekalimu dengan takwa, mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkanmu di mana saja engkau berada).
Allahummaj’al hajjan mabruro wa sa’yan masykuro wa Dhanban Maghfuro wa ‘amalan sholihan maqbula wa tijarotan lan tabur birohmatika, yaa arhamar rohimiin.. (Ya Allah, jadikanlah haji ini haji yang mabrur, sai yang dihargai, dosa yang diampuni, amalan shalih yang diterima dan perniagaan yang tidak akan merugi dalam keberkahanMu, Wahai Yang maha pengasih - penyayang

PLUS SAKIT  DOA MENJENGUK ORANG SAKIT
A'uudzu bi  'izzatillahi wa qudrotihi min syarri maaajidu wa uhaadziru Artinya: “Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan” (HR. Muslim)
As’alullooha ‘azhiim robbal  ‘arsyil  ‘azhiim an yu’aafiika wa yusyfiika Artinya: Aku memohon pada Allah yang menguasai arasy agar memberi kesehatan dan kesembuhan padamu.
Alloohumma Robban naasi adzhibil ba-'sya. Wasyfihu - wa  anta syaafii, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifaa-an laa yughoodiru saqomaa(n) Artinya: “Ya Allah, Rabb manusia, Hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari dan Muslim).
Apabila Anda menderita sakit yang menurut dokter sulit untuk sembuh lagi, baca doa berikut: Alloohumma ahyii maa kaanatil hayaatu khoiron li ; wa tawaffanii maa kaanatil wafaatu khoiron lii.  Artinya: Ya Allah hidupkanlah aku apabila itu lebih baik bagiku. Dan matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku. (H.R. Bukhori)

PLUS QUBUR
untuk  anak =
Alloohumaj’alhu farothon li abawaihi,wa salafan,wa dzukhron,wa ‘izhatan,wa ’tibaron, wa syafii’an; wa tsaqqil bihi mawaaziina- humma , wafrighish  shobr ‘alaa quluubihimaa, wa laa taftinhumaa ba’dahu,wa laa tahrimna ajrohu Ya Allah Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala bagi kedua orang tuanya, sebagai pendahulu, simpanan, pelajaran, contoh dan penolong.Dan dengan kematian anak ini beratkanlah timbangan kebaikan kedua orang tuanya, anugrahkanlah kesabaran pada hati kedua orang tuanya, dan jangan Engkau beri fitnah kedua orang tuanya sesudah meninggalnya anak ini dan jangan pula Engkau kosongkan kedua orang tuanya pahala anaknya

untuk Umum
Alloohumma anzilir rohmatan wal maghfirotan ‘alaa jamii’l ahlil qubuuri  minal muslimiina wal muslimaat - wal mu’miniina wal mu’minaat ; khusushon ilaa min ahli laa ilaaha illallooh Muhammadur rosuulullooh SAW wa nakhushu khusushon ilaa arwahi almarhum wa almarhumah .. bainahum rohimahumullooh wa ahlihim wa auladihim wa duriyatihim fii hasanitihim fi qobrihim wal aakhiroh
 Allaahummaj’alhu hijaaban lahum minannaari wa’itqan lahum minannaari wa sitran lahum minanaari. Wahai Allah! jadikanlah ia sebagai penghalang bagi mereka dari api neraka, pembebas bagi mereka dari api neraka, dan tabir bagi mereka dari api neraka.
Allaahummagh fir lahum warhamhum wa’aafihim wa’fu ‘nhum waj’alil jannata matswaahum . Wahai Allah! ampunilah mereka, berilah rahmat kepada mereka, berilah kesejahteraan kepada mereka dan maafkanlah mereka, jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka.
Allaahumma anzilir rahmata wan ni’mata wasy syafaa’ata ‘alainaa wa’ala jamii’i ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati al ahyaa-i minhum wal amwaati. Irfa’ lahumud darajaati wa dha’if lahumul hasanaati wa kaffir ‘anhumus sayyi-aati wa adkhilhumul jannata ma’al aabaa-i wal ummahaati .Wahai Allah! turunkanlah rahmat, nikmat dan syafaat atas kami, dan atas semua ahli kubur, baik orang mukmin laki-laki maupun perempuan, baik yang hidup mupun yang mati, angkatlah derajat mereka, lipatgandakanlah kebaikan-kebaikan mereka, hapuskanlah kejahatan-kejahatan mereka, dan masukkanlah mereka ke dalam surga bersama bapak-bapak dan ibu-ibu mereka
Allaahumma anzil fii qabrihimur rahmata wadh dhiyaa-a wannuura wal bahjaata war rauha war raihaana was suruura min yauminaa haadzaa ilaa yaumil ba’tsi wan nusyuuri innaka maalikun rabbun ghafuurun. Wahai Allah! turunkanlah ke dalam kubur mereka rahmat, sinar, cahaya kegembiraan, kebahagiaan, dan kesenangan, mulai hari ini sampai datangnya hari kebangkitan. Sesungguhnya Engkau adalah Raja, Pemelihara dan Pengampun.
Allaahummaj’al qubuurahum raudhatan min riyaadhil jinaani walaa taj’alhaa hufratan min hufarin niiraani. Wahai Allah! jadikanlah kuburan mereka sebuah taman di antara taman-taman surga, dan janganlah Engkau jadikan kuburan mereka sebuah lubang di antara lubang-lubangneraka.
Alloohumaghfir lahum,warhamhum, wa ’aafihim, wa’fu’anhum ;  wa akrim nuzuulahum,wa wasi’ madkholahum, waj’alil jannata matswaahum - birohmahtika yaa arhamar rohiimiin.
Wahai Allah! ampunilah mereka, berilah rahmat kepada mereka, berilah kesejahteraan kepada mereka dan maafkanlah mereka, jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka. Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dan yang pengasih.
Alloohumma anzil fii qobriihim nuuron,wa rohmatan,wa maghfirotan daa-imatan ilaa yaumil qiyaamat, wa irfa’ lahumud darojaati;wa kaffir anhumus sayyiati, wa dho’iif lahumul hasanaati;  waj’alil  jannata matswaahum - birohmahtika yaa arhamar rohiimiin.
Wahai Allah! turunkanlah ke dalam kubur mereka cahaya, rahmat, pengampunan hingga hari kebangkitan. angkatlah derajat mereka, hapuskanlah kejahatan-kejahatan mereka,  lipatgandakanlah kebaikan-kebaikan mereka, dan jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka. Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dari yang pengasih.
kamma qolalloohu ta’aala fiil qur’aanil kariim : sebagaimana firman Allooh SWT dalam Alqur’an
“ Yaa ayyatuhaan nafsul muth-mainah;Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah;Fad khulii fii ‘ibaadii ;Wad khulli jannatii .” shodaqolloohu azhiim
“Wahai jiwa yang tenang!" Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku," Dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS Al Fajr : 27 - 30) Maha benar Allooh yang Maha Agung
Robbanaaghfir lanaa wa li ikhwaaninnaal ladziina sabaquunaa bil iimaan,wa laa taj’al fii quluubinna ghillaan lil-ladziina aamanu – robbana innaka : rouufur rohiim.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman. Dan jangan Engkau biarkan kekotoran mengisi hati kami. Sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Alloohumma laa tahrimnaa ajrohum,wa laa taftinnaa ba’dahum, – waghfirlanaa wa lahum birohmatika , yaa arhamar rohimiin.
“Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggal mereka. Ampunilah kami dan ampunilah dia/mereka..

Alloohumma ashlih lanna diinannaal ladzii huwa ‘ishmatu amrinaa,wa ashlih lanna dun-yaanal ladzii fiihaa ma’aasyunaa ,wa ashlih lanaa aakhirotanal latii ilaihaa ma’aadunna,waj’alil hayaata ziyaadatan lanaa fii kulli khoirin,waj’alil mauta roohatan lanaa min kulli syarrin.
Allahumma ashlih li dinilladzi huwa 'ishmatu amri, wa ashlih li dunyayal lati fiha ma'asyi, wa ashlih li akhiratil lati fiihaa ma'adi, waj'alil hayata ziyadatan li fi kulli khoirin, waj'alil mauta rahatan li min kulli syarrin. Artinya,"Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku,perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan."
Allahumma rahmataka arjuu fala takilni ila nafsii tharfaka ainin ashlihli syani kullahu lailaha illa anta. Artinya: “Ya Allah ya Tuhanku, rahmat-Mu aku harapkan, karena itu janganlah Engkau serahkan (segala urusanku) kepada diriku sendiri (janganlah Engkau berpaling dariku) walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih).
Robbana adkhilnaa mudkhola shidqin,wa akhrijnaa mukhroja shidqin; waj’al lanaa min ladunka sulthoonan nashiroo.
rabbi adkhilnii mudkhala shidqin wa akhrijnii mukhraja shidqin waj’al lii min ladunka sulthaanan nashiiraan. Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong'." (QS.Al-Isra': 80)
Alloohummaakhtim ‘amalanaa bi husnil khotimah wa laa takhtim lanaa bi suu-il khotimah.
Allhummakhtim Lanaa Bihusnil Khatimah Walaa Takhtim Alainaa Bisuuil Khatimah “Ya Allah akhirilah hidup kami dengan husnul khatimah dan janganlah engkau akhiri hidup kami dengan su’ul khatimah.” (Kitab An-Nashaihud Diniyyah karya Abdullah bin Alwi Al Haddad)

DOA SELAMAT
Allaahumma innaa nas aluka salaamatan fiddiin wa 'aafiatan filjasadi wa ziyadatan fil 'ilmi wa barokatan fil rizqi wa taubatan qoblal maut wa rohmatan 'indal maut , wa maghfirotan ba'dalmaut
Ya Allah, kami mohon kepadaMu keselamatan dalam beragama, kesehatan jasmani, bertambah ilmu dan berkah rezeki. Dapat bertobat sebelu mati, mendapat rahmat ketika mati dan memperoleh keampunan setelah mati.
Allahumma hawwin 'alaina fii sakarootil maut wan najaati minan naar wal 'afwaa 'indal hisaab.
Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakratulmaut, dan hindarkanlah kami dari azab api neraka dan mendapatkan keampunan ketika dihisab.

Robbanaa, laa tuziq quluubanaa ba’da idz hadaitanaa,wa hab lanaa min ladunka rohmah –innaka antal wahhaab.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kpd kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kpd kami & karuniakanlah kpd kami rahmat dari sisiMu, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (QS 3 Imron : 8)

DO'A TOLAK BALA
Allahummadfa’‘annal bala’ wal ghola’ wal wabaa- wal fakh-syaa- wal munkaro wasy syada’id wal mihan ma zhoharo minhaa wa maa bathon, fi bilaadinaa hadza khoosh-shoh, wa fi buldanil muslimina ‘ammah (…. Waj’al hadza baladan amin baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur (QS. Saba’: 15)) bi rohmatika ya arhamar rohimin.
Ya Allah Tuhan kami. Jauhkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana, kekejian dan kemunkaran, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan yang tersembunyi dalam negara kami khususnya, dan dalam negara kaum muslimin umumnya. ( … Dan jadikanlah negeri ini aman bersih dan layak ampunanMu Tuhan) Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dan yang pengasih.
Alloohumma innaa na’udzubika min jahdil bala-i, wa darkisy-syaqoo-i, wa suu-il qodho, wasy syamaatatil -a’da-i.( “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari beratnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha`, dan kesenangan musuh (dengan musibah yang menimpa kami).
Alloohummah diinii fii man hadait, wa ‘afinii fii man ‘afait, wa tawallanii fii man tawallait, wa baariklii fii maa a’thoit, wa qinii syarra maa qodhoit, fa innaka taqdhi wa laa yuqdho ‘alaik, wa innahu laa yadzillu man walait, wa laa ya’izzu man ‘adait, tabaarokta robbanaa wa ta’alait, fa lakal hamdu a’la maa qodhoit, wa astaghfiruka wa atuubu ilaik, wa shollallahu ‘ala sayyidina muhammadin nabiyyil -ummiyyi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallam”( “Ya Allah tunjukanlah aku sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau berikan kesehatan. Peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berikanlah keberkahan kepadaku pada apa yang telah Engkau berikan. Selamatkanlah aku dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan. Engkaulah yang menghukum dan bukan dihukum. Tidak hina orang yang Engkau jadikan pemimpin. Tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala pujian di atas apa yang Engkau tentukan. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-MU. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karunia atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.”

AKHIR DOA
Alloohumma arinal haqqo(n) haqqon warzuqnat tiba’ah; wa arinal bathila bathila(n) warzuqnaj tinabah.
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar adalah benar dan berikan kepada kami kekuatan dn kemampuan untuk menjalankannya, serta tunjukkan bahwa yang salah adalah salah dan berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk meninggalkannya  
Robbanaa aatinaa mil ladunka rohmataw; wa hayyii” lanaa min amrinaa rosyadaa. Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini." (Q.S. Al-Kahfi: 10 – ashabul kahfi 6 – 29)

Robbanaa aatina fid~dunyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah ; wa qinaa adzaaban naar.
Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di akhirat dan hindarkan kami dari api neraka. (QS Al Baqarah: 201)

Subhaana robbika robbil ‘izzati ‘amma yashifuun, Wa salaamun ‘alal mursaliin,  Wal hamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Maha suci Tuhanmu yang mempunyai kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan dan selamat sejahtera atas sekalian Rasul-rasul yang diutus Tuhan. Segala pujian adalah untuk Tuhan Pengatur semesta alam. (QS Ash Shoffat 180 – 182).

AL FAATIHAH
A’uudzubillaahi minasy~syaithooni rojiim.  Bismillaahhir rohmaanir rohiim; Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; Arrohmaanir rohiim; Maaliki yaumiddiin; Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; Ihdinash shiroothol mustaqiim ; Shiroothol ladziina an’amta  ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi  ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.)

Ya.. Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allooh SWT. Walaupun sederhana bisa tuntas akhirnya. Jika ada kekurangan semoga Allooh SWT senantiasa melengkapinya, Jika ada kekeliruan semoga Allooh SWT selalu membenarkannya, Dan semoga amal kebajikan dan doa permohonan kita senantiasa diridhoi dan dikabulkannya.
( Nggih Alhamdulillah sinaoso prasojo saget paripurno. Menawi wonten lepatipun mugi Allooh SWT tansah ngleresaken, lan mugi-mugi amalan kesaenan lan dongo panyuwunan kito tansah diridhoi lan diijabahi Allooh SWT. )
Alloohumma … (AAMIIN)

Akhirul kalaami ;  Subhaanakalloohumma wa bi hamdika. Asyhadu al-laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika.
wa billaahit  taufiiqi wal hidaayah, war ridhoo wal 'inaayah
Was salamu 'alaikum wa rohmatulloohi wa barokatuh(u).
Akhir perkataan :  Maha Suci Engkau, ya Allah. Segala sanjungan untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu
Dan dengan Allah yang memberi taufik dan hidayah, serta ridho dan inayah  
Semoga Allah melimpahkan kepada kamu/kalian keselamatan, rahmat, serta keberkahanNya

jawab: Wa' alaikum salam w arahmatullahi wa barakatuh Dan semoga kepada kalian keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga 

LINK MEDIA
Link Media : RAMADHAN FITRI 1433 H  Publik

REVISED ?

ADZAN 
   
MUSICS
I'TIROF Abu Nawas 
 
Dengan NafasMu  Ungu

Do'aku Hadad Alwi 
 
TAKBIRAN 
 
IEDUL FITHRI
 

QIROAT 
 
HALAL BI HALAL
 

REFERENSI TAUSIAH HALAL BI HALAL 
MUFLIS 
 
AMALAN 7 LANGIT ( Hadits dari Mu'adz bin Jabbal r.a )
4 WASIAT ROSULULLOOH  SAW ( Hadits dari Abu Dzar Al Ghiffari r.a )
plus =
 

PLUS  = FOOTNOTE 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: Tidaklah suatu kamu membuat majlis, yang di dalamnya tidak terdapat dzikir kepada Allah dan orang-orang di sana tidak bershalawat kepada Nabi mereka, kecuali akan menjadi penyesalan bagi mereka. Jika Allah ingin, mereka akan diadzab dan jika Allah ingin, mereka akan diampuni.” (HR. At Tirmidzi no.3380, ia berkata: “hasan shahih”).
SEMENTARA  Diriwayatkan oleh Al Khallal dalam kitab Al Irsyad (119), Ar Rafi’i dalam Tadwin fil Akhbar Qairawan (2/228), juga oleh As Subki dalam Thabaqat Asy Syafi’iyyah Kubra (6) dengan sanad sebagai berikut: Dari Ismail bin Abi Ziyad Asy Syami, dari Yunus bin Yazid, dari Az Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan hamdalah dan shalawat kepadaku, maka terputus dan terhalang dari semua keberkahan“.
Hadits ini lemah karena terdapat Ismail bin Abi Ziyad Asy Syami.(Ad Daruquthni mengatakan, “ia perawi yang matruk, suka memalsukan hadits”Al Mizzi mengatakan, “ia perawi yang lemah dan matruk”Sibt bin Al ‘Ajami mengatakan, “ia matrukul hadits”). Maka hadits ini statusnya dhaif jiddan (lemah sekali).
Hamdalah ?
Nash : QS Al Baqoroh 152 : Fadz kuruunii ~ adzkurkum; wasykuruulii ~ fa laa takfuruun(i). ( Karena itu ingatlah kamu kepadaku ~ niscaya aku ingat pula kepadamu; Dan bersyukurlah kepadaku ~ dan janganlah kamu mengingkari nikmatku)
Nash : QS Ibroohim 34 : Wa inta’udduu ni’matalloohi laa tuhshuuhaa. Innal insaana lazholuumun kuffaar(un) (Dan jika kamu menghitung nikmat Allooh,tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nilmat Allooh )
Nash : QS Ibroohim 7 : La-insyakartum ~ la-azidannaakum ; wa la-inkafartum ~ inna ‘azaabii lasyadiid(un) (Jika kau bersyukur ~ niscaya akan kami tambahkan (nikmat) kepadamu ; dan jika kau mengingkarinya ~ sungguh azab-Ku sangatlah keras
 Shalawat ?
Nash :  QS Al Ahzab 56:  Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna 'alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ 'alaihi wa sallimụ taslīmā Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Kafaratul Majlis : Subhaanakalloohumma wa bi hamdika. Asyhadu al-laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika.
Dari Abu Barzah Al Aslami Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan pada akhir jika dia hendak bangun dari majelis: “Maha Suci Engkau, Ya Allah dengan memujiMu, Aku bersaksi Tiada Ilah Kecuali Engkau, aku memohon ampunanMu, dan aku bertobat kepadaMu.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhna engkau mengatakan perkataan yang tidak engkau katakan pada waktu yang lalu.” Beliau menjawab: “Itu sebagai kaffaarah (penebus kesalahan) terhadap apa yang terjadi di majelis.” (HR. Abu Daud No. 4859, Syaikh Al Albani mengatakan hasan shahih. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, 7/49 )

MEMORY TARAWIH PANDEMI 2020  001 TARAWIHKOE
 https://archive.org/details/001-tarawihkoe May 18, 2020 ISLAM data

listing of 001 TARAWIHKOE.rar

file

as jpg

timestamp

size

001 TARAWIHKOE

2020-05-18 17:03

001 TARAWIHKOE/SAMPLE TARAWIH.mp3

2020-05-18 10:27

34656595

001 TARAWIHKOE/SAMPLE TARAWIH_001.mp3

2020-05-18 12:28

8665214

001 TARAWIHKOE/TRANSKRIP SAMPLE TARAWIH PRINT 1-10 okey.docx

2020-05-18 17:01

120104

001 TARAWIHKOE/TRANSKRIP SAMPLE TARAWIH PRINT 1-10 okey.pdf

2020-05-18 17:01

782653

No comments:

Post a Comment